Kerja Sama Rusia-ASEAN: Kebutuhan atau Keharusan?

Direktur Pusat ASEAN di Institut Negeri Hubungan Internasional Moskow (MGIMO) Dr. Victor Sumsky

Direktur Pusat ASEAN di Institut Negeri Hubungan Internasional Moskow (MGIMO) Dr. Victor Sumsky

Fauzan Al-Rasyid/RBTH Indonesia
Segera setelah menghadiri pertemuan KTT APEC di Manila pada 18 – 19 November lalu, PM Rusia Dmitry Medvedev langsung terbang ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk menghadiri Konferensi Asia Timur ke-10 yang dihadiri 18 negara. Para pengamat Rusia menyatakan bahwa kehadiran Medvedev dalam Konferensi Asia Timur di Kuala Lumpur tak boleh diabaikan. RBTH Indonesia mewawancarai Direktur Pusat ASEAN di Institut Negeri Hubungan Internasional Moskow (MGIMO) Victor Sumsky dan mencari tahu signifikansi dan posisi ASEAN dalam daftar mitra strategis Rusia.

Victor Sumsky adalah lulusan Sekolah Jurnalisme Internasional MGIMO pada tahun 1975. Selain bahasa Inggris, Sumsky berbicara fasih bahasa Indonesia. Pada 2010 silam, ia menerima penghargaan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow atas kontribusinya terhadap pengembangan hubungan antara Rusia dan Indonesia. Saat ia berkunjung ke Jakarta, RBTH Indonesia berkesempatan mewawancarai sang pakar terkait hubungan dan masa depan Rusia dan ASEAN.

RBTH (R): Kebijakan luar negeri Rusia dikatakan semakin condong ke Timur. Bagaimana Anda melihat hubungan antara Rusia dan ASEAN saat ini?

Victor Sumsky (V.S.): Di Rusia, ASEAN selalu dianggap sebagai salah satu partner utama di antara berbagai macam pemain politik dan ekonomi lainnya di Asia. Saya pikir, di antara Rusia dan ASEAN tidak ada masalah politik atau persaingan apa pun yang bisa memisahkan kedua belah pihak. Antara Rusia dan ASEAN justru terdapat begitu banyak peluang kerja sama serta beragam tema kooperasi baru untuk didiskusikan. Jadi, pada umumnya saya kira hubungan kami pada dasarnya positif, dan kami harap tentunya hubungan semacam ini akan terus berlangsung.

R: Apa yang dilakukan rekan-rekan di Pusat ASEAN di MGIMO untuk mendukung kerja sama antara Rusia dan ASEAN?

V.S.: Ada bermacam-macam. Mulai dari analisis informasi mengenai peristiwa yang baru terjadi hingga ke berbagai percobaan untuk membantu perkembangan hubungan Rusia dan ASEAN di bidang bisnis.

Dalam rangka penyebaran informasi, misalnya, kami baru menerbitkan buku kumpulan pidato Presiden Putin. Buku berjudul “Pidato Bersejarah Presiden Rusia Vladimir Putin” ini merupakan hasil kerja sama Pusat ASEAN di MGIMO dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Institut Terjemahan & Buku Malaysia Berhad, dan A Just World Institute dari Rusia. Buku ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Saya pikir, buku tersebut adalah suatu sumbangan penting agar masyarakat Indonesia lebih memahami politik luar negeri Rusia, khususnya terkait prinsip-prinsip yang dipegang oleh sang presiden Rusia.

R: Sejak ada perselisihan dengan Barat dan AS, hubungan Rusia dengan Tiongkok saat ini bisa dikatakan cukup “mesra”. Apa tanggapan Anda?

V.S.: Saya kira, Rusia tidak bermaksud untuk memilih Tiongkok sebagai satu-satunya partner di Asia. Sebaliknya, hubungan dengan Tiongkok akan berkembang lebih harmonis jika Rusia mampu menjalin hubungan dengan mitra-mitra lainnya di Asia. Pada umumnya, saya pikir mitra-mitra Rusia di negeri Tiongkok akan seratus persen setuju bahwa hubungan luar negeri yang berfokus pada satu partner saja tidaklah sehat — harus ada diversifikasi. 

R: Ada anggapan bahwa bergeraknya Rusia ke Timur karena dorongan akibat sanksi dari Barat. Asia lebih dianggap sebagai alternatif. Bagaimana pendapat Anda?

V.S.: Hubungan baik Rusia dengan Asia seperti saat ini sudah ada sejak dulu. Sebenarnya, sejak masa kepemimpinan Presiden Gorbachev. Pada masa Gorbachev, ia mulai membicarakan pentingnya hubungan yang lebih erat dengan negara-negara di Asia Timur. Rusia memang sudah seharusnya menyeimbangkan hubungan politik luar negerinya antara Timur dan Barat.

Namun, apa yang dilakukan Barat dan AS terhadap Rusia saat ini semacam “reality check”. Tentu saja, sangat wajar di situasi semacam ini Rusia lebih fokus mencari kesempatan-kesempatan baru di Asia, meskipun itu tak berarti bahwa kami berupaya melakukan “aksi balas dendam” dengan memisahkan hubungan dengan Barat. Sebenarnya, pandangan terhadap Rusia pada umumnya, dan politiknya — pada khususnya — di Barat cukup majemuk. Tidak semua masyarakat Barat memandang Rusia dengan kacamata yang sama. Kami mempunyai cukup banyak teman dan mitra yang mengerti bahwa ada banyak kesempatan dalam kerja sama dengan Rusia yang harus digunakan, khususnya untuk kepentingan negaranya sendiri. Saya kira, meskipun ada berbagai sanksi, hubungan kerja sama itu akan terus berlanjut. Pada saat yang sama, berbagai macam kesempatan baru terbuka di kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara. Dan tidak menggunakan kesempatan itu sungguh hal yang tidak masuk akal.

R: Apakah Rusia memiliki fokus tertentu untuk kerja sama dengan negara anggota ASEAN yang dianggap lebih potensial? Atau ASEAN secara keseluruhan memang dianggap potensial?

V.S.: Menurut saya, katakanlah, jika Rusia mengembangkan hubungan yang erat dengan Indonesia. Artinya, pada saat yang sama Rusia turut mengembangkan hubungan yang erat dengan ASEAN. Jika kita melihat statistik perdagangan antara Rusia dan negara-negara ASEAN tertentu, tentu saja sangat wajar bahwa hasilnya begitu beragam. Mungkin sebagian negara anggota ASEAN sudah lebih tertarik bekerja sama dengan Rusia, sedangkan sebagian lainnya mungkin masih mempersiapkan diri untuk itu. Namun, intinya harus ada minat dari kedua belah pihak.

Saya kira, sudah ada beberapa contoh yang baik dalam hal perkembangan yang pesat di bidang perdagangan, pariwisata, dan teknologi. Rusia juga harus aktif menerapkan berbagai pengalaman positif yang tercipta dalam berbagai kerja sama dengan negara-negara angota ASEAN. Misalnya, ada suatu pengalaman positif antara Rusia dan Indonesia. Pengalaman ini mungkin bisa diterapkan pula di negara-negara ASEAN lainnya. Jika ada sesuatu yang baik antara Rusia dan Vietnam, mungkin pengalaman tersebut dapat diterapkan di Indonesia juga, dan seterusnya. 

Begitulah strategi hubungan Rusia dan ASEAN harus dikembangkan. Namun, sebaiknya memang tidak ada satu mitra atau negara yang lebih diutamakan. Lebih baik jika ada ada kesimbangan. Walaupun, tentu saja, Indonesia sebagai negara anggota yang paling besar, dengan jumlah penduduk yang besar, dan sekaligus memiliki pangsa pasar yang besar, maka sangat wajar jika Rusia menjalin kemitraan yang kuat dengan negeri ini.

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki