MiG-31, ‘Radar Terbang’ Rusia (VIDEO)

Kementerian Pertahanan Rusia/Global Look Press
Lima unit pesawat tempur MiG-31BM bergabung dengan Distrik Militer Pusat pada 2021.

Pesawat tempur-pencegat supersonik MiG-31, yang dijuluki Foxhound oleh NATO, adalah pesawat tempur Soviet pertama generasi keempat. Pada akhir 1960-an, Rusia memiliki alasan internal dan eksternal untuk membuat pesawat ini. Waktu itu, Amerika Serikat menggunakan rudal jelajah strategis dan pesawat pengebom FB-111. Pesawat tersebut dapat terbang melintasi Kutub Utara dan mencapai perbatasan Rusia pada ketinggian rendah, mengikuti relief dan menghindari pengawasan satelit Rusia. Sementara itu, Rusia kekurangan penghalang radar (radar barrier) untuk wilayah sebelah utara.

MiG-31 dijuluki “radar terbang” oleh para pilot karena kemampuan avionikanya yang unik. Pesawat ini memiliki sistem kendali “barrier” di pangkalannya dan dilengkapi dengan antena dengan susunan berfase pertama (PPA) di dunia. PPA berbeda dari radar klasik karena bisa menggerakkan sorotan di antena tetap, menghasilkan sejumlah sinar yang diperlukan, serta melacak berbagai sasaran sekaligus.

“Barrier” ini dapat mendeteksi 24 objek pada jarak 200 kilometer. Komputer dalam pesawat MiG-31 dapat memilih empat sasaran paling berbahaya dan mengarahkan misil udara jarak jauh langsung pada sasaran tersebut. Jumlah maksimum target yang dapat diserang sekaligus adalah delapan. Empat sasaran lain dihancurkan dengan misil jarak sedang atau misil jarak dekat. Pesawat juga dapat mengirim koordinat sasaran ke pesawat tempur dan misil antipesawat di darat.

MiG-31 mulai diproduksi pada 1981 di fasilitas Sokol di Gorky (sekarang Nizhny Novgorod). Pada akhir 1994, lebih dari 500 mesin jenis ini dibuat, tetapi kemudian diproduksi secara terbatas. Saat ini terdapat sekitar seratus pesawat MiG-31 yang beroperasi.

Pesawat pencegat MiG-31 dan MiG-41 akan dilengkapi sistem rudal jarak jauh multiguna (MFRK DP) sehingga nantinya akan menjadi “pembunuh” rudal hipersonik sungguhan.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki