Pada musim Gugur 1880, masyarakat Sankt Peterburg ramai membicarakan tentang sebuah peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya — pameran yang hanya menampilkan satu lukisan. Hal itu bahkan tidak pernah terjadi di Rusia sebelumnya. Meski demikian, antrean pengunjung mengular hingga beberapa blok di luar gedung Masyarakat Kekaisaran untuk Penyemangat Seni, tempat pameran berlangsung.
Semua orang ingin melihat gambar pemandangan laut baru yang indah ‘Malam Terang Bulan di Dnieper’. Lukisan tersebut sudah dibeli oleh Adipati Agung Konstantin Romanov bahkan sejak belum selesai dikerjakan. Sementara itu, sang pelukis Arkhip Kuindzhi mengadopsi taktik pemasaran: ia menutupi semua jendela di ruangan dengan tirai dan menampilkan gambar dalam gelap, mengarahkan satu sinar cahaya listrik ke sana. Efeknya mengejutkan. Pengunjung yang melihat lukisan itu seakan tidak percaya bahwa cahaya “fosfor” sinar bulan di permukaan air seperti itu dapat dihasilkan dengan cat biasa.
Kuindzhi, karya Ivan Kramskoy, 1872
Galeri Tretyakov/Domain PublikKuindzhi dicap sebagai penipu dan dituduh menggunakan pencahayaan tersembunyi. Akan tetapi, tentu saja tidak ada lampu latar.
“Ilusi cahaya adalah tuhannya, dan tidak ada seniman yang bisa menyamai pencapaian keajaiban lukisan ini,” ujar seniman Rusia Ilya Repin tentang Kuindzhi.
Selera warna yang luar biasa tersebut membuat Kuindzhi mendapat tempat dalam sejarah seni sebagai salah satu pelaku eksperimen utama abad ke-19.
Kuindzhi melukis karyanya yang paling terkenal ini tak lama setelah berpisah dengan Itinerants (sekelompok seniman realis yang menentang akademisi dalam seni). Dia berhasil menjualnya ke Adipati Agung Konstantin Romanov bahkan sebelum menyelesaikan karyanya itu. Rupanya, penulis Ivan Turgenev sangat terpesona oleh karya tersebut dan akhirnya dia membujuk sang adipati untuk membelinya. Konstantin bahkan membawanya untuk dipamerkan selama beberapa hari di Galeri Sedelmeyer, Paris. Ada beberapa versi gambar yang dibuat oleh sang seniman, saat ia menyadari tingkat popularitasnya yang melonjak drastis.
Meski dilukis setahun sebelum ‘Malam Terang Bulan di Dnieper’, lukisan ini sudah sepenuhnya menunjukkan prinsip gaya utama Kuindzhi tentang chiaroscuro (teknik pencahayaan terang-gelap) yang spektakuler. Saat itulah publik mulai mencurigai penggunaan trik optik, yang memicu skandal.
Kuindzhi secara teratur mengunjungi Pulau Valaam di Karelia, tempat populer bagi pelukis lanskap Sankt Peterburg. Lukisan yang dibeli oleh kolektor dan pendiri Galeri Tretyakov, Pavel Tretyakov, menandai awal ketenaran Kuindzhi sebagai seniman yang serius. Gaya lukisan ‘Pengembara’ dapat dilacak dengan jelas — realisme yang disengaja sangat dikagumi oleh orang-orang pada zaman itu.
Total waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan lukisan ini adalah 23 tahun, yang 20 tahun di antaranya ia habiskan dalam pengasingan sukarela. Selama waktu itu, Kuindzhi tidak menunjukkan karyanya kepada siapa pun, bahkan kepada teman maupun keluarganya. Entah apa yang menyebabkan dia "diam" di puncak ketenarannya. Banyak yang percaya bahwa saat itu dia lelah dengan promosi sensasional dan kritik yang terus-menerus. Pameran yang menampilkan lukisan “Petang di Ukraina” dan tiga lukisan lainnya memecahkan “keheningan”.
Kuindzhi terkait erat dengan Krimea, subjek dari lusinan karyanya. Di sinilah sang seniman masa depan menghabiskan masa mudanya, setelah memutuskan untuk menekuni hasrat melukisnya: ia direkomendasikan sebagai mahasiswa pelukis pemandangan laut terkenal Ivan Aivazovsky, yang tinggal di kota pesisir Krimea, Feodosia. Meski Aivazovsky tidak dapat meluangkan waktunya, dia memberi Kuindzhi surat rekomendasi. Setelah meraih popularitas, Kuindzhi melukis ‘Laut’ yang bersifat “menyeluruh dan meditatif”. Garis pantai Krimea dituangkan sang seniman di atas kanvas dengan corak warna yang kaya.
Pemandangan Krimea lainnya didedikasikan untuk Ai-Petri, pegunungan di dekat Yalta dan salah satu simbol semenanjung tersebut. Pada 2019, lukisan ini dicuri dari Galeri Tretyakov pada siang bolong, disaksikan oleh puluhan pengunjung. Sang pencuri menurunkan lukisan itu dari dinding, melepaskannya dari bingkai, dan membawanya keluar dengan santai. Ketenangan si pencurilah yang membodohi semua orang: orang-orang benar-benar percaya bahwa dia adalah pegawai museum. Lelaki itu ditahan keesokan harinya, dan lukisan itu dikembalikan ke museum.
Ini adalah salah satu dari empat lukisan yang Kuindzhi putuskan untuk ditampilkan setelah periode "diamnya". Ini mungkin karya paling filosofis dan misterius sang maestro lukis, serta satu-satunya yang bertema alkitabiah. Namun, seperti dalam semua karyanya, yang menjadi pusat perhatian bukanlah subjeknya, melainkan cahaya dan warna lukisan tersebut. Sang seniman mengungkapkan drama situasi tanpa menorehkan detail yang rumit. Bermandikan cahaya bulan, sosok Kristus direnggut dari kegelapan, efek yang sangat mirip dengan ‘Malam Terang Bulan di Dnieper’.
Kontras cerah dan temperamental dari awan badai, dengan kedamaian serta ketenangan padang rumput secara akurat menampilkan suasana ringan yang mengikuti hujan.
Kritikus seni berkomentar bahwa lanskapnya hampir membangkitkan asosiasi suara dan sensorik pada penonton: baik itu angin pagi yang ringan, rumput basah atau udara tipis setelah badai petir.
Menurut para kritikus, salah satu mahakarya terakhir Kuindzhi menggambarkan bahwa sang muncul dalam gambar ini sebagai penyembah matahari. Kanvas itu memiliki nasib yang rumit: berulang kali dijual kembali, sebelum berakhir di Museum Seni Metropolitan Metropolitan, New York.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda