Apa Saja Peran Jerman dalam Industrialisasi Uni Soviet pada Tahun 1930-an?

Ekonomi
ZHANNA NEYGEBAUER
Pada akhir 1920-an dan awal 1930-an Uni Soviet tengah menjalankan kebijakan industrialisasi yang cepat. Salah satu tujuan utamanya adalah mengakhiri ketergantungan negara pada sistem impor dari negara-negara kapitalis barat. Ironisnya, untuk mencapai tujuan ini, Moskow harus mencari bantuan dari negara-negara Barat yang sebenarnya juga dapat “mengganggu” rencana ini — terutama, Jerman.

"... Menjelang Revolusi Oktober, Lenin berkata: 'Kita akan menghadapi kematian kecuali kita mengejar, dan mengambil alih, negara-negara kapitalis maju'. Kita tertinggal 50 sampai 100 tahun di belakang dari negara-negara maju. Kita harus melintasi jarak ini dalam kurun waktu 10 tahun. Entah bagaimana kita melakukannya, atau mereka akan menghancurkan kita". Ini adalah kata-kata Joseph Stalin ketika ia memproklamirkan Konferensi Seluruh Serikat Pekerja Terkemuka Industri Sosialis Pertama pada tahun 1931.

Pinjaman Jerman

Negara Soviet yang baru lahir muncul dari sisa-sisa era Kekaisaran Rusia yang hancur ketika Perang Dunia I, dua revolusi, dan akhirnya, perang saudara berdarah yang berlangsung hampir empat tahun. Pada tahun 1922, kas negara Rusia telah habis, dan lebih buruk lagi sejumlah besar wilayah telah hilang dari negara-negara yang memperoleh kemerdekaannya, seperti Finlandia dan Polandia.

Kekaisaran Rusia sebenarnya relatif terindustrialisasi, peringkat kelima di dunia dalam hal kapasitas produksi manufaktur, dengan 5,5% dari total global pada tahun 1913. Namun, Rusia jauh di belakang Amerika Serikat (36%); Inggris Raya (16%); dan Jerman (14%). Prancis berada dalam urutan ke-4 di 6,4%.

Negara-negara yang disebutkan di atas adalah saingan berat bagi Uni Soviet dan juga berpotensi mengancam keamanan nasional. Akibatnya, ada rasa urgensi untuk mengimbangi mereka. Karena takut akan agresi dari Barat, Stalin percaya bahwa sangat penting untuk melakukan industrialisasi Uni Soviet dengan cepat, dan melakukannya dengan menggunakan sumber daya internal negara itu sendiri.

Kremlin percaya bahwa penjualan bahan mentah dan produk pertanian ke luar negeri akan memberi Uni Soviet dana yang diperlukan untuk pengembangan industri. Namun, pada tahun 1929, krisis ekonomi global melanda — Depresi Hebat — dan harga ekspor Soviet anjlok, membuat Moskow kehilangan mata uang keras yang sangat dibutuhkan.

Harapan Moskow yang telah gagal terjadi dan Uni Soviet terpaksa beralih ke negara-negara barat untuk mendapatkan pembiayaan. Jerman menjadi kreditor utama, dan sejak 1925 Berlin telah memberi Moskow 100 juta mark. Tahun berikutnya jumlah itu meningkat tiga kali lipat, dan selama sembilan tahun berikutnya utang resmi Soviet mencapai 900 juta mark.

Mengundang spesialis asing 

"...Saya berprofesi sebagai pekerja logam, saya berusia 32 tahun, menikah dengan satu anak, dan memiliki referensi profesional yang baik. Mengingat fakta bahwa situasi pekerja di Saxony sangat sulit, saya ingin beremigrasi ke Rusia sejak saya menjadi anggota Partai Komunis.<…> K. Matuszak, Leipzig, 1923." Surat ini, ditujukan ke Kamar Dagang Soviet, ditulis oleh salah satu dari banyak orang Jerman yang ingin mencari peruntungan di Uni Soviet. Pada awal 1930-an, ada lebih banyak lagi permintaan seperti itu dari pekerja asing.

Menurut Sejarawan Rusia bernama Vera Pavlova, orang asing yang mencari peluang ekonomi di Uni Soviet berasal dari latar belakang yang sangat beragam, baik spesialis berkualifikasi tinggi maupun pekerja biasa. Beberapa terinspirasi untuk pindah ke Uni Soviet karena pandangan politik mereka dan keinginan untuk membantu membangun Komunisme.

Dalam kasus lain, peristiwa tersebut terjadi karena keinginan suaka politik; sementara yang lain mencoba keluar dari kemiskinan ekonomi dan kurangnya kesempatan di Barat. Depresi Hebat melanda Eropa dan Amerika saat ini, membawa gelombang pengangguran dan keputusasaan.

Pada gilirannya, pabrik-pabrik Soviet memiliki tuntutan dan harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Uni Soviet, yang terbentuk di tengah pergolakan Revolusi dan Perang Saudara (1918-1923), sangat kekurangan tenaga kerja.

Hilang dalam terjemahan

Kesulitan-kesulitan tertentu muncul selama kerja sama Soviet dengan spesialis asing (yang mereka kenal ‘inspetsy’ — singkatan dalam gaya Soviet dari ‘inostrannyye spetsialisty’ Rusia). Dalam beberapa kasus, spesialis asing dikirim untuk melakukan hal-hal yang tidak memenuhi syarat dan tidak mereka ketahui.

Pada gilirannya, orang asing mengeluh tentang kondisi kerja yang buruk, peralatan berkualitas rendah, dan kurangnya minat pada inisiatif dan saran mereka. Kondisi tenaga kerja di pabrik-pabrik Soviet sering tertinggal dari standar Eropa. Selain itu, kendala bahasa, dan terkadang pemisahan dari orang yang dicintai, berdampak negatif terhadap moral pekerja asing.

Sementara itu, penduduk setempat terkadang mengeluh bahwa kolega baru mereka (orang asing) adalah pekerja miskin dan menikmati hak istimewa yang berlebihan dan tidak layak. "Jerman tidak akan bekerja tetapi akan menipu Rusia karena mereka akan dibayar 10 rubel emas"; dan "... mereka dulu menertawakan orang Rusia, menyebut mereka babi, dan sekarang mereka datang ke negara kita". Ini adalah beberapa keluhan pekerja yang ada — mengutip dari penelitian Vera Pavlova.

Citra populer dari seorang spesialis asing yang direkrut dari luar negeri untuk bekerja dengan kolega lokal bahkan diabadikan dalam literatur Soviet. Dalam novel komik lucu mereka, ‘Anak Sapi Emas Kecil’, satiris Ilya Ilf dan Evgeny Petrov menggambarkan seorang insinyur Jerman bernama Heinrich Maria Zauze yang datang ke Uni Soviet untuk bekerja di perusahaan Soviet ‘Gerkules’, dan benar-benar dibuat bingung oleh mentalitas dan kecepatan hidup setempat. "Dear Poppet, saya menjalani kehidupan yang aneh dan tidak biasa. Saya sama sekali tidak melakukan apapun, tetapi mendapatkan uang saya tepat waktu seperti yang ditentukan dalam kontrak saya," heran Herr Zauze menulis kepada tunangannya di rumah.

"Mengapa kami merekrut pekerja Jerman? Kami menghabiskan banyak uang untuk mereka, kami memberi mereka lebih banyak hak istimewa, tetapi kami tidak mendapat imbalan apapun. Pada pertemuan kami diberitahu bahwa kolaborasi dengan pekerja Jerman akan berarti peningkatan efisiensi pekerja, tetapi ternyata mereka hanya menunda pemenuhan rencana keuangan industri dengan berlarut-larut di tempat kerja dan kinerja yang buruk di tempat kerja," keluh para pekerja Pabrik № 50 untuk menghormati M.V. Frunze.

Meskipun ada beberapa pengalaman negatif, seperti yang disebutkan di atas, sebagian besar pekerja terampil Jerman secara bertahap diintegrasikan ke dalam proses produksi dan di beberapa tempat mereka bahkan mulai mengueluarkan rekan mereka dalam hal efisiensi.

Peralatan dan konstruksi

Kebutuhan untuk mendatangkan pekerja asing juga ditentukan oleh fakta bahwa Uni Soviet mengimpor peralatan dari luar negeri. Akibatnya, diperlukan spesialis asing yang tahu cara mengoperasikan peralatan dan mengajari rekan Soviet mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut. Penjualan peralatan ini seringkali merupakan bagian dari proyek yang lebih besar, seperti pembangunan seluruh pabrik. Perusahaan asing akan merancang proyek, memilih peralatan, dan mentransfer paten dan pengetahuan teknis ke pihak Soviet, sementara Uni Soviet menanggung biaya dan membayar jasa.

Berdasarkan riset dari sejarawan Boris Shpotov, dari 170 perjanjian bantuan teknis asing yang ditandatangani oleh Uni Soviet antara tahun 1923 dan 1933, perusahaan Jerman menyumbang 73 kesepakatan, yang merupakan 43% dari total. Pada gilirannya, Jerman telah bagian 47% dari impor Soviet pada tahun 1932.

Raksasa teknik Jerman, Siemens, adalah salah satu mitra utama Uni Soviet. Nyatanya, Siemens telah aktif di Rusia selama era kekaisaran. Pada tahun 1930-an, selama periode industrialisasi yang pesat, Siemens terlibat dalam sejumlah proyek besar; misalnya, berpartisipasi dalam pembangunan pembangkit listrik di Sungai Kura di Transcaucasus, dan dalam perencanaan dan persiapan lokasi pembangkit listrik tenaga air Dnieper, serta memasok turbin untuk pembangkit listrik tenaga batu bara Kashira.

Kota sosialis

Membangun utopia Soviet lebih dari sekadar proyek industri baru. Bagian penting dari industrialisasi Soviet adalah pembentukan apa yang disebut "kota sosialis" (‘sotsgorod’ dalam bahasa Rusia) yang berpusat di sekitar pabrik industri besar dan dirancang khusus untuk memenuhi semua kebutuhan pekerja pabrik. Sejumlah arsitek dan perencana kota Barat diundang ke Uni Soviet untuk tujuan ini. Di antara mereka adalah Ernst May dari Jerman, yang terkenal merancang banyak bangunan penting di Frankfurt am Main selama Republik Weimar.

Pada tahun 1930, May datang ke Uni Soviet dengan timnya yang terdiri dari 17 spesialis terbaik dalam perencanaan kota, arsitektur, desain interior, dan seni. Dalam waktu singkat "May Brigade", yang terinspirasi oleh estetika Bauhaus Jerman, merencanakan pembangunan 20 kota, termasuk Magnitogorsk, Nizhny Tagil, Avtostroi (di luar Gorky/Nizhny Novgorod) dan Stalingrad. "Kami bertanggung jawab atas wilayah antara Novosibirsk dan Kuznetsk, cekungan batu bara raksasa Siberia. Tepat di sini, kami menyusun rencana secara terperinci untuk enam kota, yang sebagian besar akan dibangun tahun ini," tulis seorang rekan May pada tahun 1931.

Proyek-proyek ambisius ini menghasilkan sedikit hasil. Sejak awal, mereka merencanakan sebagai proyek berbiaya rendah, tetapi otoritas Soviet mencoba menghemat uang untuk biaya konstruksi dan selanjutnya memotong anggaran. Penghuni diberikan ruang hunian kecil di perumahan berkualitas rendah dengan praktis tanpa fasilitas. Terlepas dari keinginan awal May untuk melayani otoritas Soviet, hubungan segera memburuk karena ia kecewa dengan Soviet, dan setelah tiga tahun May dan banyak anggota timnya memutuskan untuk pergi.

Ketika Sosialis Nasional berkuasa di Jerman pada tahun 1933, kerja sama Moskow dengan Berlin menjadi sulit. Rencana lima tahun Soviet yang pertama (1928-1932) — upaya pertama industrialisasi dalam kerangka waktu lima tahun — baru saja selesai. Negara membuat lompatan besar ke depan, dan dalam kata-kata Stalin, rencana industri berat telah terjadi terpenuhi ke tingkat 108%.

Industrialisasi yang cepat menghasilkan buah yang positif, dan ketergantungan pada negara-negara Barat jauh lebih sedikit daripada sebelumnya. Namun, rencana lima tahun kedua (1933-1937) terbukti kurang berhasil, dan yang ketiga (1938-1942) terputus oleh dimulainya Perang Dunia II, yang jelas mengakhiri semua kerja sama dengan Jerman.

Lalu, apa saja konsekuensi atas Rencana Lima Tahun bagi perekonomian nasional Uni Soviet? Simak selengkapnya!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut: