Animasi tanah liat ini adalah kartun yang klasik namun tidak biasa untuk liburan musim dingin. Surealismenya telah terpancar dari detik pertama: selama beberapa menit awal, narator - yang sebenarnya adalah salah satu dari dua pahlawan utama - memutuskan kisah mana yang harus diceritakan, mengubah subyek dengan begitu cepat.
Akhirnya, ia memusatkan perhatian pada cerita tentang seorang pria lucu (serakah, tidak pandai, tapi menawan) yang pergi ke hutan untuk mendapatkan pohon pinus untuk liburan. Jika tidak, istrinya yang galak tak akan membiarkan dia pulang ke rumah. Khas cerita Rusia.
Lebih baik Anda menonton langsung. Ungkapannya yang sangat jelas seperti "Malovato budet!" ("Tidak cukup!") menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita rakyat Rusia, dan humornya yang tidak masuk akal pun ikonis. Meski begitu, ia membuat penonton dapat merasakan sentuhan melankolis musim dingin yang ringan dan filosofis.
Armenfilm, sebuah studio film lokal yang terletak di Yerevan (sekarang ibu kota Armenia), memiliki banyak kartun gila di industri film Soviet, dengan seniman Armenia yang menggambarkan dunia aneh dan makhluk yang tidak ada. Dan Wow, a Talking Fish! adalah buktinya.
Bayangkan saja: seorang pria tua yang malang menangkap ikan yang sedang berbicara, lalu membiarkannya pergi (plot klasik) tapi kemudian entah dari mana makhluk paling aneh muncul, dengan aneh mengubah bentuknya yang menyebut dirinya "E-ekh!" Makhluk itu tidak memiliki hubungan dengan ikan apa pun dan menggoda sang pria tua dengan hadiah ajaib ... tapi kemudian ternyata semuanya ada maknanya.
Kartun yang didasarkan pada legenda rakyat Armenia tersebut tergolong singkat dan menyenangkan untuk ditonton. Namun begitu, film ini berisi adegan di mana para tokohnya berbicara begitu cepat sehingga mungkin lebih baik menontonnya dengan mode gerakan lambat. Bahkan jika Anda orang Rusia, itu masih cukup sulit.
Orang mungkin bertanya-tanya - seberapa banyak kadar keabsurdan yang bisa dimasukkan ke dalam kartun berdurasi empat menit dengan hanya ada tiga tokoh? Nah, menurut Wings, Legs and Tails jawabannya: banyak. Tidak mengherankan jika Anda tahu bahwa ketiga pahlawan itu adalah seekor kadal, burung unta, dan burung nasar yang tersesat di gurun antah berantah. Pada dasarnya, satu-satunya hal yang diperdebatkan para tokoh dalam kartun itu adalah bagian tubuh mana yang lebih penting. Dan mereka berdebat dengan cara yang sangat aneh.
Kartun ini disutradarai Alexander Tatarsky yang juga membuat Under Yesteryear's Snowfall. Meski keduanya sangat berbeda, ada yang menyatukannya: ungkapan-ungkapan yang melekat kuat di benak orang Soviet. Misalnya, ketika burung nasar mencoba mengajari burung unta untuk terbang, dia berkata: "Tidak tahu bagaimana? Kami akan mengajari Anda! Tidak mau? Kami buat mau!" Ungkapan itu sangat menggambarkan pendekatan partai komunis terhadap masyarakat seperti yang dipahami oleh orang-orang Soviet.
Selain aneh, sulit menemukan kata untuk menggambarkan animasi ini. Sangat aneh. Super aneh. Jika ada Hall Of Fame untuk cerita teraneh yang dipersembahkan untuk makhluk hidup, The Contact akan berada di sana langsung. Adegan dimulai dengan gambar berwarna-warni dari padang rumput yag mekar di mana seorang seniman muncul dengan iringan melodi Nino Rota.
Sang seniman, dengan senyum manik dan imajinasi gilanya, sudah terlihat menyeramkan tanpa alien. Tapi kemudian alien (gumpalan berbentuk aneh dengan tiga mata) muncul dan membuat semua lebih aneh lagi.
The Contact memang psikedelik tapi juga kartun yang sangat bagus karena menyentuh tema kesalahpahaman, ketakutan atas 'Yang Lain' dan, pada akhirnya, kekuatan pemersatu seni. Ia patut ditonton - paling tidak, akan sulit bagi Anda untuk melupakannya.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda