Bagaimana Rusia Menangani Virus Corona?

Bandara Sheremetyevo, 10 Maret 2020.

Bandara Sheremetyevo, 10 Maret 2020.

Departemen Kesehatan Moskow/TASS
Rusia telah membatasi lalu lintas udara dengan Eropa dan Asia secara drastis. Sementara, warga Rusia yang kembali ke Tanah Air setelah berlibur disuruh mengisolasi diri di rumah selama 14 hari.

WHO telah menyatakan wabah corona atau COVID-19 sebagai pandemi. Saat ini, ada lebih dari 156 ribu orang yang terinfeksi di seluruh dunia dan terus bertambah. Lantas, tindakan apa saja yang dilakukan di Rusia demi menghentikan penyebaran virus tersebut?

Berapa orang yang terinfeksi di Rusia?

Seorang petuags medis memeriksa penumpang yang tiba dari Italia di dalam pesawat di Bandara Sheremetyevo, Moskow, 8 Maret 2020.

Menurut data resmi, ada 34 kasus COVID-19 yang tercatat di Rusia pada 12 Maret (setengahnya terjadi di Moskow, sisanya di Kazan, Nizhny Novgorod, Kaliningrad, Lipetsk, dan Belgorod). Angka ini termasuk dua warga Tiongkok dan satu warga Italia. Hingga kini, tiga orang telah pulih (dan tidak ada korban jiwa), tetapi lebih dari 5.000 orang di Moskow diawasi secara ketat. Mereka adalah orang-orang yang sempat mengunjungi negara-negara yang terpapar virus corona dan mereka yang kemudian melakukan kontak dengan orang-orang tersebut setelah kembali ke Tanah Air.

Pada Kamis (12/3), Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan, “ancaman penyebaran corona di Rusia bisa diminimalisasi,” karena pemerintah mengambil langkah-langkah pencegahan tepat pada waktunya.

Bukan waktu yang tepat untuk berlibur ke luar negeri

Berswafoto di bandara.

Rusia adalah salah satu negara pertama yang membatasi penerbangan reguler ke Tiongkok. Pada Februari lalu, pemerintah mulai mengevakuasi warga Rusia dari Wuhan dan kota-kota lain di Negeri Tirai Bambu dengan penerbangan khusus.

Kini, jumlah penerbangan ke Tiongkok, Korea Selatan, dan Iran telah menurun drastis. Aeroflot kini hanya melayani penerbangan harian ke Beijing, Shanghai, dan Seoul, serta penerbangan mingguan ke Teheran. Maskapai lain pun untuk sementara waktu menghentikan penerbangan ke negara-negara tersebut. Sejak 13 Maret, Rusia membatasi penerbangan ke Jerman, Italia, Spanyol, dan Prancis, kecuali ke sejumlah kota besar di negara-negara itu, seperti Roma, Berlin, München, Frankfurt, Paris, Madrid, dan Barcelona. Penerbangan ke kota-kota ini hanya dilayani melalui Terminal F Bandara Sheremetyevo, Moskow.

Pelatihan evakuasi penumpang yang diduga terinfeksi COVID-19 di Bandara Chelyabinsk, 5 Februari 2020.

Tak hanya pesawat, Kereta Api Rusia (RZhD) juga menangguhkan perjalanan ke Nice (Prancis), Beijing (Tiongkok), Ulan Bator (Mongolia), dan Tumangang (Korea Utara). Namun, kereta ke Berlin dan Paris masih beroperasi seperti biasa.

Maskapai-maskapai penerbangan Rusia mengumumkan bahwa dalam beberapa hari mendatang mereka akan mencarter penerbangan untuk mengangkut warga asing yang kini berada di Rusia, serta warga Rusia yang tengah berada di luar negeri, supaya bisa pulang ke negaranya masing-masing. Sementara, para penumpang yang telanjur memiliki tiket pesawat dengan tanggal dan tujuan tertentu bisa menukarkan tiket mereka untuk pulang.

Wisatawan mancanegara enggan berkunjung

Lapangan Merah pada 10 Maret 2020.

Industri pariwisata Rusia juga menghadapi krisis. Sejak 13 Maret, Rusia telah berhenti mengeluarkan visa turis kepada warga Italia. Sebelumnya, Rusia telah menghentikan penerbitan visa turis kepada warga Tiongkok dan Iran.

Pada saat yang sama, turis-turis asing yang hendak mengunjungi Rusia pun akhirnya membatalkan rencana mereka. Menurut Asosiasi Operator Tur Rusia, kerugian akibat pembatalan tur dari Maret hingga Mei mencapai lebih dari 500 juta rubel (sekitar 102,5 miliar rupiah). Wisatawan-wisatawan asing bahkan telah menghentikan pemesanan tur ke Rusia untuk musim panas mendatang.

Acara dengan lebih dari 5.000 peserta dibatalkan

Sebuah ambulans di Moskovskaya oblast.

Gara-gara wabah COVID-19, sejumlah acara tahunan, seperti Forum Ekonomi Internasional Sankt Peterburg (SPIEF) yang seharusnya digelar pada Juni mendatang, dibatalkan. Sementara, Moskow bahkan melarang semua acara yang melibatkan lebih dari 5.000 orang.

Pemerintah memang belum memerintahkan untuk mengarantina seluruh negeri. Baik sekolah, universitas, maupun taman kanak-kanak tetap dibuka dan berfungsi seperti biasa. Hingga kini, hanya kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, seperti perjalanan ke museum dan pameran, yang dibatalkan. Meski begitu, semua sisiwa harus mengukur suhu tubuh mereka setiap hari. Siapa pun yang sakit harus segera pulang.

Wabah corona juga berdampak pada sektor bisnis. Banyak perusahaan telah membatalkan perjalanan bisnis ke luar negeri dan melakukan sejumlah langkah tambahan untuk mensterilisasi kantor mereka. Beberapa perusahaan bahkan mengizinkan karyawan mereka untuk bekerja dari rumah. Yang jelas, orang-orang terus diingatkan untuk mencuci tangan sesering mungin, tidak menyentuh wajah, terutama mata, dan menghindari transportasi umum selama jam-jam sibuk.

Sterilisasi sanatorium setelah karantina COVID-19 di Tyumen, 21 Februari 2020.

Warga Rusia yang pulang dari Tiongkok, Italia, Prancis, dan negara-negara lain yang terkena COVID-19 harus melaporkan diri dan berada di rumah selama 14 hari. Mereka akan mendapatkan surat resmi dari dokter yang diantarkan langsung ke rumah melalui kurir. Karyawan mana pun membutuhkan surat ini untuk membuktikan kepada atasan mereka bahwa mereka tak bisa masuk kantor. Jika demam atau batuk, orang itu perlu segera memanggil ambulans. Kalau hasil tes menunjukkan bahwa ia terinfeksi corona, orang itu akan segera dikirim ke rumah sakit penyakit menular.

Di tengah ancaman virus Corona, sejumlah situs iklan Rusia mulai menjual aneka jimat dan mantra untuk menangkal wabah tersebut. Inilah lima jimat paling konyol dan mahal yang kami temukan.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki