Propaganda merupakan salah satu kekuatan pendorong di balik kemenangan kaum Bolshevik di Rusia. Propaganda tersebut menggaungkan karya-karya buah pemikiran Vladimir Lenin. Sebagai pengikut ajaran Karl Marx, Lenin memiliki rencana tertentu untuk mengembangkan Rusia setelah Revolusi.
Namun demikian, dalam artikel ini kami hanya membahas filosofi Leninis dan Marxis dari sudut pandang yang sederhana alih-alih analisis yang kompleks supaya lebih mudah dipahami.
Bagaimana Marxisme memandang masyarakat berkembang
Dalam buku Das Kapital, Karl Marx menguraikan teori formasi sosio-ekonomi. Formasi tersebut berupa tipe-tipe masyarakat yang dibedakan oleh bentuk-bentuk kepemilikan yang, menurut Marx, berkembang sesuai dengan hukum evolusi sosial dan sejarah (sebagaimana yang diyakini Marx).
Masyarakat prasejarah berkembang menjadi ekonomi budak, kemudian masyarakat feodal, kemudian berkembang menjadi masyarakat kapitalis. Masyarakat kapitalis membentuk kelas: kelas borjuis dan proletariat. Sementara kaum borjuis memiliki alat-alat produksi dan mengumpulkan uang, kaum proletar habis ditindas. Selanjutnya apa?
Teori Karl Marx dicetuskan pada pertengahan abad ke-19 dan dikembangkan Vladimir Lenin pada awal abad ke-20 dengan tujuan praktis: merebut kekuasaan di Rusia. Dalam karya-karyanya, Lenin mengusulkan agar rakyat melakukan tindak kekerasan demi mengobarkan revolusi proletar.
Setelah kegagalan Revolusi Prancis 1848 (monarki “terselamatkan”), Karl Marx menjadi pendukung gagasan bahwa pemerintahan yang benar-benar demokratis hanya dapat terbentuk jika kaum proletar bersatu dan mengambil alih kekuasaan. Dalam kata pengantar pada edisi cetak ulang tahun 1895 buku Perjuangan Masyarakat Kelas di Prancis, 1848—1850 karangan Karl Marx, Friedrich Engels menulis, “Era revolusi, yang dilakukan dengan perebutan kekuasaan secara tiba-tiba oleh kelompok minoritas yang sadar dalam kepala masyarakat yang taksadar, telah berlalu.”
Marxisme versi Lenin
Sebaliknya, Vladimir Lenin berpikir bahwa revolusi proletar harus menghancurkan masyarakat kapitalis dan itu harus dilakukan oleh sekelompok kecil orang. Dalam garis pemikiran ini, ia mengikuti pandangan narodnik (sebutan pemerintah terhadap para pemuda penggerak revolusi dan penyebar propaganda), dan khususnya, Pyotr Tkachev, yang menulis, “Rakyat, jika dibiarkan sendiri, tidak dapat melakukan revolusi sosial. Hanya kami, minoritas revolusioner, yang dapat melakukan ini, dan kami harus melakukannya secepat mungkin.”
“Beri kami organisasi revolusioner dan kami akan menjungkirbalikkan Rusia!” tuli Lenin menulis pada 1902 dalam pamfletnya yang berjudul “Apa yang Harus Dilakukan?”. Pada 1903, selama Kongres Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia yang kedua di Brussel, Lenin telah membahas pembentukan kediktatoran proletariat, yaitu kondisi ketika kelas pekerja memegang kekuasaan politik. Dalam pandangan Lenin, hasil ini hanya dapat dicapai oleh partai komunis.
Marx berasumsi bahwa revolusi sosialis hanya dapat menang di negara-negara industri yang sangat maju, yang di sana terdapat massa pekerja yang teratur dan sadar serta dapat bekerja sama dan bernegosiasi dengan pihak berwenang. Lenin dengan keras kepala mempropagandakan bahwa kaum proletar harus berjuang untuk merebut kekuasaan di semua negara. Pada April 1917, selama kekacauan Revolusi Rusia, Lenin kembali ke Petrograd dari Eropa dan menerbitkan Tesis April, arahan bagi Partai Bolshevik untuk bertindak sesegera mungkin di Rusia.
Ideologi Lenin sebelum dan sesudah Revolusi
Dalam arahan tersebut, Lenin menegaskan bahwa “Rusia sedang dalam transisi menuju tahap kedua revolusi, yang harus menempatkan kekuasaan di tangan kaum proletar dan kaum tani yang paling miskin.” Dia juga menyerukan pembentukan “republik Buruh Soviet, Buruh Pertanian, dan Deputi Petani di seluruh negeri, dari atas ke bawah.” Setelah perebutan kekuasaan, Lenin menuntut pembubaran tentara, polisi, dan pegawai negeri secara bersamaan.
Partai Bolshevik, sebagaiamaa yang ditulis Leon Trotsky, bahkan “terkejut oleh langkah Lenin ... tidak ada perlawana, semua orang terpana” oleh tuntutannya yang radikal. Penghentian perang, pemberian tanah kepada para petani, dan nasionalisasi industri terpenting juga masuk dalam program Lenin.
Setelah revolusi Bolshevik 1917, kaum Bolshevik melikuidasi aparatur negara yang lama, menasionalisasi tanah, pabrik, tambang, rel kereta api, dan alat-alat produksi lainnya. Pemerintahan baru harus didasarkan pada kekuatan rakyat Soviet — dewan-dewan buruh yang mewakili keinginan rakyat. Lembaga pimpinan tertinggi adalah Kongres Soviet Seluruh Rusia.
Namun kala itu, seluruh kekuasaan direbut oleh Komite Eksekutif Pusat Seluruh Rusia — dewan kecil yang terdiri dari petinggi-petinggi Partai Bolshevik yang, menurut Konstitusi Rusia Soviet tahun 1918, bekerja tanpa pengawasan dari badan lain. Dewan Komisar Rakyat, pemerintahan yang baru, sebenarnya tunduk pada keputusan Komite Eksekutif Pusat yang dapat membatalkan keputusan apa pun yang dibuat oleh Dewan Komisar Rakyat.
Setelah merebut kekuasaan di Rusia, Vladimir Lenin dan rekan-rekan Bolshevik terdekatnya dengan cepat membangun struktur pemerintahan otoriter untuk membantu melawan gerakan dan intervensi Monarkis, serta mengendalikan ekonomi yang runtuh.
Lenin sangat konsisten dalam ideologi dan tindakannya — dia menciptakan kediktatoran proletariat, tetapi membangun tempat untuk dirinya sendiri dan, kemudian, Stalin, sebagai diktator dalam skema ini.