Pelabuhan Arktik Sabetta.
Alexander Rumin/TASSKapal tanker Cygnus Passage di Sakhalin.
Sergei Krasnoukhin/TASSMelebihi negara lain. Menurut Schotnaya Palata, lembaga negara yang mengawasi kinerja pemerintah, Rusia memiliki cadangan gas terbesar di dunia, cadangan minyak terbesar keenam, dan menguasai sebagian besar cadangan nikel, platina, emas, dan bijih besi di dunia, serta banyak mineral lainnya.
Untuk sementara, nilai kotor cadangan mineral Rusia yang telah dieksplorasi diperkirakan mencapai 28 triliun dolar AS di harga pasar dunia. Minyak, gas, dan batu bara menyumbang tiga perempat jumlah ini. Pada saat yang sama, cadangan pasti (proven reserves) gas alam Rusia cukup untuk menghidupi negara itu selama lebih dari 50 tahun.
“Rusia memiliki volume cadangan pasti gas alam terbesar, sekitar 20 persen dari (total) cadangan dunia,” kata Oleg Cherednichenko, seorang profesor di Departemen Teori Ekonomi Universitas Ekonomi Plekhanov, Rusia.
Unit Pengolahan Gas Komprehensif 2C di ladang minyak, gas, dan kondensat Zapolyarnoye.
Gazprom/Global Look PressSecara total, cadangan gas alam Rusia diperkirakan mencapai 38 triliun m³, diikuti oleh Iran (32 triliun m³), dan Qatar (24,7 triliun m³).
Stasiun pengiriman gas di Belousovo. Kaluzhkaya oblast, Rusia.
Anton Kavashkin/Global Look PressPada 2019, perusahaan gas Rusia Gazprom mengekspor 236,9 miliar m³ gas. Angka tersebut merupakan salah satu yang tertinggi dalam sejarah Gazprom.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 199,2 miliar m³ dijual ke negara-negara di luar bekas Uni Soviet. Jumlah ini mencapai 98,7 persen dari rekor pada 2018 dan 2,5 persen lebih banyak daripada 2017. Pasokan ke beberapa negara Eropa, termasuk Prancis, Austria, Hongaria, dan Belanda, bahkan mencapai level tertinggi.
Sebuah kapal tanker di Teluk Finlandia.
Yevgeny Biyatov/SputnikPada 2020, akibat pandemi COVID-19, volume pasokan gas diramalkan menurun. Gazprom memperkirakan pasokan ke negara-negara di luar eks Uni Soviet tahun ini hanya mencapai 165—170 miliar m³.
Kilang pengeboran gas di Yamal.
Alexei Fillipov/SputnikCadangan yang melimpah dan biaya produksi yang rendah adalah dua faktor utama yang membuat Rusia menjadi pengekspor gas alam terbesar di dunia selama bertahun-tahun hingga kini.
“Bahkan dengan mempertimbangkan jalur transportasi yang panjang ke negara-negara Uni Eropa, batas bawah biaya pengiriman gas ke perbatasan masih lebih rendah dibandingkan kasus serupa pada sebagian besar kompetitor Rusia,” kata Dmitry Gordeyev, seorang peneliti senior di Pusat Kajian Pasar Sektoral di Institut Riset Ekonomi Terapan, Akademi Kepresidenan Ekonomi Nasional dan Administrasi Publik (RANKhiGS). Ia mengatakan, adanya pipa-pipa raksasa berkapasitas besar membuat Rusia leluasa mengirim gas dalam volume yang dibutuhkan tanpa batas.
Ladang gas Vankorskoe di Krasnoyarsk.
Ramil Sitdikov/SputnikRusia setidaknya bekerja keras untuk mempertahankannya. Rusia kini mulai aktif mengembangkan ekspor gas alam cair (LNG). Dengan demikian, produsen-produsen independen, yang — berdasarkan undang-undang — dilarang mengekspor gas melalui pipa, bisa terlibat dalam penjualan gas alam dan sekaligus mengurangi risiko politik melalui diversifikasi jalur ekspor.
Dalam hal ini, contoh paling nyata adalah pasokan gas ke Tiongkok. Pada 2014, Gazprom dan Perusahaan Petroleum Nasional Tiongkok menandatangani kontrak berjangka waktu 30 tahun dengan kesepakatan sebagai berikut:
Menurut Oleg Cherednichenko, meskipun situasi di pasar dunia saat ini tidak menguntungkan bagi Rusia, kemungkinan Rusia dapat mempertahankan statusnya sebagai eksportir gas terbesar sangat tinggi.
Pabrik gas Yamal SPG.
Vladimir Pesnya/Sputnik“Apakah Rusia akan mempertahankan posisinya di antara negara-negara pengekspor gas alam sebagian besar tidak bergantung pada ekonomi, tetapi pada pertimbangan politik,” kata Dmitry Gordeyev. Menurut Gordeyev, cadangan gas yang dieksplorasi Rusia dan pengembangan rute ekspor — dari sudut pandang ekonomi — memungkinkan Rusia untuk mengirimkan gas ke luar negeri dengan harga yang kompetitif selama beberapa dekade mendatang. Selain itu, kecenderungan untuk menggantikan gas alam dengan sumber energi lain, seperti batu bara dan minyak, dapat diamati di seluruh dunia.
Pembangunan Nord Stream 2.
Axel Schmdt/SputnikRusia terutama memasok gas dalam kontrak jangka panjang berdasarkan ketentuan take-or-pay. Artinya, jika pelanggan gagal “mengambil” volume gas yang telah disepakati sebelumnya, dia masih harus membayar pengiriman tersebut. Pasalnya, infrastruktur pasokan gas sangat mahal dan membutuhkan solusi teknologi yang substansial.
Gazprom, misalnya, telah membangun perpanjangan pipa gas Nord Stream di sepanjang dasar Laut Baltik untuk memasok gas ke Jerman dan dua jaringan pipa gas bawah laut, Blue Stream dan TurkStream, untuk memasok gas ke Turki. Biaya pembangunan proyek ini hanya bisa kembali melalui kontrak jangka panjang. Seiring turunnya harga hidrokarbon di pasar dunia, LNG kini menjadi lebih diminati karena dianggap lebih “fleksibel”.
“Kesiapan infrastruktur adalah kunci untuk mencapai keseimbangan optimal dalam menentukan biaya utama pengekstraksian dan pengiriman ‘bahan bakar biru’ dan, akibatnya, menentukan harga yang kompetitif,” kata Oleg Cherednichenko.
“Ibu minyak” dan “Bapak gas”.
Vasya LoshkinInilah sebabnya mengapa Rusia akhirnya memutuskan untuk menggunakan rute LNG. Nantinya, pangsa pasar LNG Rusia di pasar dunia bisa mencapai 25 persen volume dunia, kata Menteri Energi Alexander Novak baru-baru ini, tanpa menyebutkan jangka waktu secara spesifik.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda