“Dostoevsky adalah penunggang kuda di padang pasir dengan anak panah. Darah menetes di tempat yang terkena panahnya. Dostoevsky hidup di dalam kita. Musiknya tidak akan pernah mati,” tulis Vasily Rozanov, salah satu filsuf Rusia paling berpengaruh abad ke-20 pada tahun 1912. Berikut adalah lima kepribadian Fyodor Dostoevsky yang membuatnya begitu hebat.
1. Psikolog
Dostoevsky (1821-1881) menjelajahi jiwa manusia secara menyeluruh seperti Christopher Columbus menjelajahi Amerika. Dia dianggap sebagai orang pertama yang berhasil mencapai kedalaman terdalam dari jiwa Rusia yang bermasalah.
Novel-novel Dostoevsky diisi oleh tokoh-tokoh yang penuh kecemasan dan kesengsaraan. Cara kerja pikiran manusia menggelitik Dostoevsky sepanjang hidupnya. Setiap novel mahakaryanya — termasuk Karamazov Bersaudara, Kejahatan dan Hukuman, Si Idiot, Iblis, dan Penjudi — pada dasarnya adalah buku kursus pengantar psikologi.
Sejauh ini, karakter tokoh di dalam karyanya, secara emosional rusak dan memar secara mental. Mereka menderita rasa bersalah (Rodion Raskolnikov) dan kecemasan (Mitya Karamazov), kecemburuan (Parfyon Rogozhin) dan keserakahan (Ganya Ivolgin), kebaikan dan harga diri rendah (Pangeran Myshkin) dan kurangnya cinta (Sonechka Marmeladova). Namun, mereka siap untuk melalui neraka emosional dalam pencarian diri mereka untuk kebebasan moral dan keadilan kosmik.
“Apa itu neraka? Saya berpendapat bahwa itu adalah penderitaan karena tidak mampu mencintai,” tulis Dostoevsky dalam Karamazov Bersaudara, novel terakhirnya. Penulis terkemuka itu menggunakan kelemahan tokoh novelnya untuk menjelaskan sifat metafisik dunia, seperti Isaac Newton menggunakan matematika untuk menjelaskan gerak dan gravitasi.
"Jika Anda ingin menaklukkan seluruh dunia, taklukkan diri Anda sendiri," kata Dostoevsky dalam Iblis. Dia jelas telah berhasil melakukannya.
2. Nabi
Dalam esainya yang ditulis pada tahun 1906, penyair dan pemikir Rusia Dmitry Merezhkovsky memuji Dostoevsky sebagai “nabi revolusi Rusia”. Penyebabnya, novel-novel Dostoevsky dipenuhi dengan lapisan-lapisan makna, sehingga pembaca terkadang perlu menjauhkan diri dari karya-karyanya agar ramalannya terungkap.
Menurut Alkitab, orang-orang dengan imajinasi sering dapat meramalkan masa depan, tetapi tidak ada seorang pun yang menjadi nabi di negeri mereka sendiri. Meskipun Dostoevsky tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang nabi, ia berhasil merangkum masalah-masalah penting pada masanya dan memetakan lintasan kehidupan orang-orang dan evolusi mereka.
“Kemampuannya luar biasa. Tanpa mencari skala kosmik dan massa manusia dari Perang dan Damai [Tolstoy], Dostoevsky hanya mengambil sejumlah kecil bahan kehidupan — kehidupan beberapa orang dalam rentang beberapa hari — dan menciptakan sebuah buku yang sangat penting dan kuat,” ujar Aleksander Solzhenitsyn menyimpulkan setelah membaca ulang Kejahatan dan Hukuman pada tahun 1947. Tokoh utama dalam Kejahatan dan Hukuman adalah tipe orang baru, yang dirasuki oleh ide-ide nihilisme. Rodion Raskolnikov membiarkan dirinya menumpahkan "darah sesuai dengan hati nurani". Kemudian, sekelompok revolusioner Rusia akan menanggapi moto Raskolnikov yang keterlaluan, melakukan tindakan teror "sesuai dengan hati nurani mereka".
Dengan pandangan jauh yang setara dengan Sigmund Freud, Dostoevsky menembus ke dalam mur dan baut kode moral, adat istiadat sosial dan tradisi budaya yang berjalan dari generasi ke generasi. Puisi 'Penyelidik Agung'-nya (terdapat di dalam Karamazov Bersaudara) adalah antisipasi tentang bagaimana negara ideologis mengambil sendiri semua hak moral warganya, merampas kebebasan dan keadilan seseorang. Sistem politik ini diterapkan pada abad ke-20, dengan biaya besar dan di berbagai negara totaliter.
Dalam Iblis (sebuah novel tentang godaan iblis terhadap manusia untuk mengubah dunia, tentang kerasukan setan oleh kekuatan jahat dan kehancuran), Dostoevsky meramalkan penyebaran nihilisme, kekacauan, dan kebencian. “Setiap anggota masyarakat memeriksa dan melaporkan satu sama lain.... Setiap orang adalah milik semua orang dan segalanya untuk semua orang. Semua adalah budak, dan sama dalam perbudakan mereka. Dalam kasus-kasus ekstrem, fitnah dan pembunuhan, dan yang paling penting, kesetaraan,” prediksi Dostoevsky.
“Hanya yang diperlukan yang diperlukan. Selanjutnya itulah motto seluruh dunia…. Budak harus memiliki penguasa. Ketaatan penuh, impersonalitas total,” tulisnya dalam Iblis
“Antusiasme anak muda saat ini masih murni dan cerah seperti di zaman kita. Hanya satu hal yang terjadi: pergeseran tujuan, penggantian satu keindahan dengan yang lain! Seluruh kesalahpahaman terletak hanya pada pertanyaan, mana yang lebih indah: Shakespeare atau sepasang sepatu bot, Raphael atau minyak bumi?”
3. Pemengaruh (Influencer)
Daftarnya panjang dan masih terus bertambah. Dostoevsky adalah seorang influencer dalam arti kata yang sebenarnya. Kata-katanya langsung menyentuh hati orang-orang selama berabad-abad dan melintasi batas-batas budaya. Suaranya yang kuat memadukan kesengsaraan dan gairah, bunuh diri dan cinta, tragedi dan pengorbanan.
D.H. Lawrence, Virginia Woolf, dan William Faulkner kagum dengan kemampuan Dostoevsky untuk memikat, menghipnotis, dan membaca pikiran. Menurut James Joyce, Dostoevsky "menciptakan prosa modern, dan mengintensifkannya ke nada masa kini". Franz Kafka, penggemar Karamazov Bersaudara, menyebut Dostoevsky sebagai "saudara sedarah". Ernest Hemingway mengutip orang di belakang Si Idiot sebagai salah satu pengaruh utamanya: "Di Dostoevsky, ada hal-hal yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat dipercaya, tetapi beberapa begitu benar sehingga mengubah Anda saat Anda membacanya."
Setelah membaca Catatan dari Bawah Tanah dan Rumah Orang Mati, Friedrich Nietzsche menggambarkan Dostoevsky sebagai "satu-satunya psikolog yang dapat saya ikuti". Pemikir dan filsuf terkenal Rusia Lev Shestov sampai pada kesimpulan bahwa Dostoevsky dan Nietzsche memiliki kesamaan semangat yang aneh dan, oleh karena itu, Dostoevsky dan Nietzsche "dapat — tanpa berlebihan, disebut saudara, bahkan kembar".
Dostoevsky, yang berjuang melawan iblis dalam dirinya setiap hari, dikutuk di sofa psikiater dan tidak lain adalah Sigmund Freud yang melakukan psikoanalisis kepada penulis Rusia dalam esainya yang terkenal Dostoevsky dan Pembunuhan Ayah, yang diterbitkan pada tahun 1928 sebagai pengantar untuk edisi Jerman materi tentang Karamazov Bersaudara. Freud tidak akan menjadi Freud jika dia tidak fokus pada kompleksitas oedipus Dostoevsky dan hubungan dengan ayahnya, serangan epilepsi, pandangan agama, dan kecanduan judi selama 10 tahun.
4. Eksistensialis
Menggemakan gagasan perintis filsuf Denmark, Soren Kierkegaard, yang menempatkan tokoh satu orang tunggal dan kesepian di pusat filosofinya, Dostoevsky menemukan pribadi diri yang sebenarnya. “Kemalangan bisa meninggalkan tanda kebanggaan tertentu pada suatu sosok, kecuali jika akhirnya dihancurkan oleh mereka,” percaya Kierkegaard. “Manusia tidak bahagia karena dia tidak tahu dia bahagia, hanya karena itu,” balas Dostoevsky. Dostoevsky dan Kierkegaard tidak pernah bertemu dan tidak saling mengenal.
Pada tahun 1863, Dostoevsky menulis apa yang tampak sebagai novel eksistensialis pertama, Catatan dari Bawah Tanah, yang naratornya mengatur nada gugupnya yang mencolok di paragraf pembuka. “Saya orang sakit.... Saya orang jahat. Saya orang yang tidak menarik.” Filolog Rusia terkemuka abad ke-20, Mikhail Bakhtin, menyebut cara wacana "dostoevskian" ini sebagai "sebuah kata dengan celah".
Ini adalah mille feuille (dalam bahasa Prancis "mille feuille" merupakan kue berlapis) sastra: menceritakan sebuah pengakuan mantan pejabat Sankt Peterburg dan kisah filosofis tentang esensi kehidupan manusia, kisah tragis tentang sifat keinginan kita dan drama tentang hubungan sakit antara akal dan kelambanannya. "Pria bawah tanah", tanpa nama atau nama keluarga, berdebat dengan lawan imajiner dan nyata, merenungkan alasan tindakan, kemajuan, serta peradaban manusia. Paranoid, patologis, menyedihkan, miskin... dia adalah seorang penyendiri yang paling takut ketahuan.
Inti ideologis Catatan dari Bawah Tanah adalah perselisihan tokoh utama dengan teori-teori ilmiah paling terkenal pada pertengahan abad ke-19 dan gagasan mendasar Dostoevsky tentang perlunya iman Kristen dan penyangkalan diri.
Novel pendek Dostoevsky tersebut mendapatkan pengakuan dunia hanya pada pertengahan abad ke-20: novel itu ternyata menjadi pembuka bagi eksistensialisme, sementara pria bawah tanahnya menjadi bapak baptis sastra dan sebagai inspirasi tokoh spesial oleh Sartre, Camus dan penulis Eropa lainnya, serta pembuat film.
5. Seseorang yang Taat dan Saleh
Dostoevsky adalah orang yang kontras, yang ide-idenya jelas berada di depan kurva. Dia adalah pria yang sangat religius, seorang Kristen Ortodoks, yang menyebut nama Tuhan dalam karyanya sesering orang lain menyebut nama belakang mereka. Penulis menggambarkan Yesus sebagai "manusia ideal dalam daging", tetapi sikapnya terhadap agama dan iman mengalami perubahan yang mencolok.
Beberapa sejarawan mengklaim bahwa di masa mudanya, Dostoevsky lebih tertarik pada ide-ide sosialis, daripada agama, sementara yang lain menyatakan bahwa dia sangat religius sejak kecil. Satu hal yang pasti: Dostoevsky sangat tersentuh oleh pengalamannya di penjara.
Pada tahun 1849, sang penulis ditangkap karena keterlibatannya dengan Lingkaran Petrashevsky, sekelompok intelektual radikal Sankt Peterburg yang mengkritik sistem sosial-politik Kekaisaran Rusia dan mendiskusikan cara untuk mengubahnya. Pada tahun 1850, Dostoyevsky yang berusia 28 tahun (yang pada saat itu telah menerbitkan dua novel, Orang Miskin dan Si Kembar) dijatuhi hukuman mati bersama dengan 20 anggota gerakan pemuda lainnya. Nasib yang aneh dan menjadi lebih baik, hukuman itu kemudian diringankan pada menit terakhir. Pengurangan hukuman datang sebagai kejutan besar dan menjadi kenangan seumur hidup yang tidak akan pernah dilupakan Dostoevsky.
Penulis menghabiskan empat tahun kerja paksa di penjara Siberia, setelah itu ia dikirim sebagai prajurit ke batalion baris ke-7 di Korps Tentara Siberia. Pengalaman dramatis tersebut membantu Dostoevsky memahami nilai sebenarnya dari kehidupan manusia. Menjadi jelas baginya bahwa setiap orang, setiap saat, benar-benar gemetar di ambang keabadian
“Keabadian jiwa dan Tuhan adalah satu dan ide yang sama,” tulisnya dalam salah satu suratnya, pada tahun 1878. “Saya membutuhkan Tuhan karena ini adalah satu-satunya entitas yang dapat dicintai selamanya,” Dostoevsky menuliskannya dalam Iblis.