“Saya sedang melaminasi di suatu tempat, tubuh saya penuh kotoran dan debu. Lalu, saya mendapat telepon dari agensi: ‘Kemasi barang-baranmu dan terbang ke Minsk untuk syuting film.’ ‘Oke,’ saya bilang. Saya membersihkan diri, mencuci muka, berganti pakaian, dan pergi. Mereka memotret, mendandani, dan merias wajah saya. ‘Sekarang,’ kata mereka, ‘kau harus mempelajari lagu lama dalam bahasa asing.’ Lucunya, baru beberapa jam lalu, saya masih memegang gergaji bundar di tangan.” Begitulah bagaimana Nadezhda Lertulo, seorang model dan tukang bangunan berusia 40 tahun, menggambarkan kesehariannya.
Waktu kecil, Nadezhda bahkan tidak pernah bercita-cita menjadi model. Orang tuanya kehilangan hak asuh ketika ia baru berusia satu tahun dan ia terpaksa menghabiskan masa kecilnya di dua sekolah asrama dengan bermain sepak bola dan bola basket. Ia beranggapan bahwa dirinya gemuk dan bermata sipit. Karena penampilannya yang tak biasa, ia sering mengalami diejek di sekolah.
“Mereka memanggil saya ‘jahe’ dan ‘lemak’. Saya berusaha untuk tidak begitu memikirkannya, tetapi tetap saja itu benar-benar membuat saya stres. Teman-teman saya bahkan takut kepada saya karena saya mungkin akan membalas (perbuatan) mereka,” kata sang model.
Nadezhda pernah dua kali dikirim ke rumah sakit jiwa dari sekolah asramanya. Yang pertama gara-gara kesalahan tim medis di asramanya, sedangkan yang kedua atas rekomendasi gurunya. “Caranya untuk menyelesaikan konflik sangat aneh. Ia berjalan pergi dan berpura-pura menangis, seolah-olah kami membuatnya kesal …. Saya tidak punya masalah dengannya, tetapi ia tidak menyukai saya. Dia paham bahwa saya punya harga diri dan tahu apa hak saya, bahkan sebagai anak berusia 15 tahun.”
Setelah sekolah asrama, Nadezhda ditawari pilihan antara menjahit dan kuliah konstruksi. Ia sudah tahu cara menjahit, jadi ia memilih pilihan terakhir. Selama studinya, ia tinggal di asrama dan menghabiskan waktu luangnya mengecat apartemen untuk mendapatkan uang demi membeli pakaian dan makanan.
“Pengajar-pengajar di kampus mengatakan mereka tidak mengerti mengapa saya ada di sana (kuliah konstruksi), padahal saya sudah tahu segalanya. Sebenarnya, saya memiliki keingintahuan yang besar, saya tertarik untuk mengetahui seluk beluknya. Saya sangat pandai dalam geometri, termasuk proyeksi grafis, serta fisika,” kata Nadezhda dalam sebuah wawancara dengan portal media daring Wonderzine.
Setelah lulus, Nadezhda pindah ke apartemen yang diwarisi dari orang tuanya dan terus bekerja sebagai tukang bangunan.
“Beberapa klien memberi tahu teman-teman mereka bahwa saya dapat merobohkan gudang dalam waktu singkat dengan menerapkan hukum fisika dan beberapa kabel. Mereka bilang, ‘Wow, aku ingin bertemu dengannya. Bisakah seorang perempuan benar-benar merobohkan gudang?’” kata Nadezhda menceritakan pengalamannya.
Pada usia 37, ia mengunjungi seorang teman di Swiss, yang terpesona oleh penampilan dan sosok atletisnya, dan kemudian memotretnya. Nadezhda memutuskan untuk mengirim foto pemotretan tersebut ke Lumpen, agensi pertama untuk model nonstandar di Rusia, yang sebelumnya diceritakan oleh beberapa orang temannya. Beberapa saat kemudian, ia diundang untuk mengikuti audisi.
Selama hampir empat tahun, Nadezhda turut dalam pameran Vetements di Paris, menjadi model untuk merek pakaian dalam My Dear Petra dan muncul dalam pemotretan untuk majalah-majalah mode Rusia, termasuk Elle Russia dan Flacon.
Ke depannya, Nadezhda berencana untuk memulai saluran DIY-nya (do it yourself ‘lakukan sendiri’) sendiri untuk perempuan di YouTube dan berhenti dari pekerjaannya sebagai tukang bangunan.