Pada suatu malam yang membeku di awal Februari lalu, saya bersiap untuk melakukan perjalanan mengarungi Samudra Arktik yang dingin dengan menaiki salah satu tanker gas terbesar di dunia, Christophe de Margerie. Saat itu, saya berada di Semenanjung Yamal (2.229 km di timur laut Moskow).
Kapal itu memuat gas alam cair (LNG) dari kilang Yamal LNG. Kilang itu dibangun beberapa tahun lalu di desa Sabetta di Teluk Ob. Kegelapan malam kutub, jalinan pipa-pipa raksasa dan rangka baja, lampu sorot yang menyilaukan, dan kilau salju yang menusuk menciptakan suasana yang menakutkan. Tangga berlapis es menuju geledak kapal seolah-olah tak ada habisnya. Tiap anak tangga yang saya pijak mengeluarkan bunyi decit di tengah perairan yang berombak. Sementara, saya harus memanjat empat lantai.
Setelah berada di atas kapal, saya bertemu dengan beberapa penjaga berdada bidang. Mereka mengenakan pakaian berwarna merah dan biru dengan tudung yang menutupi kepala, sehingga mengaburkan wajah mereka. Yang terkecil di antara mereka mengulurkan tangan dan berkata dengan suara rendah, “Saya akan membawamu menemui kapten.” Saya bergegas menyusulnya. Ia adalah satu dari empat perempuan di atas kapal, “terkurung” di antara sekat-sekat logam. Pelayaran ke Norwegia menggunakan tanker yang mengangkut hampir 200 ribu ton gas untuk pelanggan di Eropa berada di depan mata. Kenapa pula saya ikut?
Saya menghabiskan malam ketujuh dari perjalanan yang membeku ini di dalam kabin, mengagumi malam kutub yang gelap gulita melalui jendela kapal. Di suatu tempat di lambung kapal, terdengar gemuruh mesin diesel. Sementara, angin utara yang ganas melolong di luar.
Di atas tanker gas yag berlayar di sekitar Arktik ini, “kerja keras” memiliki makna yang sama sekali berbeda. Bayangkan diri Anda berada di tengah suhu -40 °C dengan terpaan angin kencang, badai salju, jarak pandang yang sangat terbatas, sementara Anda harus kerja sepanjang waktu, menghancurkan es, dan hampir tidak ada waktu untuk tidur. Pekerjaan tidak selesai sampai situ. Anda masih harus menjaga muatan yang mudah terbakar itu (dan mengirimkannya tepat waktu). Para kru harus menavigasi di tengah cuaca yang tidak terduga dan sewaktu-waktu harus mengubah rute ketika muncul peringatan ancaman badai. Kehidupan di kapal Christophe de Margerie betul-betul tidak mudah.
Christophe de Margerie adalah tanker gas pertama dari 15 jenis kapal serupa (sepuluh kapal sudah bekerja di Rute Laut Utara). Ini adalah proyek gabungan yang dibangun Sovcomflot, Yamal LNG, dan Total dengan dukungan institut-institut dan pabrik pembuat kapal Rusia dan Finlandia. Kemampuan manuver kapal ini betul-betul luar biasa, bahkan di lautan es yang sangat sulit, karena mesinnya sama kuatnya dengan mesin kapal pemecah es bertenaga nuklir. Selain itu, kapal ini dapat memecahkan, menggiling, dan bahkan menghancurkan es dengan tiga pendorong azimuth elektrik (azipod), yang memungkinkannya berputar 360 derajat di tempat.
Kapal ini diklaim mampu membawa cukup gas alam cair di keempat tangkinya untuk memasok seluruh Swedia selama sebulan. Gas yang diangkut sebelumnya diproduksi di Semenanjung Yamal, dicairkan di pabrik Yamal LNG, dan kemudian dikirim ke negara mana pun yang membutuhkannya.
Untuk kapal sebesar ini, menavigasi Teluk Ob bukanlah perkara mudah. Memutar kapal di Sabetta Wharf, tempat kilang LNG itu berada, mungkin relatif lebih mudah. Namun, ketika memasuki Laut Kara atau kembali ke pelabuhan, ruang untuk memutar kapal hanya berupa sebuah kanal buatan sepanjang 50 km (lebar 300 meter dan dalam 14 meter). Sekilas, ini mungkin terdengar seperti ruang yang besar, tetapi Christophe de Margerie itu sendiri adalah sebuah kapal raksasa. Apalagi, es terapung di kanal sering kali terbawa arus cukup cepat. Jadi, untuk menghindarinya dibutuhkan keterampilan dan konsentrasi tinggi.
Kapten kapal tidak memiliki celah untuk melakukan kesalahan. Setiap gerakannya, setiap belokan kemudi, setiap kenaikan atau penurunan kecepatan mesin harus sempurna. Dia bertanggung jawab atas sebuah tanker besar, yang panjangnya seukuran sebuah bangunan sepuluh lantai jika dibaringkan, penuh dengan muatan gas alam cair (senilai $62 juta). Kapal itu sendiri bernilai $330 juta dan ada juga 30 kru yang patut diperhitungkan, belum lagi reputasi perusahaan — dan Rusia sendiri! Inilah arti tanggung jawab sesungguhnya.
Angkatan Laut Rusia memiliki banyak kapal tua yang dirancang pada masa Soviet. Namun, ada pula spesimen unik yang mungkin lebih tua dari kapal-kapal tersebut.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda