Lima Situasi Paling Genting di Kedutaan Besar Amerika di Moskow

Anton Denisov/TASS
Dari penyanderaan dengan bom bunuh diri hingga serangan pelontar granat — kehidupan karyawan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di ibu kota Soviet tidaklah mudah.

1. Kebakaran dahsyat pada 1977

Kedutaan Besar AS terbakar pada 27 Agustus 1977. Api muncul dari lantai delapan dan dengan cepat menyebar ke seluruh gedung. 

“Saat itu pukul 10.30 lebih sedikit pada Jumat malam. Saya sedang bersantai di apartemen saya di Rumah Spaso (kediaman Duta Besar AS) ketika telepon berdering. Sebagian besar lantai delapan gedung Kedutaan Besar (Kedubes) terbakar. Bagian ekonomi yang berada di sisi utara sayap tengah gedung hampir seluruhnya dilalap dan saya dapat melihat bahwa api menyebar dengan cepat ke bagian Pers dan Kebudayaan di aula yang berada di sisi selatan gedung. Marinir telah berusaha memadamkan api sejak pertama kali ditemukan kurang dari satu jam sebelumnya, tetapi api dengan cepat menjadi tidak terkendali,” kenang mantan pegawai Kedubes AS Jim Schumaker yang baru saja tiba di Moskow.

Petugas pemadam kebakaran Soviet segera tiba di tempat kejadian perkara (TKP), tetapi di tengah Perang Dingin, orang Amerika mencurigai bahwa beberapa petugas pemadam kebakaran mungkin sebenarnya adalah agen badan intelijen Soviet, KGB, yang menyamar. Oleh karena itu, mereka harus mengambil risiko untuk menjaga dokumentasi rahasia yang disimpan di dalam gedung Kedubes yang terbakar. Akan tetapi, pihak berwenang Soviet menolak keras tuduhan itu.

Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut.

2. Penyanderaan dengan bom bunuh diri pada 1979

Pada 28 Maret 1979, Sekretaris Kedua Kedubes AS Robert W. Pringle di Moskow mengizinkan orang asing masuk ke dalam Kedubes. Segera setelah orang asing itu melewati penjaga Soviet di pintu masuk dan memasuki gedung, dia lalu membuka mantelnya dan mengatakan bahwa dia memiliki bom yang akan dia ledakkan, kecuali dia diberi izin untuk meninggalkan Soviet dan mendaftar berkuliah pascasarjana di Negeri Paman Sam.

Negosiasi berjam-jam terjadi ketika negosiator Soviet mencoba meyakinkan pria itu untuk membatalkan rencananya dan menyerah. Tak dapat berunding dengan orang yang kondisi kejiwaannya tak stabil, pihak berwenang memerintahkan pasukan khusus yang dijuluki tim 'Alfa' untuk menyerang kompleks Kedubes dan melumpuhkan sang teroris.

Serangan itu menyebabkan ledakan yang melukai sang teroris dengan parah dan menjemput ajal di rumah sakit. Para anggota tim Alfa dan personel Kedubes AS beruntung bahwa ledakan bom tidak merusak dinding struktural gedung karena bagian yang paling kuat dari bom itu tidak meledak akibat kegagalan mekanis. Meski Anggota tim 'Alfa' Soviet diarak sebagai pahlawan, mereka dikritik keras oleh Kepala KGB Yuri Andropov tanpa sepengetahuan publik.

3. Tembakan peluncur granat yang meleset pada 1999

Tengah hari bolong pada 28 Maret 1999, polisi menerima pesan tentang sebuah jip Opel yang dibajak di Moskow. Tak lama kemudian, mobil yang tengah dicari polisi itu terlihat di sebelah Kedubes AS.

Mobil itu berhenti tiba-tiba dan seorang pria yang membawa peluncur granat muncul dari dalamnya. Dia membidik ke tengah gedung Kedubes dan menekan pelatuknya, tetapi tembakannya meleset. Polisi Rusia yang melihat upaya serangan terhadap Kedubes melepaskan tembakan. Dihujani tembakan, pria itu menjatuhkan peluncur granatnya dan menembakkan beberapa peluru ke arah Kedubes dengan senapan dan melarikan diri dari TKP. Serangan itu bertepatan dengan pengeboman yang dilakukan NATO di Yugoslavia pada 1999.

Kota itu dikunci dan polisi segera menemukan mobil yang telah ditinggalkan. Polisi baru menahan seorang tersangka setahun kemudian. Dia adalah seorang pematung berusia 42 tahun bernama Aleksandr Suslikov. Meski dianggap waras, dia menerima hukuman yang dipersingkat menjadi 6,5 tahun penjara. 

Ini bukan pertama kalinya Kedubes AS di Moskow diserang dengan peluncur granat. Empat tahun sebelumnya, pada 1995, orang tak dikenal meluncurkan granat ke arah gedung kedutaan yang mengenai jendela di lantai enam dan hanya merusak gedung sedikit. Untungnya, tidak ada yang terbunuh pada kedua serangan itu.

4. Penyusupan kadet militer pada tahun 2000

Pada 11 Januari 2000, seorang kadet wajib militer Rusia yang mabuk memanjat pagar dan masuk ke dalam kompleks Kedubes AS di Moskow. Dia lalu mengunci diri di dalam mobil yang diparkir di kompleks Kedubes, menyalakan mesin (kuncinya tertinggal di dalam), dan mulai mengemudi di sekitar komplek yang secara hukum dianggap sebagai wilayah AS itu.

Marinir AS melepaskan tembakan dan “menjinakkan (penyusup) dengan paksa”. Yevgeny Ivanov yang berusia 20 tahun terluka, tetapi pulih di rumah sakit. Dia kemudian didakwa dengan percobaan pencurian.

5. Perkelahian jalanan antara agen CIA dan polisi Rusia pada 2016

Pada 6 Juni 2016, sebuah skandal diplomatik pecah antara Moskow dan Washington. Kedua ibu kota itu saling tuding soal insiden yang terjadi tepat di depan pintu depan Kedubes AS di Moskow.

Pada malam hari, seorang polisi Rusia yang menjaga pintu masuk Kedubes terlibat perkelahian dengan seorang pria tak dikenal yang memaksa memasuki kedutaan.

Washington mengatakan orang yang dimaksud adalah seorang diplomat AS yang dihentikan secara tidak sah oleh polisi Rusia, tetapi Moskow menyatakan bahwa polisi telah bertindak untuk kepentingan Kedubes, ketika ia berusaha mencegah orang tak dikenal memasuki kompleks Kedubes saat larut malam. Tak lama kemudian, media mengidentifikasi pria misterius itu sebagai agen CIA yang sedang menyamar dan dalam misi sehingga tidak ingin mengungkapkan identitasnya kepada seorang polisi Rusia.

Meskipun gagal memenangkan hati para pilot tempur di rumahnya sendiri, pesawat tempur P-39 begitu dicintai para pilot papan atas Soviet. Inilah alasannya.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki