“Saya sudah membuat keputusan. Saya telah merenungkannya dalam waktu yang lama dan menyakitkan. Hari ini, pada hari terakhir abad ini, saya mengundurkan diri... Saya menyadari bahwa saya harus melakukan ini. Rusia harus memasuki milenium baru dengan politisi baru dan wajah-wajah baru... ” Begitulah cara presiden Rusia pertama, Boris Yeltsin, mengumumkan pengunduran dirinya pada 31 Desember 1999.
Dia membuat pengumuman itu dalam pidato khas Tahun Baru presiden yang biasa diputar di TV menjelang pergantian tahun, ketika orang-orang semua duduk ditemani makanan meriah mereka dan mengangkat gelas sampanye di depan layar TV, bersiap menyambut milenium baru, dan bukan pengunduran diri presiden.
“Itu adalah perasaan yang aneh. Ada keheningan dan semua orang terus duduk di meja ketika lonceng dimulai. Saya memandangi ayah dan ibu saya. Air mata mereka berlinang. Tidak ada seorang pun di keluarga kami yang secara khusus mencintai Yeltsin, tetapi itu sangat kuat,” kenang Yegor Stepanyuk, seorang penduduk Kaliningrad. Dia baru berusia 14 tahun pada saat itu, tetapi dia masih ingat malam itu dengan baik.
Pada Desember 1999, peringkat kepercayaan diri Presiden Yeltsin adalah yang terendah, hanya 4 persen. Sikap negara terhadapnya beragam, untuk membuatnya lebih sederhana. Namun pidato terakhirnya membuat sejarah. Dia adalah kepala negara pertama yang meminta maaf kepada bangsa.
"Wartawan dikunci di Kremlin dan tidak diizinkan meninggalkan ruangan"
Pidato Tahun Baru Presiden difilmkan dalam dua pengambilan. Yeltsin merekam yang pertama beberapa hari sebelum 31 Desember, dan itu adalah pidato Tahun Baru yang biasa, tanpa sepatah kata pun tentang pengunduran dirinya. “Di akhir syuting ia tiba-tiba berkata, 'Saya tidak suka dengan hasilnya. Mari membuat rekaman pada 31 Desember.' Orang-orang TV sangat terkejut, karena waktunya sangat sempit. Namun, Boris Nikolaevich tidak bisa dihalangi,” kenang penasihat dan penulis pidato Yeltsin, Valentin Yumashev.
Pada pukul 7 pagi, 31 Desember, Yeltsin tiba di Kremlin untuk syuting. Isi dari apa yang akan dikatakannya hanya diketahui oleh segelintir orang, yaitu penasihatnya, kepala administrasi kepresidenan, putrinya Tatyana, penggantinya di masa depan, Vladimir Putin, dan istrinya. Kepada sang istri, dia baru memberitahunya tepat sebelum pergi ke Kremlin.
“Pada malam 31 Desember 1999, Boris kurang tidur. Dia bangun lebih awal dari biasanya, sekitar pukul enam pagi. Kami sudah sarapan. Dia mulai bersiap-siap untuk bekerja. Sudah mengenakan mantelnya, Boris berkata, "Naya, aku sudah memutuskan untuk mengundurkan diri." Saya merangsek ke arahnya, memeluknya dan menciumnya. Ada air mata kebahagiaan di mata saya,” aku istri mantan presiden Naina Yeltsin melalui tulisannya dalam memoar My Life with Boris.
Yeltsin merekam pidato TV itu di kantornya. Setelah dia mengucapkan kalimat terakhir, semua orang bisa dengan jelas mendengar detak jam di ruangan itu. “Lalu seseorang mulai bertepuk tangan, lalu orang lain bergabung, dan yang lain. Saya mendongak dan melihat seluruh kru TV berdiri dan bertepuk tangan untuk saya. Saya tidak tahu ke mana harus mengarahkan pandangan,” kenang Yeltsin.
Namun, menurut Yumashev, setelah itu seluruh kru TV dikunci di sebuah ruangan tanpa telepon dan pager mereka diambil untuk mengantisipasi kebocoran berita pengunduran diri itu. Mereka tidak dibebaskan sampai seluruh negara menyaksikan pidato itu.
Kaset berisi rekaman pidato dikirim ke pusat TV oleh Valentin Yumashev sendiri, dalam limusin lapis baja, dengan kawalan mobil polisi lalu lintas melaju di depan.
Beberapa jam pertama setelahnya
Setelah merekam pidato itu, Yeltsin mengadakan pertemuan dengan Patriark Alexy, menyerahkan koper tombol nuklir dan makan siang perpisahan dengan para kepala lembaga penegak hukum dan keamanan, di mana mereka menonton lagi pidatonya di TV. Di sana, Yeltsin secara resmi memperkenalkan Putin kepada mereka sebagai penjabat presiden. Dia memberi Putin hadiah, yaitu pena yang dia gunakan untuk menandatangani dekretnya (termasuk dekret pengunduran dirinya). Kata-kata perpisahannya kepada Putin hanya: "Jaga Rusia." Setelah itu, Yeltsin bebas.
“Boris pulang lebih awal, saat masih terang. Dia tidak pernah kembali ke kantornya di Kremlin, sekali pun,” kenang istrinya, Naina.
Memasuki rumahnya, Yeltsin berkata: “Bill Clinton (Presiden AS saat itu) menelepon saya di mobil. Saya tidak berbicara dengannya. Saya berjanji bahwa saya akan meneleponnya kembali. Saya mampu melakukannya, saya bukan presiden lagi. "
Akhir dari sebuah era
Bagi sebagian orang, berita tentang pengunduran diri presiden tidak mengejutkan. Yeltsin telah menghadapi proses pemakzulan sebanyak tiga kali. Lebih jauh lagi, upaya pemakzulan yang terakhir baru terjadi hanya beberapa bulan sebelum pidato Tahun Baru.
Irina Khakamada, yang pada Desember 1999 terpilih kembali menjadi Anggota Duma Negara dan kemudian menjadi Wakil Juru Bicara Duma Negara, adalah salah satu dari mereka yang tidak terkejut dengan pengunduran diri itu. "Bagaimanapun, saya adalah seorang politisi, saya menerima kebocoran yang berbeda dan mengerti apa yang terjadi," katanya. Yang mengejutkan semua orang, tanpa kecuali, adalah pidato Yeltsin, yang “tragis dan diucapkan dalam keadaan grogi”, seperti yang dikatakan Khakamada. Pada 31 Desember 1999, dia berada di sebuah resor ski bersama teman-temannya. Reaksi mereka sangat emosional: “Mereka terkejut oleh isi pidato itu, terutama kata-kata: 'Saya ingin meminta maaf kepada Anda.' Semua orang mulai menangis. Tidak, tidak menangis, tetapi mereka sedih. Ada orang yang tidak suka Yeltsin, tetapi semua orang mengerti bahwa itu adalah akhir dari suatu era, dan mereka benar."
"Saya ingin meminta maaf kepada Anda, karena banyak harapan kita belum terwujud, dan apa yang kita pikir akan mudah ternyata menjadi sangat sulit. Saya meminta maaf karena tidak memenuhi sebagian harapan orang-orang yang percaya bahwa kita akan dapat membuat satu lompatan dari masa lalu yang kelabu, stagnan dan totaliter menjadi masa depan yang cerah, sejahtera, dan beradab. Saya sendiri percaya akan hal itu. Kelihatannya, dengan satu lompatan kita bisa menaklukkan segalanya. Namun, ternyata itu tidak bisa dilakukan dalam satu lompatan," ujar Boris dalam pidatonya.
Boris Yeltsin mengambil sumpah jabatan sebagai presiden Republik Sosialis Federasi Soviet (RSFS) Rusia pada 10 Juli 1991. Inilah inaugurasi yang pertama (para pemimpin Soviet tidak memiliki ritual semacam itu) dan kala itu Yeltsin meletakkan tangan kanannya di jantungnya, bukan di atas konstitusi, yang kemudian menjadi tradisi.Beginilah pelantikan presiden Rusia dari era Yeltsin hingga Putin.