Vladimir Lenin, pendiri Uni Soviet, hampir tak bisa dibilang punya sentimentalitas yang berlebihan. Sepanjang hidupnya, ia dengan mudah berpisah bahkan dengan teman-teman terdekatnya ketika pandangan politik mereka bertentangan. Setelah merebut kekuasaan, ia bahkan tak segan mengeksekusi lawannya tanpa belas kasihan.
Salah satu pengecualian ialah ketika sang politikus energik ini secara terbuka menunjukkan kelemahannya pada 12 Oktober 1920, hari ketika Inessa Armand, teman seperjuangannya, teman pribadi, dan kekasihnya, dimakamkan.
“Ketika kami mengikuti peti mati, Lenin hampir tak dapat dikenali,” kenang aktivis revolusi Aleksandra Kollantai. “Ia berjalan dengan mata tertutup rapat, dan hampir tak berdiri di atas kakinya.”
Beberapa minggu sebelumnya, Armand tiba-tiba meninggal akibat kolera di Nalchik (sebuah kota 1.367 km di selatan Moskow), dan hal itu menjadi pukulan keras bagi Lenin.
“Aku takut kalau-kalau kematian Inessa mengacaukan Volodya (Lenin), ” kata istrinya Krupskaya. “Ia tak bisa menahan tangis dan seolah-olah tersesat.”
Kisah Armand
Inessa Armand, seorang sosialis kelahiran Prancis, pindah ke Moskow pada usia 15 tahun setelah kematian ayahnya. Ia dibesarkan di Rusia oleh nenek dan bibinya. Pada usia 35 tahun, ia telah menikah dua kali. Suami keduanya adalah Vladimir Armand, yang “menularkan” pandangan revolusioner kepada sang istri.
Pada 1904, Inessa bergabung dengan Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia. Akibat aktivitasnya dalam revolusi 1905, ia diasingkan ke utara Rusia dan kemudian melarikan diri ke Swiss pada 1908.
Ketika suami kedua Armand meninggal akibat tuberkulosis, ibu lima anak ini kembali seorang diri, tapi ia melanjutkan partisipasinya dalam gerakan revolusioner. Ia menjalin kontak dengan sosialis Prancis lainnya, menerjemahkan literatur revolusioner, dan meraih gelar di bidang ekonomi. Kawan-kawan Bolshevik mengenang Armand dengan hangat.
“Ia menonjol karena mengabaikan kenyamanan duniawi, sungguh perhatian pada kawan-kawan, dan selalu siap berbagi potongan roti terakhirnya dengan mereka,” kenang aktivis revolusi Lyudmila Stal.
Banyak orang sezamannya menyoroti kisah cinta dalam hidup Armand, kebahagiaan yang ia bawa dengan kehadirannya, serta kecantikan dan pesona alaminya.
Bertemu Sang Idola
Pertemuan pertama Armand dengan Lenin terjadi pada 1909. Berkat tulisan-tulisan Leninlah ia menjadi seorang sosialis. Selama beberapa tahun, keduanya tinggal dan bekerja di Paris dan banyak yang menduga bahwa dalam periode itu hubungan mereka telah tumbuh menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan.
“Lenin tak bisa mengalihkan pandangannya dari perempuan Prancis mungil ini,” kata Charles Rappoport, seorang sosialis Prancis. Dalam surat-suratnya kepada Armand, Lenin memanggilnya “sahabatku sayang”, atau memanifestasikan kepedulian dan rasa sukanya yang mendalam.
“Hampir seluruh aktivitas saya di sini, di Paris, selalu mengingatkanku pada dirimu dengan ribuan untaian,” tulis Armand kepada Lenin beberapa tahun sesudahnya, yakni pada 1913.
Surat itu menjelaskan bahwa Armand benar-benar jatuh cinta dengan teman dan mentornya. “Aku tak hanya sangat senang mendengarkanmu, tetapi juga melihatmu berbicara. Pertama, wajahmu menjadi begitu hidup ketika engkau berbicara; kedua, mengamatimu di saat-saat seperti itu sangat nyaman karena kau tak memperhatikan pandanganku ….”
Peran Krupskaya
Saat bertemu Armand, Lenin telah menikah dengan Nadezhda Krupskaya selama sebelas tahun. Selain sebagai seorang revolusioner dan asisten kepercayaan Lenin, Krupskaya juga merupakan pasangan hidupnya yang setia. Terlepas dari persaingan mendapatkan kasih sayang sang pemimpin Bolshevik, kedua perempuan itu berhasil menjalin pertemanan.
Krupskaya menulis, “Ini akan menjadi lebih menyenangkan dan seru setiap kali Inessa datang.” Sementara, Armand mengatakan, “Saya menyukainya (Krupskaya) sejak pertama kali kami bertemu. Ia memancarkan kelembutan khusus pada rekan-rekannya.”
Lev Danilkin, penulis biografi Lenin yang baru-baru ini diterbitkan, mencatat bahwa tak ada bukti dokumenter mengenai hubungan asmara antara Lenin dan Armand; itu semua hanya berupa dugaan dan gosip belaka. Ia menduga bahwa hubungan Lenin dengan Armand dan Krupskaya mungkin telah mengikuti konsep moral sosialis baru yang diusulkan Nikolay Chernyshevsky dalam novelnya Chto delat? (Apa yang Harus Dilakukan?): “Pada dasarnya, semuanya diperbolehkan selama didasarkan pada sikap saling menghormati.”
Inilah mengapa Danilkin percaya bahwa Krupskaya dan Armand berhasil mengatasi potensi kecemburuan di antara mereka. Mereka adalah orang-orang yang berpikiran sama yang saling menghormati satu sama lain dan memiliki cita-cita serupa yang radikal untuk era mereka.
Akhir yang Tragis
Bagaimanapun juga, hubungan antara Lenin dan Armand tak berlangsung lama. Sang pemimpin revolusi akhirnya memilih tetap setia dengan istrinya yang telah hidup bersamanya selama bertahun-tahun. Dalam sebuah surat dari tahun 1913, Inessa menulis dengan penuh kesedihan, “Kita telah berpisah, sayangku!”
Armand tetap setia pada Lenin dan revolusi hingga akhir hayatnya. Meski berkewarganegaraan Prancis, yang memberinya hak untuk hidup nyaman di Eropa, ia memiih bergabung dengan Lenin dan Krupskaya dalam perjalanan mereka kembali ke Rusia pada 1917.
Armand ikut ambil bagian dalam Revolusi Oktober dan terus mendukung Uni Soviet yang masih muda, tinggal di sebuah apartemen yang sudah tua, kata Danilkin. Ia akhirnya menyerah pada kolera pada usia 46 tahun. Ironisnya, ia terjangkit penyakit itu saat liburan di sebuah resor di selatan.
Tokoh revolusioner Vladimir Lenin telah wafat 94 tahun lalu. Namun, hingga kini siapa pun masih bisa melihat jasad asli pemimpin pertama Uni Soviet ini yang diawetkan di Moskow, tepatnya di Mausoleum Lenin.