Kunjungan Sergei Lavrov pada 5 dan 6 Agustus lalu di Kuala Lumpur pada KTT ASEAN Summit. Foto: Kementerian Luar Negeri Rusia
Menurut para analis, negara-negara di wilayah ASEAN tidak hanya tertarik untuk mengembangkan kerja sama dengan Rusia di sektor energi, tetapi juga dalam industri teknologi tinggi. Namun, pembelokan arah kerja sama sepenuhnya ke Timur mustahil tanpa adanya pengembangan wilayah Rusia di Siberia Timur dan Timur Jauh yang membutuhkan investasi dari Asia-Pasifik.
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) didirikan pada tahun 1967. Anggota ASEAN terdiri dari Brunei, Vietnam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Filipina. Organisasi ini bertujuan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara, selain itu untuk mempercepat pembangunan ekonomi, sosial dan budaya dari negara-negara anggota.
Kunjungan Sergei Lavrov pada 5 dan 6 Agustus lalu di Kuala Lumpur pada KTT ASEAN Summit penuh dengan berbagai jadwal pertemuan. Selain pertemuan bilateral dengan mitra-mitra di Asia-Pasifik, Lavrov juga ikut serta dalam kegiatan organisasi dan afiliasi lainnya, seperti KTT Asia Timur dan Forum Regional ASEAN mengenai keamanan.
Lavrov juga mencoba untuk mempromosikan pengembangan hubungan ekonomi dengan mengadakan pertemuan bersama perwakilan dari perusahaan-perusahaan besar di wilayah ASEAN dan meyakinkan mereka bahwa Rusia adalah negara yang menjanjikan sebagai tempat penanaman investasi di luar pemberlakuan sanksi Barat. "Kami merasakan dampak dari sanksi sangat merugikan negara kami. Namun, kami yakin kami akan segera melewati masa-masa sulit ini," ujar Lavrov dalam pertemuan dengan para pengusaha dari Malaysia.
Arah Perspektif
"Bagi Rusia, ASEAN adalah arah yang sangat menjanjikan," ujar Kepala Institut Timur Jauh RAN dan sekaligus Profesor MGIMO Sergei Luzyanin.
Pada saat yang sama, sang ahli mengatakan dalam wawancaranya dengan RBTH, tidak seperti arah kebijakan luar negeri Rusia pada Tiongkok, kontak dengan ASEAN sejauh ini adalah sebagai pelengkap kebijakan Moskow di Asia. Rusia kini perlu mengembangkan kebijakan konseptual mereka terhadap ASEAN.
Selama kunjungan di Kuala Lumpur, Lavrov mengembangkan dokumen strategis mengenai kerja sama di antara Rusia dan ASEAN. Karena itu, diputuskanlah untuk membentuk "kelompok khusus orang bijak". Selain itu, Rusia dan ASEAN dalam beberapa bulan mendatang harus mengadopsi rencana komprehensif pengembangan kerja sama selama lima tahun. Fokus dokumen tersebut akan ditujukan kepada perekonomian.
Menurut Luzyanin, hubungan ekonomi antara Rusia dan negara-negara di wilayah ASEAN belum begitu signifikan. Namun, ia mencatat, Moskow memiliki beberapa "manfaat industri". Hal ini terutama berkaitan dengan sektor energi, tidak hanya penjualan hidrokarbon, tetapi juga pengembangan kontak di bidang energi nuklir. Rusia dapat bepartisipasi aktif dalam proyek-proyek multilateral luar angkasa dan aeronautika ASEAN.
Para analis melihat kemungkinan terobosan dalam hubungan dengan beberapa negara yang secara tradisional mempunyai hubungan ekonomi dan politik yang kuat dengan Rusia, seperti Vietnam dan Indonesia.
Perkembangan Timur Jauh
Pada saat yang sama, ada pendapat bahwa kunci pengembangan hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara terletak pada Rusia sendiri. Profesor Hubungan Internasional Institut Timur Jauh di Khabarovsk Valery Chudesov mengatakan dalam wawancaranya dengan RBTH, "Menguatnya posisi Rusia di kawasan Asia-Pasifik dimulai dari Timur Jauh Rusia. Menguatnya posisi di kawasan Asia Pasifik tidak akan menjadi kenyataan jika Rusia tidak memiliki basis ekonomi yang kuat di Timur Jauh dan perpindahan keluar penduduk lokal dari daerah tersebut," katanya meyakini.
Sang analis juga mencatat pentingnya menarik investasi dari negara-negara Asia Tenggara untuk pengembangan wilayah di Timur Jauh Rusia, khususnya yang berkaitan dengan usaha kecil dan menengah.
Prinsip Kerja Sama
Menurut Luzyanin, ada beberapa prinsip dasar yang harus bersandarkan pada konsep kerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara. Pertama, selain menggunakan ikatan hubungan tradisional di bidang pertambangan dan perdagangan hidrokarbon, dibutuhkan pula kerja sama baru di bidang ekonomi.
Kedua, Rusia perlu memperkuat posisinya di wiliayah yang secara tradisional Rusia mempunyai posisi kuat, seperti pada sektor energi, konstruksi pesawat, dan kerjasama militer-teknis. Ketiga, perlu dilakukan dialog di bidang keamanan, sekaligus "menetralisasi titik panas di beberapa wilayah", yaitu di Semenanjung Korea, Selat Taiwan, dan sengketa wilayah di Lautan Tiongkok Selatan dan Timur.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda