Hard Bass: Dangdut Koplo Ala Rusia

Natalya Nosova
Dangdut merupakan salah satu genre musik populer tradisional Indonesia yang patut dilestarikan. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa ada stereotipe tertentu terhadap para penikmat musik dangdut. Apalagi, dangdut koplo — subaliran dalam musik dangdut dengan ciri khas irama yang menghentak dari gendangnya. Di Rusia, ada pula genre serupa. Musik ini tak hanya populer di dalam negeri, tapi juga di luar negeri — entah dalam makna yang positif atau sebaliknya. Inilah hard bass!

Sekumpulan pria (kadang-kadang ada juga perempuan) memakai tracksuit, sementara wajah mereka disembunyikan di balik topeng atau balaclava (masker ninja). Mereka berkumpul melingkar dan menari sambil mengikuti irama musik yang sangat keras dengan basslines yang khas dan tempo yang cepat. Kemungkinan besar, Anda sudah pernah melihat orang-orang ini, setidaknya dari sebuah video.

Mari lupakan balet. Pada tahun 2010-an, aliran musik unik asal Rusia yang disebut hard bass menaklukkan dunia. Namun sebelum itu, hard bass lebih dulu menyentuh hati dan telinga ribuan orang Rusia — dengan cara yang sangat aneh.

Budaya ‘Rave’

Dewasa ini, sesuatu yang viral sering kali berasal dari hal-hal yang tak terduga. Kebanyakan orang yang mendadak terkenal atau tingkah lakunya jadi tren di jagat maya tak pernah berpikir atau bahkan berencana jadi populer. Orang-orang bisa menemukan sesuatu yang mereka anggap lucu atau menarik dan membagi-bagikannya di media sosial sehingga tersebar luas ke seluruh dunia.

Fenomena hard bass pun bermula dari semacam lelucon yang kebablasan. Sebagaimana yang sering terjadi di Rusia, orang-orang kerap kali mengambil sesuatu yang asing dan kemudian dirusiakan sepenuhnya. Jika ditelusuri, musik hard bass berakar dari pumping house, yaitu genre musik techno dari Barat dengan tempo yang cepat dan bagian bas berirama (Klubbheads adalah contoh bagus untuk jenis musik pumping house). Dari aliran musik ini, muncullah beberapa fenomena budaya Rusia yang serius.

Ironisnya, bagi para penemu hard bass, menggabungkan ritme Barat dengan tracksuit atau setelan olahraga yang biasa dikenakan orang-orang gopnik (preman kelas teri) semata-mata hanyalah lelucon yang mengejek.

Seperti yang dikatakan Lenta.ru, gerakan hard bass awalnya ditujukan sebagai ejekan terhadap orang-orang “gopnik rave” yang senang menghadiri pesta-pesta rave (pesta dansa yang diiringi musik berirama cepat dan pertunjukan lampu besar), tapi tak tahu-menahu tentang asal-usul budaya rave (singkatan dari radical audio visual experience ‘pengalaman audio visual radikal’) itu sendiri, yaitu kedamaian, cinta, dan musik techno.

Begitulah awalnya pada 2010 silam, empat orang pemuda yang tinggal di Sankt Peterburg mengunggah sebuah video di YouTube. Dengan video itu, sebetulnya mereka bermaksud mengolok-olok tarian orang-orang gopnik yang menggelikan, seperti yang bisa Anda tonton pada video berikut.

Tak Mempan Diejek

Lirik “lagu” pada video itu cukup sederhana, “Raz-raz-raz, eto hard bass!” (seperti, “Hei-hei-hei, ini hard bass” dalam bahasa Indonesia). Namun, lirik lagu itu juga berisi sedikit propaganda gaya hidup sehat. Pemuda-pemuda itu menyebutkan bahwa musuh bebuyutan mereka adalah obat-obatan yang diproduksi secara kimia dan mereka hanya minum kvass. Tentu saja, ini juga tak lain mengejek kebanggaan orang-orang gopnik terhadap gaya hidup mereka yang (seharusnya) sehatsehat dalam arti mereka memakai tracksuit setiap hari.

Sayangnya, ironi itu mungkin terlalu halus. Kebanyakan orang-orang gopnik yang menonton video itu justru tak menangkap ejekan itu. Tak ada obat-obatan, tarian sederhana, dan musik untuk menghentak-hentakkan kaki — kenapa harus tersinggung? Akhirnya, gaya baru yang aneh ini, yang sengaja dilebih-lebihkan dan tak masuk akal, menjadi populer.

Seiring waktu, situasi menjadi semakin kompleks: muncul dua jenis penggemar hard bass, yaitu mereka yang memang benar-benar menyukainya dan orang-orang yang senang mengejeknya.

Terkadang perbedaan antara keduanya sangat tipis. Jadi, setelah Anda menonton video lucu yang menampilkan sekelompok orang menari mengikuti musik hard bass dengan tracksuit berikut, sulit untuk mengatakan apakah mereka benar-benar orang gopnik garis keras atau hanya mengejeknya.

Politik dan Meme

Hardbas.ru, situs penggemar hard bass, menyebutkan, “Hard bass itu sendiri adalah suatu upaya untuk meraih energi positif dan keengganan untuk membodohi diri dengan obat-obatan terlarang. Hard bass akan membuat hidup Anda lebih cerah dan positif.” Itu terdengar seperti ucapan anak kemarin sore yang sok tahu, tapi kita bukan Tuhan yang bisa menghakimi.

Kemudian, si penulis tiba-tiba menyimpang ke arah politik yang meragukan. “Di banyak kota (di Rusia), hard bass juga merupakan alternatif Lezginka (tarian nasional orang-orang Kaukasus yang kerap ditampilkan di jalan-jalan).” Ada aktivis-aktivis sayap kanan di antara para penggemar hard bass, dan pada 2013, mereka bahkan mencoba melakukan tarian “protes hard bass” di pusat kota Moskow, tapi ditahan oleh polisi.

Kendati demikian, hard bass bukanlah tentang politik. Musik ini membantu Rusia untuk menarik perhatian dari Barat meski dengan cara yang aneh. Banyak vlogger YouTube sekarang menirukan aksen Rusia dan menjelaskan cara berperilaku seperti patsan Rusia sejati (istilah yang lebih terhormat yang digunakan kaum gopnik untuk menggambarkan satu sama lain) dengan berjongkok, memakan biji bunga matahari, mengenakan tracksuit Adidas dan, tentu saja, menarikan hard bass. Namun ingatlah, bahwa semua ini dimulai dari parodi.

Tonton juga yang ini:

Pertanyaan selanjutnya, kenapa orang-orang gopnik ini identik dengan tracksuit (Adidas)? Jangan berhenti sampai sini, bacalah selengkapnya!

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki