Setelah Sputnik V, Rusia Daftarkan Vaksin COVID-19 Kedua 'EpiVakKorona'

Tekno&Sains
PANCA SYURKANI
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pendaftaran vaksin COVID-19 kedua Rusia saat membuka rapat kabinet virtual di Moskow, Kamis (15/10). Menurut Wakil Perdana Menteri Rusia Tatyana Golikova, vaksin bernama 'EpiVakKorona' ini sama sekali berbeda dengan Sputnik V.

"Hari ini kita akan mendengarkan laporan dari Menteri Pembangunan Ekonomi Maksim Gennadievich Reshetnikov tentang instrumen utama untuk mencapai indikator pengembangan investasi. Namun, saya ingin memulai dengan sesuatu yang lain, yaitu kabar gembira bahwa laboratorium Vektor hari ini telah mendaftarkan vaksin kedua Rusia untuk melawan virus Corona 'EpiVakKorona'," ujar Putin sembari mempersilakan Golikova untuk merinci hal tersebut.

Menurut Golikova, EpiVakKorona telah menerima sertifikat pendaftaran setelah melalui uji klinis yang melibatkan seratus orang sukarelawan. Ia menjelaskan, vaksin baru ini sama sekali berbeda dengan Sputnik V. Untuk membuat Sputnik V, para ilmuwan di Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya menggunakan virus pembawa untuk mengirimkan DNA virus Corona ke dalam organisme sehingga menimbulkan respons imun. Jenis vaksin ini disebut vaksin vektor.

Sementara, EpiVakKorona yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Virologi dan Bioteknologi Negara 'Vektor' berjenis vaksin peptida. Jenis vaksin ini tidak mengandung virus pembawa, melainkan jaringan sintetis protein peptida pendek yang dapat membuat sistem kekebalan tubuh belajar mengenali virus dan kemudian menetralkannya. Golikova menegaskan, jenis vaksin ini tidak memiliki reaktogenisitas (efek samping) dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi.

Seperti yang disampaikan Golikova, sebelum didaftarkan, EpiVakKorona telah menjalani dua tahap uji klinis. Direktur Vektor Rinat Maksyutov menjelaskan, uji klinis pertama melibatkan 14 subjek yang diberi tahu tentang apa yang disuntikkan kepada mereka. Sementara, tes kedua melibatkan 86 subjek, yang setengahnya menerima vaksin dan setengahnya lagi menerima plasebo.

“Para peserta penelitian merasa sehat. Dua orang mengalami sedikit nyeri di tempat vaksin disuntikkan dalam waktu 24 jam. Ini sudah bisa diduga, karena vaksin ini mengandung aluminium hidroksida,” jelas Maksyutov.

Golikova menjelaskan, 60 ribu dosis pertama akan diproduksi dalam waktu dekat dan Vektor akan memulai uji klinis pascapendaftaran di berbagai wilayah Rusia dengan melibatkan 40 ribu sukarelawan, termasuk 150 orang yang berusia di atas 60 tahun, yang dianggap sebagai kelompok berisiko.

Sama seperti Sputnik V, EpiVakKorona juga akan tersedia mulai 1 Januari 2021. Sang wakil perdana menteri juga menyinggung bahwa vaksin COVID-19 ketiga Rusia yang dikembangkan oleh Pusat Ilmiah Federal Chumakov Moskow diharapkan dapat bergabung bersama Sputnik V dan EpiVakKorona pada Desember mendatang.

"Pada fase pertama, 15 relawan yang divaksinasi pada 6 Oktober tidak mengalami komplikasi serius atau efek samping. Semua sukarelawan merasa sehat. Sementara, fase kedua akan dimulai pada 19 Oktober, dengan melibatkan 285 sukarelawan. Uji klinis vaksin ini diharapkan selesai pada Desember, dan akan bergabung dengan dua vaksin pertama," jelas Golikovo.

Hasil uji vaksin Covid-19 pertama yang terdaftar di dunia, Sputnik V, telah dipublikasikan pada Jurnal kedokteran umum tertua dan paling terkenal di dunia ‘The Lancet’.