Krisis migrasi di Eropasaat ini sudah diprediksi sebelumnya, demikian disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Forum Ekonomi Timur, Jumat (4/9).
Krisis tersebut berakar dari buruknya kebijakan luar negeri Barat, tepatnya kebijakan AS di Timur Tengah dan Afrika Utara, terang Putin di hadapan anggota forum. Menurut Putin, Rusia telah mengingatkan mereka mengenai konsekuensi yang mungkin akan dihadapi sejak beberapa tahun lalu.
"AS memaksakan standar mereka tanpa mempertimbangkan konteks sejarah, agama, dan budaya spesifik di wilayah tersebut," kata Putin.
Putin mengaku terkejut saat melihat media massa AS mengkritik Eropa karena berlaku kejam terhadap para imigran. Ia menegaskan bahwa AS tak terdampak secara langsung oleh aliran migrasi tersebut, sementara Eropa - yang dengan buta mengikuti instruksi Washington - harus menanggung beban.
Pada Kamis (3/9), juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebutkan Eropa bisa belajar dari Rusia dalam menyelesaikan masalah pemberian suaka. Zakharova mengingatkan, Rusia berhasil mengakomodasi ratusan ribu pencari suaka dari Ukraina."Mereka mendapat tempat tinggal, makanan, dan pelayanan lain," kata Zakharova. Sang diplomat mengaku khawatir melihat ketakberdayaan Uni Eropa menghadapi arus pencari suaka dari Timur Tengah dan Afrika Utara.
Eropa saat ini menjadi pusat krisis migrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam beberapa bulan terakhir, arus imigran dan pencari suaka dari Afrika dan Timur Tengah, khususnya Suriah, ke Eropa terus meningkat.
Dalam beberapa minggu terakhir, para imigran menyerbu pagar perbatasan, kereta, serta kapal feri. Berdasarkan data Komisi Eropa, sejak awal tahun ini, lebih dari 400 ribu imigran telah mengajukan suaka di 28 negara Uni Eropa. Arus imigran ilegal mencapai satu juta orang, meningkat lima kali lipat dibanding tahun lalu.
Baca lebih banyak mengenai Uni Eropa >>>
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda