Peretas Rusia berupaya membobol basis data registrasi pemilihan presiden AS, menciptakan kekhawatiran bahwa pemerintah Rusia berupaya mencampuri pemilu tersebut, demikian disampaikan pejabat intelijen AS pada NBC News, Selasa (30/8).
Upaya yang dilakukan termasuk pencurian data 200 ribu pemilih di Illinois dan Arizona, terang sang pejabat.
Insiden ini langsung ditanggapi FBI dengan mengeluarkan 'peringatan kilat' bagi para pejabat pemilu di seluruh AS, seraya meminta mereka untuk mengawasi serangan dunia maya serupa.
Salah seorang pejabat menyampaikan pada NBC News bahwa serangan tersebut berkaitan dengan badan intelijen Rusia. "Kami berupaya mengaitkan serangan terbaru dengan pemerintah Rusia," kata sang pejabat.
Ia juga menambahkan, ada kekhawatiran serius bahwa Kremlin mungkin berupaya menciptakan ketidakpastian dalam proses pemilihan presiden AS.
Kedua pejabat menyebutkan badan intelijen AS belum memastikan bahwa pemerintah Rusia mencoba melakukan hal tersebut, tapi mereka mengkhawatirkan kemungkinan itu.
Menurut mereka, Rusia sejak lama melakukan penyadapan siber pada target politik mereka. "Pertanyaannya sekarang apakah mereka menggelar operasi mata-mata untuk mengacaukan pemilu AS," kata sang pejabat.
Sementara pihak Rusia menilai kecurigaan tersebut tak berdasar, demikian dilaporkan TASS mengutip Sekretaris Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov. Pihak Kremlin merasa tak perlu mengomentari kecurigaan pihak AS tersebut.
"Pernyataan itu tak berdasar dan tanpa fakta. Sungguh tak substansial," kata Peskov.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda