Para spesialis Rusia di laboratorium Sensor-Tekh dan Yayasan Dukungan Buta-Tuli So-edinenie telah mengembangkan implan otak saraf pertama Rusia yang akan memberikan penglihatan bagi mereka yang kehilangan penglihatannya atau terlahir buta. Perangkat itu telah dipresentasikan di pusat inovasi Skolkovo Moskow pada akhir Juni 2021.
Bagaimana cara kerja implan ini?
Perangkat itu diberi nama 'ELVIS', yang merupakan kependekan dari electronic vision ‘penglihatan elektronik’. Tampilannya mirip perangkat kepala pada gim video 'Cyberpunk 2077' atau 'Star Wars: The Old Republic', yang memberikan peningkatan kemampuan bagi penggunanya.
Fiksi ilmiah kian terkejar oleh kehidupan nyata: dokter menanamkan perangkat ke dalam korteks serebral (bagian otak yang berfungsi sebagai pusat integrasi untuk informasi sensorik dan regio pengambil keputusan bagi berbagai keluaran motorik) dan menghubungkannya ke bagian yang bertanggung jawab untuk penglihatan menggunakan elektroda. Setelah beberapa bulan, pasien diberi ikat kepala berkamera, yang mengirimkan gambar langsung ke otak, tanpa melalui mata. Implan ini akan memberikan penglihatan kepada tunanetra, baik bagi mereka yang kehilangan penglihatan maupun yang lahir tanpanya.
Menurut pengembangnya, implan ini sangat cocok untuk orang berusia antara 24—65 tahun karena membutuhkan otak dewasa yang terbentuk sepenuhnya. Oleh karena itu, implan ini tidak bisa dipasangkan ke otak anak-anak. Setiap sepuluh tahun sekali, implan harus diganti dengan yang baru.
Apa yang sebenarnya akan 'dilihat' oleh tunanetra?
Terlepas dari pemaparannya yang canggih, implan ini tidak dapat mengembalikan penglihatan yang alami, yang mengandung detail, warna, dan lain sebagainya. Kamera akan mengirimkan kilatan cahaya ke otak, yang akan menyelimuti objek di bidang penglihatan kamera. Tetapi tidak ada perincian terpisah.
ELVIS akan memungkinkan pengguna untuk melihat objek di sekitar mereka dan bergerak bebas di sekitar kota dan menggunakan transportasi umum tanpa perangkat atau bantuan lain.
Sampai di mana tahapan proyek ini?
Saat ini, ELVIS sedang menjalani pengujian pada hewan pengerat dan yang berikutnya akan diujikan pada kera. Sementara, pengujian pada manusia baru akan dilakukan pada 2023, dengan melibatkan sepuluh sukarelawan pertama.
Berapa biaya prosedurnya?
Perangkat ini diharapkan akan masuk ke produksi serial pada 2027. Biaya awal operasi dan pemasangan kamera telah mencapai 10 juta rubel (sekitar Rp2 miliar). Setelah ELVIS diaktifkan dan dimasukkan ke dalam program untuk dukungan dan asuransi penduduk, biayanya akan turun setengahnya.
Pemasangan implan akan terbuka bagi semua orang, baik orang Rusia maupun orang asing.
Apakah ada kompetitor asing?
“Orang Amerika telah memasangkan implan pada enam sukarelawan pertama mereka dan mengembalikan penglihatan mereka. Operasi di sana menghabiskan biaya $145.000 (sekitar Rp2,17 miliar),” ujar pemimpin proyek ELVIS Denis Kuleshov.
Ada sepuluh tim di seluruh dunia yang melakukan penelitian di bidang implan saraf untuk memulihkan penglihatan. Menurut Kuleshov, kemajuan terbesar sejauh ini telah dicapai oleh tim dari Spanyol (CORTIVIS), Belanda (NESTOR) dan Australia (Monash University). Mayoritas tes sedang dilakukan pada hewan saat in. Namun, ilmuwan Spanyol telah memasangkan elektroda kepada beberapa sukarelawan yang tidak mengalami masalah dengan penglihatan untuk memeriksa efisiensi transmisi kilatan cahaya terhadap penglihatan yang bekerja secara alami.
Apa perbedaan implan Rusia?
“Dengan proyek ELVIS, kami berhasil membidik solusi untuk masalah yang dihadapi oleh banyak implan lain, yaitu resolusi penglihatan bionik yang rendah. Kami menggunakan kombinasi bionik dan kecerdasan buatan sehingga pengguna tunanetra dapat menggunakan penglihatan elektronik mereka secara maksimal,” ujar Kuleshov.
Lebih lanjut ia menjelaskan, sementara banyak proyek asing menggunakan teknologi yang hanya memproyeksikan kilatan cahaya dan siluet ke korteks serebral, sedangkan metode yang diterapkan Rusia memanfaatkan kecerdasan buatan yang bekerja untuk membantu sistem dalam mengidentifikasi objek, atau apa yang menyerupainya.
“Ini juga akan membantu pasien kami yang sedang dalam tahap rehabilitasi dan memungkinkan kami untuk meningkatkan proses pembelajaran terkait pengembalian penglihatan setelah operasi,” tambah Kuleshov.