Spasibo: Cita Rasa Rusia yang Halal untuk Masyarakat Jakarta

Muhammad sedang menyiapkan bliny.

Muhammad sedang menyiapkan bliny.

Fauzan Al-Rasyid
Mencari masakan Rusia di Jakarta, memang bukan hal yang mudah. Jika bukan karena hadir pada acara-acara yang diselenggarakan Pusat Kebudayaan Rusia di Jakarta, hampir mustahil bagi masyarakat Jakarta untuk mencicipi makanan-makanan khas ala Negeri Beruang Merah tersebut. Namun baru-baru ini, muncul layanan pesan antar makanan Rusia di Jakarta. RBTH Indonesia tertarik untuk mencari tahu lebih banyak mengenai bisnis yang terbilang langka ini.

Beberapa bulan lalu, Marlina dan suaminya, Vadim Yunusov, mulai merintis bisnis layanan pesan antar makanan Rusia pertama di Jakarta yang mereka beri merek “Spasibo” (bahasa Rusia, ‘terima kasih’). Yunusov, yang kini lebih akrab dipanggil Muhammad, adalah seorang berkebangsaan Rusia. Ia berasal dari kota Neftekamsk, Republik Bashkortostan, salah satu republik di Rusia yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam.

Tak hanya “menjadi yang pertama” dalam segi diferensiasi jenis usaha, “Spasibo” senantiasa mengedepankan prinsip makanan Rusia yang halal, mulai dari proses pemilihan bahan, pengolahan, hingga pengemasan. RBTH Indonesia berkesempatan berbincang-bincang bersama pasangan suami-istri ini dan mencari tahu bagaimana semuanya bermula dan apa rencana mereka di masa depan untuk memajukan bisnisnya.

RBTH (R): Dari mana dan kapan ide membuat layanan pesan antar makanan Rusia ini muncul?

Muhammad: Pada awalnya saya mencoba memasak beberapa jenis masakan Rusia untuk istri saya. Kemudian dia memberikan ide, mungkin kami bisa menjualnya karena dia percaya bahwa ini sangat menarik. Sejak itulah kami mulai menjalankan bisnis ini. Sedikit demi sedikit, bisnis kami terus berkembang.

Sebenarnya, kami baru menjalankan sistem pesan antar sekitar dua bulan. Sebelumnya, ini kisah yang sangat lucu!

Marlina: Pada awalnya kami mulai dari menjual pelmeni (semacam pangsit isi -red.), tapi bukan pelmeni yang seperti sekarang kami jual. Ini benar-benar pelmeni asli yang terbuat dari daging sapi, rasanya agak berbeda. Jadi, dia menjual pelmeni dengan jalan berkeliling di lingkungan sekitar kami di Bogor.

Muhammad: Ya, seperti, “Pelmeni! Pelmeni! Makanan Rusia!” Dan bahkan saya menjadi semacam papan berjalan, dengan tulisan “Pelmeni! Enak! Enak!”, dan kemudian berkeliling di beberapa jalan di Bogor sambil membawa sekotak pelmeni. Namun, setelah beberapa hari kami pikir ini bukan ide yang bagus karena seiring waktu, pelmeni yang berada di dalam boks tak lagi hangat. Karena itulah, kami mencoba mencari solusi lain agar pelmeni yang kami jual tetap enak, hangat, dan segar saat diterima konsumen. Setelah itu muncul ide untuk membuat sistem pesan antar.

R: Apa yang membuat Anda yakin bahwa makanan Rusia bisa berprospek cerah, khususnya di Jakarta?

Muhammad: Saya teringat pada apa yang saya pelajari saat kuliah di jurusan ekonomi dulu. Dosen saya berkata, salah satu cara untuk memenangkan pasar adalah dengan membuat sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang baru. Jadi, saya datang ke Indonesia, dan saya pikir ini sesuatu yang tidak biasa dan mungkin menarik. Orang Indonesia masih banyak yang belum mengenal Rusia, tidak tahu masakan Rusia, dan kalau pun ada, mungkin belum tentu halal. Karena itu, kami akan jadi yang pertama, dan mungkin orang-orang akan suka. Alhamdulillah, rata-rata orang suka. 

R: Mengapa Anda tidak membuka restoran Rusia?

Marlina: Sebenarnya, kami ingin membuat semacam restoran atau kafe. Saya mencoba mencari tahu di internet apakah sudah ada restoran Rusia di Jakarta. Saya temukan satu tempat, tapi itu semacam bar yang hanya menjual minuman beralkohol, seperti vodka, dan sebagainya. Karena itu, saya pikir kenapa kami tidak mencoba menjual makanan Rusia yang halal? Namun, kami belum punya cukup uang untuk membuka restoran atau kafe. Jadi, sekarang kami hanya fokus pada layanan pesan antar agar masyarakat lebih mengenal produk kami, karena pasti tak banyak orang yang tahu makanan Rusia.

Muhammad: Beberapa pelanggan kami, orang Rusia, mendorong kami untuk membuka restoran atau kafe. Mereka mengatakan bahwa kami bisa menjual vodka atau sesuatu semacamnya. Kami tidak mau.

Di sini, orang-orang Rusia dan Ukraina mungkin akan suka, dan saya yakin itu akan populer, tapi kami tidak mau berbisnis sesuatu yang haram.

R: Bagaimana tanggapan masyarakat pada umumnya?

Muhammad: Alhamdulillah, sedikit demi sedikit, kami terus mendapatkan perhatian di media sosial. Semakin banyak orang yang mulai membicarakan kami dari mulut ke mulut. Memang tidak begitu cepat, tapi ini terus berkembang.

 

Foto kiriman Leonnie Merinsca (@leonniefm) pada

Melalui bisnis ini, saya ingin menyampaikan bahwa di Rusia juga ada muslim, dan orang muslim ini bisa menjalankan bisnis halal, dan memasak makanan halal.

R: Adakah kendala dalam melayani berbagai pesanan pelanggan?

Marlina: Kami terkadang terpaksa harus menolak pesanan karena kehabisan bahan. Kadang kami mendapatkan terlalu banyak pesanan. Karena itulah, kami sekarang lebih mengajak, baik langganan kami maupun calon pembeli lainnya, untuk melakukan pre-order terlebih dahulu sehingga kami bisa mempersiapkan bahan-bahan untuk dimasak.

Muhammad: Dengan begitu, pelanggan juga tidak akan kecewa. Karena sehari-hari, Marlina bekerja, sedangkan saya di rumah dan memasak. Dari waktu pemesanan, lalu memasak, pengemasan, hingga GO-JEK datang, lalu menunggu pesanan selesai, itu semua cukup memakan waktu. Namun, jika Anda sudah melakukan pre-order, kami lebih bisa memperkirakan waktu, kapan kami harus mulai dan kapan harus antarkan pesanan Anda.

Marlina: Ini kami lakukan karena kami selalu membuat semua pesanan pada saat ada pesanan. Jadi, semuanya baru dan segar. Memang, ini butuh waktu, kira-kira 30 menit. Namun, jika seseorang telah melakukan pre-order dan dia telah menentukan mau jam berapa diantar, katakanlah jam 11, maka jam 11 dia bisa pesan lewat GO-FOOD (salah satu fitur layanan di aplikasi GO-JEK). Namun, jika pelanggan langsung memesan melalu GO-FOOD, saat sopir GO-JEK ke sini, ia pun masih harus menunggu sekitar 30 – 45 menit.

R: Siapa saja yang kini menjadi pelanggan reguler Anda?

Marlina: Ada orang Rusia, Ukraina, dan Indonesia — campur-campur. Namun, kebanyakan dari mereka selalu memesan kembali, tiga kali, empat kali. Ketika sekali mereka membeli, biasanya mereka kembali membeli lagi dan lagi

R: Jenis makanan Rusia apa saja yang Anda jual?

Marlina: Kami menjual dalam bentuk paket. Ada Paket Manti, Paket Pelmeni, dan plov (semacam nasi goreng kambing yang berasal dari Uzbekistan, tapi sangat terkenal di Rusia -red.). Dari setiap paket ini, di dalamnya sudah termasuk bliny (pancake Rusia) dan salad. 

Muhammad: Kami juga menerima permintaan untuk makan siang atau makan malam pribadi. Untuk hal semacam ini, kami menyediakan borscht, solyanka (semacam sup daging Rusia), dan menu masakan Rusia lainnya.

Marlina: Ini maksudnya, suami saya akan datang ke rumah orang tersebut untuk memasak dan menyiapkan segalanya.

R: Bagaimana dengan harganya?

Muhammad: Semuanya bisa dinegosiasikan. Begitu pula dengan pilihan menunya.

R: Adakah kesulitan dalam membuat masakan Rusia di Indonesia?

Marlina: Di sini tidak mudah menemukansmetana (krim asam Rusia). Kami cari ke berbagai mal, tapi tidak menemukannya. Kalau sekadar ‘krim asam’, memang ada, tapi menurut suami saya ini berbeda dengan smetana. Jadi, untuk menggantikan smetana, di dalam kotak pesanan kami masukkan saus sambal, kadang-kadang mayones, moster (mustard), atau kadang saus barbecue.

Muhammad: Selain smetana, semuanya saya pikir cukup mudah. Saya bisa bilang, bahkan lebih mudah daripada di Rusia. Di sini, daging sapi halal di mana-mana, daging ayam halal di mana-mana. Jadi, lebih mudah. 

Yang saya suka di sini terutama adalah sayur-sayurannya. Di sini selalu “musim panas”. Sayur dan buah-buahan selalu dalam keadaan segar. Kami bisa mendapatkan sayur dan buah berkulitas bagus di mana-mana.

Di Rusia, untuk menjaga kualitas, mereka menyemprotkan bahan kimia, seperti parafin, dan jika kita terus-menerus mengonsumsi sayuran yang mengandung zat kimia akan sangat buruk bagi kesehatan. Sementara di sini, semuanya bagus, dan juga tidak terlalu mahal. Ya, tentu ada beberapa produk yang mahal, tapi sebagian besar cukup terjangkau. Di sini juga ada banyak rempah. Jadi, kami bisa bereksperimen dengan banyak bumbu.

R: Paket-paket yang ditawarkan “Spasibo” terbilang sangat terjangkau. Bagaimana dengan profit yang Anda hasilkan?

Marlina: Kami tetap untung, tapi cukup. Tidak besar, tapi cukup. Alhamdulillah, karena bisnis ini pula, kini kami punya banyak teman. Mereka awalnya adalah pelanggan biasa, tapi sekarang kami jadi teman.

Muhammad: Pintu rumah kami selalu terbuka, tentu selama kami tidak sibuk. Kami juga mencoba mempraktikkan sunah Rasul, karena Nabi selalu senang menyambut tamu. 

R: Ini menarik karena Anda tak hanya membuat makanan halal, tapi Anda juga — di satu sisi — berusaha menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berusaha. Mengapa begitu?

Muhammad: Kebanyakan muslim di Rusia tidak punya pendidikan agama yang cukup. Sekalipun mereka muslim, mereka bisa saja tidak salat. Kebanyakan dari mereka pun — untuk alasan tertentu — minum alkohol. Mereka berpikir kalau mereka muslim, itu sudah cukup. Sekali setahun, mereka pergi salat pada saat Idul Adha, itu cukup. Inilah yang dimaksud dengan Islam secara tradisional. Jadi lebih kepada budaya, turun temurun. 

Dan bicara soal bisnis, sebetulnya jika kita ingin cepat mendapatkan uang, ini bisa saja. Beberapa teman menyarankan, saya bisa saja membuka restoran dengan meminjam uang ke bank. Namun, saya tidak mau. 

Untuk membeli bahan makanan pun, seperti daging, sayuran, dan sebagainya, kami tidak mau “terlalu berhemat” (tidak apa-apa membeli sedikit lebih mahal jika memang kualitasnya baik -red.). Kami suka halal dan kami percaya Allah melihat perbuatan kami. Kami akan lakukan ini secara perlahan dan terus mengembangkan bisnis kami dengan cara yang halal. Tidak ada kredit, tidak menggunakan produk berkualitas rendah hanya karena murah. Kami akui, keuntungan kami memang tidak besar, tapi cukup.

R: Dari mana segala ide mengenai menu dan apa saja yang harus dimasak ini berasal?

Muhammad: Pada dasarnya saya memasak berdasarkan apa yang saya lihat ada di meja makan saya dulu, apa yang ibu saya masak ketika saya muda, untuk saya, ayah saya, dan saudara saya. 

R: Apa rencana Anda di masa depan untuk mengembangkan bisnis ini?

Marlina: Kami berencana untuk memasarkan produk makanan beku, seperti pelmeni dan manti beku. 

Muhammad: Sekarang saya sedang memikiran desain kemasannya, bagaimana distribusinya, dan kira-kira siapa distributornya. Tentu bukan hanya pelmeni dan manti, tapi bisa juga vareniki, dan makanan-makanan lainnya

Marlina: Kami juga berencana untuk mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) sehingga orang-orang akan lebih merasa yakin dengan produk-produk kami.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki