Putin Keliru, Indonesia Ternyata Impor Daging Babi dari Rusia

Meski volume pengirimannya tak signifikan, Indonesia kini menempati urutan ke-17 dalam daftar negara pembeli daging babi ekspor asal Rusia pada kuartal kedua 2017.

Meski volume pengirimannya tak signifikan, Indonesia kini menempati urutan ke-17 dalam daftar negara pembeli daging babi ekspor asal Rusia pada kuartal kedua 2017.

Reuters
Importir terbesar produk babi Rusia pada kuartal kedua tahun 2017 adalah Ukraina. Total ekspor daging babi asal Rusia melebihi 72 juta dolar AS.

Oktober lalu, pada pertemuan yang membahas  perkembangan pertanian di Voronezh, Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat sangat terhibur oleh komentar Menteri Pertanian Aleksandr Tkachev. Kala itu, sang menteri menyebut Jerman sebagai contoh negara eksportir makanan yang sukses karena telah menjual tiga juta ton daging babi per tahun di pasar luar negeri. “Ke semua negara, terutama ke Tiongkok dan Indonesia.”

Mendengar pernyataan Tkachev, Putin sontak menyela sang menteri dan mengatakan bahwa Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim sehingga orang-orang tak makan babi.

Apa bedanya? tanya sang menteri menimpali. Putin pun secara spontan tertawa sambil berusaha menutup wajahnya. Sebenarnya, keduanya sama-sama keliru.

Presiden Putin spontan tertawa sambil berusaha menutup wajahnya ketika mendengar pernyataan menterinya.

Sebagaimana yang dilaporkan Forbes, Senin (20/11), nilai ekspor daging babi Jerman pada 2016 mencapai 4,4 miliar dolar AS. Namun, Jerman tidak memasok daging babi ke Indonesia.

Satu-satunya pemasok daging babi ke Indonesia tahun lalu adalah Singapura (dengan nilai mencapai 600 ribu dolar AS). Tahun ini, menurut statistik bea cukai yang diterbitkan International Trade Center (ITC), pada kuartal kedua tahun 2017, Indonesia — untuk pertama kalinya— membeli daging babi dari Rusia.

Meski volume pengirimannya tak signifikan (hanya 4.000 dolar AS), Indonesia kini menempati urutan ke-17 dalam daftar negara pembeli daging babi asal Rusia pada kuartal kedua 2017. Adapun Pakistan berada di posisi ke-18 dalam daftar itu dengan nilai pengriman mencapai 3.000 dolar AS.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki