1. Dibangun di jalan ‘Kekaisaran’
Pada 1712, Pyotr yang Agung memindahkan ibu kota Rusia dari Moskow ke Sankt Peterburg yang baru selesai dibangun. Setelah pemindahan tersebut, jalan penghubung antara dua kota menjadi ‘rute pemerintah’ yang terbilang penting. Karena jalan tersebut digunakan oleh para tsar, kota-kota dan berbagai biara didirikan di sepanjang jalan selama dua abad berikutnya.
Pada paruh kedua abad ke-18, di era Ekaterina yang Agung, jalan ini diaspal batu, dan sebelas pondok penginapan rakasasa dibangun sebagai tempat peristirahatan sang permaisuri (satu pondok tiap 64 km). Istana di kota tua Tver, yang terletak dekat Sungai Volga, merupakan pondok yang paling mewah.
2. Berbeda dengan istana lain dari segi arsitektur
Secara arsitektur, sebagian besar pondok penginapan tergolong tak ekspresif. Pondok-pondok itu hanya berupa bangunan dua lantai sederhana dengan sebuah frontispiece (kombinasi elemen yang menghias pintu utama sebuah bangunan) segitiga di tengahnya yang dibangun sesuai dengan model yang ada. Kerap kali, ketika tak diharuskan menampung sang permaisuri, rumah-rumah ini berfungsi sebagai kantor pos dan penginapan untuk pejabat kekaisaran, anggota pengadilan, dan tamu-tamu lain.
Istana di Tver adalah pengecualian. Bangunan ini dibuat dengan gaya mewah rumah-rumah Sankt Peterburg dan sering digunakan untuk pesta dansa dan resepsi. Pada 1767, Ekaterina mampir ke istana tersebut di sela-sela perjalan penting dari Sankt Peterburg ke Simbirsk (sekarang bernama Ulyanovsk, sekitar 901 km di timur Moskow), didampingi oleh hampir dua ribu orang, termasuk duta besar Austria, Prancis, dan Inggris. Hanya Istana Petroff di Moskow yang dapat menyaingi istana ini dari segi kemewahan dekorasinya.
3. Dibangun di tanah bekas rumah uskup yang terbakar
Pembangunan besar-besaran di Tver dimulai setelah kebakaran pada 1763. Kebakaran tersebut menghancurkan Kremlin Tver yang dibangun dari kayu dan bangunan-bangunan kuno lainnya. Arsitek Pyotr Nikitin, perancang utama berbagai kota provinsi Rusia (termasuk Kaluga dan Torzhok) datang ke Tver untuk merestorasi kota sesuai dengan rancangan kota yang baru.
Berkat kerja keras Nikitin, Ekaterina yang Agung mengakui Tver sebagai ‘kota tercantik kedua setelah Sankt Peterburg’. Nikitin merancang istana di area tepi sungai Volga, di atas tanah reruntuhan rumah seorang uskup.
4. Dirancang oleh arsitek-arsitek ternama
Para arsitek terbaik pada masa itu diminta untuk membangun istana. Asisten Nikitin semasa pembangunan ialah Matvey Kazakov, yang kelak membangun Senat Kremlin di Moskow, Universitas Moskow, dan Istana Petroff. Jean-Baptiste Vallin de la Mothe, yang membangun Hermitage Kecil dan Akademi Seni di Sankt Peterburg, merancang dekorasi interior untuk kamar tidur dan ruangan-ruangan lain.
Pada awal abad ke-19, istana ini dibangun kembali untuk pemilik barunya oleh Carlo Rossi dan Joseph Bové. Rossi adalah arsitek untuk Gedung Staf Umum di Lapangan Istana di Sankt Peterburg, sementara Bové membangun Teater Bolshoi di Moskow. Ikon-ikon untuk gereja megah di istana ini dilukis oleh pelukis potret terbaik di era Ekaterina, Vladimir Borovikovsky.
5. Interior mirip dengan istana kekaisaran di Sankt Peterburg
Interior istana sungguh mewah, dengan wallpaper kain, oven Belanda keramik, lantai parket, plesteran mewah termasuk yang menyerupai marmer, cermin, tangga dari besi tempa, lampu gantung perunggu, lukisan serta pahatan.
Sang permaisuri jatuh cinta dengan istana ini dan berbagai tulisan kontemporer menyinggung dekorasi mewah ini dalam memoar mereka.
6. Tempat bersosialisasi
Pada awal abad ke-19, istana ini beralih fungsi. Selain menampung para kaisar dan permaisuri yang sedang dalam perjalanan, istana ini menjadi tempat tinggal gubernur jenderal Oblast Tverskaya, Adipati George dari Oldenburg dan istrinya Ekaterina Pavlovna, saudara perempuan Kaisar Aleksandr I, yang secara langsung berpartisipasi dalam perancangan ulang istana. Kala itu, istana ini menjadi salah satu pusat kehidupan sosial Rusia dan sebuah rumah sastra yang modis. Di sinilah sejarawan termasyhur Nikolay Karamzin membacakan bab demi bab buku karangannya, Istoriya gosudarstva Rossiyskogo (Sejarah Negara Rusia), untuk Kaisar Aleksandr I.
7. Restorasi dimulai pada 2012
Restorasi istana dimulai pada 2012. Pada masa Soviet, sejumlah elemen kunci dekorasi istana ini lenyap dan banyak objek di dalam istana yang hilang dicuri. Kini, rekonstruksi telah mengembalikan istana ini ke bentuk megahnya. Panel lukisan karya seniman Rusia keturunan Italia, Fyodor Bruni direstorasi di tangga raksasa istana dan kanvas Canaletto yang menghiasi istana dipindahkan ke aula museum.
Secara khusus, istana ini berhasil mempertahankan sejumlah furnitur mewahnya, termasuk sfinks di sandaran tangan yang dirancang oleh Carlo Rossi, dan kursi berlengan dengan hiasan angsa yang dirancang oleh arsitek Andrey Voronikhin, yang merancang Katedral Kazan di Sankt Peterburg.
8. Sebelum revolusi, istana ini menjadi museum
Selama 50 tahun terakhir, aula istana berfungsi sebagai Galeri Seni Regional Tver. Namun, istana ini sudah menjadi museum sebelum Revolusi Bolshevik. Pada 1894, sebuah pameran dari para seniman Moskow dan Sankt Peterburg digelar di istana ini dan dua tahun kemudian bangunan istana berubah menjadi museum sejarah arkeologi.
Pada 1960-an, lukisan karya pelukis Rusia yang terkenal di abad ke-18 dan ke-19, seperti Borovikovsky, Levitan, Korovin dan Serov, dipamerkan di aula, setelah direstorasi pasca-Perang Dunia II.
Setelah ini, lihatlah beberapa potret permasuri Romanov. Beberapa sempat memerintah, sementara yang lain merupakan istri atau ibu dari kaisar.