Orang-Orang Udmurt: Penyembah Berhala Cinta Damai, ‘Tukang Sihir’ Perakit Kalashnikov

Hingga kini, orang-orang Udmurt masih menganut paganisme dan tidak percaya pada neraka atau surga.

Hingga kini, orang-orang Udmurt masih menganut paganisme dan tidak percaya pada neraka atau surga.

Dmitry Ermakov
Seperti Indonesia, Rusia terdiri dari banyak suku bangsa. Di antara 142 juta penduduk Rusia, terdapat orang-orang Udmurt yang mendiami wilayah Ural Tengah. Mereka tidak berperang dan tidak memberontak. Mereka dengan bangga menyebut diri mereka pencinta damai. Meski begitu, Orang-orang Udmurtlah yang merakit Kalashnikov.

Kepala Oduvanchik terbungkus selendang — tak ada yang tahu warna rambutnya. Namun, orang Udmurt tulen konon berambut merah atau cokelat tua.

“Untuk mengetahui warna rambut seorang perempuan, Anda tak perlu melihat kepalanya,” katanya sambil tertawa. “Zaman sekarang, waktu cederung menipu. Rambut pun bahkan bisa menipu.”

Sekilas, namanya terdengar aneh. Namun, Oduvanchik bukan nama sebenarnya, melainkan Svetlana. Dia dipanggil Oduvanchik sebelum orang-orang Udmurt diwajibkan memiliki paspor (tanda pengenal, semacam KTP di Indonesia) dengan nama yang “umum”. Sebagaimana orang-orang Udmurt lainnya, dia pun seorang penyembah berhala. Jati diri setiap orang Udmurt adalah paganisme (kepercayaaan yang memuja alam dan menyembah banyak dewa), katanya. Saat itu, kami tengah berdiri di dekat pondok Kuala yang keramat. Pondok itu tampak seperti izba (rumah kayu) orang Rusia.

Oduvanchik-Svetlana

“Orang-orang Udmurt menganut politeisme. Kami tak bisa menggambarkan apa yang kami yakini. Inti dari kepercayaan kami adalah alam, yang memiliki banyak dewa.”

Di dalam izba gelap, nyaman, dan hangat. Di sekelilingnya terdapat benda-benda ritual, seperti mangkuk dengan lambang suku untuk pengorbanan dan selendang dari 1930-an yang disulam dengan gambar pohon kehidupan. Ini semua adalah kepunyaan museum. Oduvanchik-Svetlana bekerja sebagai kolaborator ilmiah senior di Museum Cagar Budaya Ludorvai, Republik Udmurtia (1.270 km di timur Moskow). Inilah Ural Tengah. Desa Udmurt sendiri terletak beberapa kilometer dari museum itu.

Pondok Kuala yang keramat.

Warga selatan dan utara yang malu

Sebagaimana leluhur mereka, sebagian besar orang Udmurt yang berasal dari utara dan selatan tinggal di sepanjang Sungai Kama dan Vyatka di Republik Udmurtia. Pada 2010, selama Sensus Seluruh Rusia, tercatat ada 552 ribu orang Udmurt. Pada abad ke-17, ada rute Siberia yang menembus bagian utara Udmurtia. Itu adalah jalur perdagangan lama dari Rusia bagian Eropa ke perbatasan Tiongkok. Inilah kenapa orang-orang Udmurt utara dianggap lebih “Rusia” daripada yang di selatan. Ini perbedaan pertama.

Yang kedua adalah soal penampilan. Orang-orang Udmurt di selatan berambut merah dan bermata biru, sementara kerabat mereka di utara berambut hitam dan bermata gelap. Perbedaan ketiga adalah karakter: Orang-orang Udmurt di selatan lebih terbuka, sedangkan yang di utara lebih tertutup. Elemen pembeda yang keempat adalah masalah kepercayaan. Meski sebagian besar orang Udmurt memeluk Ortodoks pada pertengahan abad ke-18, ada lebih banyak desa pagan di selatan daripada di utara yang lebih terkena pengaruh Ortodoks Rusia.

Jati diri setiap orang Udmurt adalah paganisme.

Semua orang di setiap desa tak pernah lupa bagaimana leluhur mereka memeluk Kristen. Meski beberapa orang suka membahasnya, yang lain lebih memilih diam. Apalagi, proses kristenisasi kala itu tidak selalu bersih. Namun menurut teori Oduvanchik-Svetlana, kepercayaan bersifat genetik. Menurutnya, kepercayaan tidak bisa dijual atau diubah. Orang-orang Udmurt disebut sebagai “orang-orang hutan” dan begitulah mereka hingga kini. Bahasa Udmurt bahkan tidak memiliki kata “kota”. Kata terdekat untuk menggambarkan kota adalah kar, yang berarti sarang.

“Kami bukan bangsa pemberontak, kami tidak menentu. Kita bisa sangat marah di dalam, tetapi kami tidak akan memberontak secara terang-terangan. Kami menelan semuanya. ‘Selama tidak ada yang mengusik kami,’ semuanya dipendam dalam keheningan.”

Pada dasarnya, begitulah proses orang-orang Udmurt masuk ke dalam wilayah Rusia pada akhir abad ke-15 — jika itu memang bisa disebut “masuk”. Tak seperti tetangga mereka, orang-orang Tatar, orang-orang Udmurt tidak pernah memiliki wilayah mereka sendiri. Orang-orang ini tinggal di permukiman kecil dan tidak pernah berambisi membuat pemerintahan.

Kemudian orang-orang Udmurt merasa malu pada diri mereka sendiri ....

Pada 1960, 70 persen penduduk desa Karamas-Pelga adalah penyembah berhala.

“Menjadi orang Udmurt berarti menjadi …”

“Menjadi orang Udmurt berarti menjadi terbatas, berpikiran sempit,” jelas Nikita yang tinggal Izhevsk, ibu kota Republik Udmurtia. Pemikiran ini berasal dari zaman Soviet ketika Udmurtia menjadi salah satu ibu kota industri negara itu dan orang-orang Udmurt, sebagai penduduk desa yang tidak berpendidikan, identik dengan buruh kasar.

“Sekarang, orang-orang tak sungkan membicarakan asal-usul mereka, tetapi dulu, Anda pasti akan mendengar orang-orang berkata, ‘Saya bukan orang Udmurt, saya orang (etnis) Rusia.’ Terutama karena di paspor tertulis bahwa mereka orang Rusia. Ketika orang Udmurt menerima paspor mereka, yang baru pada paruh kedua tahun 1970-an, mereka cuma punya satu pilihan, atau bahkan tidak ada pilihan sama sekali.”

“Sekarang, orang-orang tak sungkan membicarakan asal-usul mereka, tetapi dulu, Anda pasti akan mendengar orang-orang berkata, ‘Saya bukan orang Udmurt, saya orang (etnis) Rusia’.”

Kenalan Nikita berusia 30-an. Keluarganya jarang berbicara bahasa Udmurt. Karena itu, dia tidak mengerti bahasa ibunya. Bahasa Udmurt tidak diajarkan di sekolah (hanya di beberapa sekolah pedesaan), tidak terdengar di jalan, dan tidak ditulis pada rambu-rambu. “Orang-orang Udmurt adalah orang-orang sederhana. Memaksakan sesuatu bukan mentalitas mereka,” kata Nadya, yang selama 15 tahun terakhir telah membawa wisatawan ke Udmurtia, menunjukkan karakter orang-orang Udmurt kepada para peloncong, sesuatu yang justru dipromosikan pemerintah republik untuk menarik wisatawan.

Namun, ada teori bahwa “kesederhanaan” ini juga berasal dari rasa malu akan asal-usul mereka. Kebanggaan daerah baru muncul belum lama ini, terutama di buku-buku komik. Buku komik yang ditulis dalam bahasa Udmurt kini sedang tren.

Beberapa orang tinggal di desa-desa yang berjarak 100 km dari kota.

Tukang sihir bersenjata

Saat ini, kota Izhevsk praktis merupakan satu-satunya sumber uang. Desa Ludorvai memiliki gas, sekolah, dan perpustakaan, tetapi tidak punya toko, klinik, atau bahkan apotek. Itulah sebabnya penduduknya bahkan membuat roti sendiri, kata Anna Stepanovna.

Pada 1960, 70 persen penduduk desa Karamas-Pelga adalah penyembah berhala. Dia masih ingat bagaimana semua orang di desa itu berdiri di atas lapangan dengan tangan terangkat ke atas langit. Kemudian, Anna dikawinkan dengan seseorang yang bahkan tak ia kenal dan pria itu membawanya ke Ludorvai.

Anna Stepanovna

“Saya tidak kenal suami saya. Saya baru melihatnya beberapa kali dan tidak pernah berpikir bahwa saya akan menikah dengannya. Namun, itulah yang dilakukan pada zaman dulu. Sekarang, tentu tidak ….”

Kini, tak kurang dari 1.000 orang tinggal di Ludorvai. Kota terdekat, Izhevsk, berjarak 19 km. Anna Stepanovna bekerja di museum bersama Oduvanchik. Sebelumnya mereka harus berjalan sejauh tiga kilometer untuk bekerja, dalam cuaca apa pun. Sekarang, mereka naik kendaraan.

“Semua penduduk Ludorvai bekerja di pabrik-pabrik di Izhevsk, padahal Ludorvai memiliki ladang dan kolkhoz (pertanian kolektif Soviet) yang sangat besar. Kini, tak ada lagi kolkhoz, melainkan peternakan pribadi. Di sana ada pekerjaan, tetapi hanya untuk beberapa orang saja. Beberapa orang tinggal di desa-desa yang berjarak 100 km dari kota. Mereka menetap di sana, tak mau pindah ke tempat lain. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu, mereka memiliki pertanian sendiri. Beberapa orang menjual buah, tergantung pada musim, sementara yang lain menjual kayu. Di sisi lain, anak-anak muda pindah. Mereka hanya kembali pada akhir pekan untuk menengok orang tua mereka. Pada dasarnya, tidak ada yang bisa dilakukan di sana.”

Anna Stepanovna bekerja di museum bersama Oduvanchik. Sebelumnya, mereka harus berjalan sejauh tiga kilometer untuk bekerja dalam cuaca apa pun. Sekarang, mereka naik kendaraan.

Sebagian besar orang Udmurt bekerja di pabrik, seperti setengah abad yang lalu. Kebetulan, orang-orang yang sama sekali tidak suka berperang ini membuat senjata. Setengah dari jumlah pabrik di Izhevsk memproduksi senjata (termasuk pabrik senjata Kalashnikov). Orang-orang di sana tak akan pernah lupa pada karikatur New York Times yang terbit pada 1993: Udmurtia tertimbun senjata dan tulisan yang berbunyi bahwa jika daerah itu terpisah dari Rusia, penduduknya akan dapat melawan seluruh dunia sendirian selama tiga tahun.

Namun, orang-orang Udmurt ditakuti bukan karena senjata yang mereka rakit. Konon, mereka adalah tukang sihir.

“Mereka adalah dukun. Mereka melakukan upacara penyembuhan.”

“Syamanisme belum hilang. Jelas ada beberapa upacara penyembuhan.”

Suara Anna Stepanovna menjadi serius dan dalam. Matanya hijau, tajam, dan berbinar. Ada sebuah cerita: Seorang direktur kolkhoz menghanyutkan izba Kuala di sungai dan meninggal beberapa hari kemudian. Mungkin itu kebetulan, tetapi mereka bilang orang-orang Udmurt bisa melakukan itu.

Museum Cagar Budaya Ludorvai.

Selama bertahun-tahun, kota Izhevsk tumbuh di sekeliling pabrik senjata ini. Pabrik tersebut kemudian menjadi rumah dari senapan Kalashnikov yang terkenal di seluruh dunia.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki