Marker, Robot Pertama Rusia untuk Misi Militer dan Sains di Ruang Angkasa

Roscosmos/Sputnik
Robot yang dipersenjatai dengan senapan mesin dan rudal antitank ini menjaga kawasan kosmodrom Rusia di Timur Jauh. Meski begitu, robot ini kelak dapat dilibatkan dalam misi ke Bulan, bahkan lebih jauh!

Pada Oktober 2021, militer Rusia berhasil menguji kendaraan darat nirawak Marker untuk menjaga Kosmodrom Vostochny. Uji coba tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memahami kapabilitas mesin tersebut dalam misi patroli serta kemampuannya mendeteksi musuh potensial dalam berbagai kondisi cuaca, mulai dari terik matahari hingga hujan lebat tengah malam.

Ternyata, para pejabat Kementerian Pertahanan Rusia, bahkan Roscosmos (BUMN Rusia yang bertanggung jawab atas penerbangan antariksa, program ruang angkasa, dan riset aeronautika), mengaku puas dengan hasil uji coba tersebut. Mereka kemudian memutuskan bahwa kendaraan itu siap untuk menjalani tes militer lebih lanjut sebelum nantinya menjadi robot pertama yang digunakan militer dan ilmuwan untuk meneliti planet lain.

Apa itu Marker?

Marker adalah kendaraan darat nirawak yang dipersenjatai dengan senapan mesin 7,62 x 54 mm dan dua peluncur rudal antitank. Selama pengujian, Marker terbukti mampu beroperasi secara otonom selama tiga hari tanpa pengisian ulang.

Arkady Petrosov, kepala proyek Marker di Pusat Nasional untuk Pengembangan Teknologi dan Elemen Dasar Robotika, mengatakan bahwa robot itu memiliki kemampuan pengenalan objek terbaik di seluruh negeri. Kemampuan berasal dari kecerdasan buatan dan gerakan otonomnya di lingkungan yang tak dikenal.

Kecerdasan buatan tersebut dipasang pada platform beroda dan mampu menjelajah hingga 100 kilometer, baik on-road maupun off-road. Dalam hal ini, operator Marker hanya perlu memilih titik awal dan akhir. Setelah itu, Marker akan menemukan rutenya sendiri, bahkan membuat peta dengan menggunakan kamera dan sensor lainnya. Robot itu mampu menghindari rintangan secara otomatis dan tetap mengikuti rute tercepat.

Marker dilengkapi sejumlah kamera penglihatan yang ditempatkan di sekeliling lambungnya. Kamera-kamera tersebut memberikan pandangan menyeluruh dan membentuk gambaran lengkap terhadap lingkungan sekitar dan jalan yang dapat diakses.

Sederhananya, Marker adalah Tesla versi militer yang mampu melewati medan .

Kepala Roscosmos Dmitry Rogozin bahkan percaya bahwa robot itu berpotensi untuk dilibatkan dalam proyek ilmiah dan teknis. Tak hanya itu, dia pun percaya bahwa Marker kelak dapat digunakan sebagai peralatan untuk penelitian di Bulan dan benda-benda langit lainnya.

Fitur tambahan

Marker juga diuji bersama kawanan drone. Selama pengujian, robot itu bekerja sama dengan sekelompok drone yang terdiri dari 15 pesawat nirawak, yang kemudian dibagi ke dalam tiga kelompok kecil. “Tim udara” memberikan Marker citra pengintaian jarak jauh. Dengan demikian, robot itu dapat melihat tempat-tempat yang tidak dapat diakses, terutama di lingkungan perkotaan. Kawanan drone juga dapat meneruskan data sasaran kepada Marker sehingga ia dapat menyerang target yang tak dapat diintai secara langsung.

Selain itu, robot ini juga dapat digunakan sebagai pembawa drone dan hub bagi drone. Marker sengaja dirancang dengan fungsi dan kegunaan yang beragam supaya robot ini tak hanya dapat menjangkau wilayah yang luas, tetapi juga dapat menerbangkan kawanan drone bunuh diri atau amunisi sejenis lainnya. Anda dapat membaca informasi lebih lanjut tentang drone bunuh diri dan dampaknya terhadap perang masa depan di sini.

Masa depan Marker

“Pada awal Oktober (2021), Presiden Putin bertemu dengan perwakilan Kementerian Pertahanan Rusia di Sochi. Presiden kemudian menugaskan Kemenhan untuk mengembangkan platform dengan kecerdasan buatan pada 2027, yang kelak dapat beroperasi secara independen di medan perang tanpa campur tangan manusia. Pemerintah akan mengalokasikan hampir 200 miliar rubel (sekitar 43 triliun rupiah) untuk pengembangan (teknologi) ini,” kata Dmitry Safonov, mantan analis militer dari surat kabar Izvestia.

Safonov mengatakan bahwa Amerika tengah melakukan tes semacam itu.

“Amerika mengintegrasikan citra dan data target potensial ke dalam Sistem Robot Modular Bersenjata Canggih (MAARS) dan menguji bagaimana sistem tersebut beraksi di lapangan tembak ketika ia harus menghancurkan targetnya sendiri,” kata sang pakar.

Menurutnya, teknologi serupa juga diintegrasikan ke dalam tank Abrams. Jika teknologi robotik betul-betul dapat diandalkan di lapangan tembak, Amerika akan melanjutkan uji coba pertempuran secara riil yang melibatkan tank dan robot.

“Dalam hal ini, kita ketinggalan satu langkah di belakang Amerika. Namun, kita akan mengejar,” kata Safonov meyakini.

Saat ini, Kementerian Pertahanan Rusia menggabungkan dua jenis tes Marker. Yang pertama, tes penembakan. Pada pengujian ini, Marker diharapkan dapat mencari dan mengunci target secara mandiri, sementara operator akan menekan tombol tembak. Yang kedua, Marker harus berpatroli secara independen dan, tanpa campur tangan manusia, melakukan misi pengintaian dalam kelompok yang terdiri dari lima robot. Nantinya, kecerdasan buatan akan mengontrol seluruh tindakan tanpa menembak.

“Marker, seperti platform militer modern lainnya, sedang dikembangkan sebagai sistem modular. Ini dilakukan supaya kontraktor lain dan pihak-pihak yang berkepentingan dapat memperoleh teknologi dan persenjataan yang bisa langsung digunakan. Hal serupa dilakukan pada platform Armata, begitu pula dengan masa depan Marker,” kata Ivan Konovalov, Direktur Pengembangan Yayasan untuk Promosi Teknologi Abad Ke-21, kepada Russia Beyond.

Dia juga mengatakan bahwa itulah alasan utama mengapa sejumlah perusahaan milik negara tertarik dengan robot ini, termasuk Kementerian Pertahanan dan Roscosmos. Baik Kemenhan maupun Roscosmos melihat Marker sebagai alat pertahanan bagi pelabuhan antariksa dan penelitiannya di Bulan dan benda angkasa lainnya.

Tentara Rusia memiliki lusinan jenis robot tempur darat, udara, serta permukaan dan bawah air dalam berbagai tingkat kesiapan. Bacalah selengkapnya!

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki