Campur Tangan AS di Libya, Suriah, dan Irak Tak Bisa Dijelaskan ataupun Dibenarkan

Campur tangan tersebut menciptakan bencana kemanusiaan skala besar di wilayah itu, demikian ditegaskan juru bicara Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma).

Campur tangan AS dan NATO di Libya, Suriah, dan Irak menciptakan bencana kemanusiaan skala besar di wilayah itu, demikian disampaikan juru bicara Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma) Sergey Naryshkin, Rabu (4/11), saat menghadiri pertemuan meja bundar dengan pemerintah Aljazair. 

Rusia dan Algeria sama-sama menentang tekanan dari luar negeri untuk mengubah rezim sebuah negara. "Dalam peringatan ke-61 tahun revolsi Aljazair, kita harus mengenang para korban dan menganalisis perkembangan periode tragis tersebut. Sejak itu, kami menolak semua bentuk tekanan eksternal yang menjadi fondasi hubungan antara kedua negara," kata Naryshkin.

"Aljazair selalu menjadi wilayah yang stabil di Afrika Utara dan Timur Tengah, yang mampu bereaksi tanggap dan efisien saat menghadapi tantangan geopolitik, pendukung perdamaian di Timur Tengah yang berbasis hukum internasional, dan Rusia juga selalu memiliki pandangan yang sama," lanjut sang juru bicara.

Naryshkin mengenang kala negara-negara Eropa menolak permohonan bantuan Aljazair untuk membersihkan ranjau. "Soviet bersedia melakukan tugas berbahaya tersebut secara cuma-cuma. Ahli militer kami, para insinyur lapangan, berhasil menjinakan sekitar 1,5 juta ranjau yang ditanam selama periode perang pada 1954-1962," ujar Naryshkin.

Pertama kali dipublikasikan oleh TASS.

Baca lebih banyak mengenai Timur Tengah >>>

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki