Menurut alur cerita ‘GDR’ — tokoh utama yang tak lain adalah agen mata-mata badan intelijen KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti), menjadi saksi hingga ikut berperan dalam perubahan tatanan sejarah dunia. Tema tentang Perang Dingin sudah lama tak diangkat ke layar lebar dengan anggaran sebesar dan dalam skala sebesar ini di Rusia.
Film klasik tentang mata-mata kembali menjadi tren dan Berlin menjadi salah satu lokasi yang terpopuler
Genre film thriller tentang agen rahasia tidak pernah benar-benar mati — terutama berkat franchise James Bond, yang terus eksis di layar lebar selama lebih dari 60 tahun, dan Jason Bourne (franchise Bond yang jauh lebih muda — film pertama dirilis pada awal 2000-an).
Namun, bersama dengan contoh-contoh ‘modern’ dari genre action-thriller ini, di mana terjadi di zaman modern, drama bertema agen rahasia klasik tentang Perang Dingin tetaplah populer.
Selain itu, lokasi yang mungkin lebih disukai untuk film dan serial seperti ini tetap Berlin. Anda mungkin juga ingat, misalnya, tiga season serial TV ‘Deutschland 83’, ‘Deutschland 86’, ‘Deutschland 89’ (2015-2020), film drama ‘Bridge of Spies’ (2015) karya Steven Spielberg dan film action ‘Atomic Blonde’ (2017) yang dibintangi oleh Charlize Theron.
Tak heran jika film-film yang berlokasi di Berlin pun sukses ditayangkan — kota yang terbagi menjadi dua bagian ‘Soviet’ dan ‘Barat’ ini secara konsisten menjadi salah satu kota paling populer di dunia. Bahkan, anehnya, sebuah serial Rusia yang bertemakan hal serupa baru saja dirilis.
‘GDR’ bercerita tentang perestroika — seperti acara TV populer yang baru-baru ini dirilis ‘The Boy’s World’
Tema tentang masa lalu zaman Soviet adalah satu yang paling populer di acara TV Rusia. Namun, periode terakhir dalam sejarah Uni Soviet (1985-1991) justru yang telah lama diabaikan oleh para pembuat film.
Perhatian penonton dari seluruh dunia terhadap hal-hal terkait perestroika, tentu saja, terpaku pada film buatan Inggris-Amerika ‘Chernobyl’.
Film ini menceritakan kembali peristiwa kecelakaan nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir yang terkenal tersebut. Khususnya bagi penonton Rusia, film lokal yang baru saja dirilis, ‘The Boy’s World’ (2023) — mungkin adalah tonggak sejarah.
Kisah tentang geng pemuda Soviet ini memecahkan semua rekor penayangan dan menjadi pembicaran hangat di seluruh lapisan masyarakat selama berbulan-bulan.
Baik ‘GDR’ dan ‘The Boy’s World’ diproduksi oleh produser yang sama dan sebagian besar plot ceritanya sama-sama mengangkat peristiwa pada 1989.
Serial ‘GDR’ memperlihatkan peristiwa sejarah yang saling bertautan dengan fiksi
‘GDR’, tentu saja, tidak dapat disebut sebagai contoh genre sejarah alternatif — penulis naskah masih mempertahankan peristiwa-peristiwa dasar pada zaman itu. Tetapi, mereka mengambil pendekatan yang sangat kreatif dalam hal penjelasan dan penafsirannya.
Misalnya, baru di prolog, kita sudah mengetahui soal penerbangan terkenal oleh pilot amatir Jerman Matthias Rust yang pada Mei 1987 menerbangkan pesawat ringan dari Hamburg ke Moskow dan mendarat di Jembatan Bolshoy Moskvoretsky di sebelah Lapangan Merah Kremlin.
Pasukan pertahanan udara Soviet enggan menembak jatuh pesawat sipil itu — tetapi tidak dapat memaksanya mendarat sebelum mencapai ibu kota. Akibatnya, citra Uni Soviet sebagai negara adidaya militer sangat terpuruk.
Menurut penulis ‘GDR’, penerbangan Rust bukanlah sekadar akal-akalan seorang pemuda belaka, melainkan sebuah operasi khusus yang dilakukan intelijen Amerika Serikat CIA — mereka telah menanamkan senjata bakteriologis di dalam pesawat itu.
Jika Rust ditembak jatuh, maka wabah epidemi bisa saja melanda Moskow. Tetapi, pemeran utama ‘GDR’, agen mata-mata KGB fiksi Alexander Nechaev, berhasil memperingatkan rekan-rekannya tentang provokasi itu sehingga Rust berhasil mendarat tanpa menyebarkan wabah.
Pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev untuk pertama kalinya menjadi salah satu pemeran utama
Pemimpin terakhir Soviet ini, tentu saja, sering muncul di berbagai film. Namun, hanya di ‘GDR’ Gorbachev berperan sebagai salah satu pemeran utama — peran ini dimainkan oleh aktor Vitaly Kovalenko, yang mana berkat penampilan berkarakternya sering memerankan tokoh-tokoh bersejarah. Kovalenko pernah memerankan Vladimir Lenin, Lavrentiy Beria, Pyotr Stolypin, dan bahkan Napoleon Bonaparte.
Namun, para pendukung kebenaran sejarah jelas akan kecewa saat menonton ‘GDR’. Sosok Gorbachev yang ditampilkan sangat jauh dari figur aslinya dan lebih menggambarkan mitos-mitos populer tentangnya yang beredar pada zaman-zaman itu.
Salah satu mitos itu adalah bahwa Gorbachev sebenarnya tak menjalankan jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal — melainkan dijalankan oleh sang istri, Raisa Gorbacheva.
Sebelum Raisa, memang tidak ada ‘ibu negara’ di Uni Soviet yang tak tersingkirkan oleh dunia politik dan sering muncul di depan publik bersama sang suami.
Dalam ‘GDR’, hubungan antara Gorbachev berubah menjadi tragedi — Raisa (diperankan oleh Madeleine Dzhabrailova) digambarkan terus-meneru smemberi tahu suaminya soal hal-hal detail sekecil apa pun yang harus dia lakukan.
Fraksi Tentara Merah dan balai musik Jerman Friedrichstadtpalast memainkan peran penting dalam alur cerita
Selain Gorbachev, ada tokoh-tokoh politik dari dunia nyata lainnya yang diperankan dalam ‘GDR’. Misal, Erich Honecker, Sekretaris Jenderal Komite Sentral SED, yang dimainkan oleh aktor Rusia Anatoly Bataev. Lokasi syuting berlangsung di Kota Kaliningrad dan Vyborg di Rusia, tetapi panorama secara keseluruhan difilmkan di Berlin — misalnya, Anda dapat berulang kali melihat menara TV Berlin yang terkenal di dalam serial ini.
Dalam ‘GDR’, penulis memutuskan untuk membuat ulang — tetapi, dengan cukup bebas — beberapa pertunjukan di balai musik Friedrichstadtpalast Berlin. Primadonanya, Ingrid si pirang klasik yang mematikan, adalah karakter utama dalam ‘GDR’. Penonton bahkan akan mendapati diri mereka berada di lokasi syuting salah satu film barat Jerman Timur yang terkenal tentang Chingachgook India. Di sinilah plot film mengambil salah satu karakternya, seorang penyanyi dan aktor Amerika, yang jelas-jelas terinspirasi oleh Dean Reed — seorang musisi sayap kiri yang tinggal dan bekerja di Jerman Timur.
Terakhir, tentu saja, plot politik apa pun tentang Jerman pada masa Perang Dingin belum lengkap tanpa adanya kemunculan Fraksi Tentara Merah — sebuah organisasi teroris sayap kiri yang meneror warga Jerman Barat selama beberapa dekade. Dalam ‘GDR’, Anda dapat dengan cepat mengetahui bahwa Fraksi Tentara Merah juga terlibat secara langsung dalam persekongkolan spionase besar antara KGB, Stasi, dan CIA.
Selanjutnya, berikut film dan serial TV Rusia yang bisa Anda tonton di Netflix. Apa saja? Selengkapnya, simaklah di sini!
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
- ikutilah saluran Telegram kami;
- berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
- aktifkan push notifications pada situs web kami.