Pertama yang Terdaftar di Dunia, Vaksin COVID-19 Rusia akan Beredar 1 Januari 2021

Ilustrasi vaksin COVID-19 buatan Rusia.

Ilustrasi vaksin COVID-19 buatan Rusia.

Cadu Rolim via www.imago-images/Global Look Press
Rusia menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin COVID-19 ke dalam Daftar Obat Negara. Tenaga kesehatan dan guru akan menjadi yang pertama divaksinasi. Salah satu putri Presiden Putin telah divaksinasi sebagai salah satu sukarelawan dalam pengujian vaksin.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Rusia telah mendaftarkan Sputnik V, vaksin COVID-19 pertama di dunia pada Selasa (11/8), sebagaimana tertulis pada situs resmi kementerian itu pada hari yang sama. Vaksin yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Nasional untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi N.F. Gamaleya (Gamaleya Center) milik Kemenkes Rusia itu telah resmi terdaftar dalam Daftar Obat Negara dengan nomor sertifikat pendaftaran LP-006395. 

Dalam pertemuan daring Presiden Rusia Vladimir Putin dengan pejabat pemerintah, Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko menjelaskan, studi praklinis vaksin dilakukan di Gamaleya Center dan Institut Penelitian Pusat ke-48 milik Kementerian Pertahanan Rusia. Sedangkan, uji klinis dilakukan di dua tempat, yaitu Universitas Sechenov dan cabang Rumah Sakit Militer Utama Burdenko. Menurut hasil penelitian, vaksin tersebut telah menunjukkan efisiensi dan keamanan yang tinggi. Semua relawan mengembangkan titer (jumlah) antibodi COVID-19 yang tinggi. Pada saat yang sama, tidak satupun dari mereka mengalami komplikasi daya tahan tubuh yang serius. 

"Berdasarkan hasil pemeriksaan data uji klinis, para ahli dari Kemenkes mengeluarkan kesimpulan, dan hari ini telah diambil keputusan untuk mendaftarkan vaksin untuk pencegahan infeksi virus korona baru (COVID-19) yang dikembangkan oleh Gamaleya Center Kemenkes Rusia. Ini adalah salah satu vaksin pertama di dunia yang terbukti kefektifan dan keamanannya," kata Murashko. 

Vaksin COVID-19 Sputnik V buatan Rusia.

Seperti yang dijelaskan pada situs Kemenkes, vaksin Sputnik V yang dinamai menurut satelit pertama yang berhasil diluncurkan ke luar angkasa oleh Uni Soviet itu merupakan vaksin dengan dua komponen vektor berdasarkan adenovirus manusia. Vaksin tersebut lulus semua uji keamanan dan kemanjuran yang diperlukan pada beberapa spesies hewan (hewan pengerat dan primata), kemudian diujikan pada dua kelompok sukarelawan, yang masing-masing terdiri dari 38 orang. Vaksin itu tidak mengandung komponen virus COVID-19. Skema injeksi dua kali lipat memungkinkan pembentukan kekebalan jangka panjang. Pengalaman menggunakan vaksin vektor dengan skema pemberian dua kali lipat menunjukkan bahwa kekebalan tubuh bertahan hingga dua tahun. 

Murashko menjelaskan, saat ini Sputnik V akan mulai diproduksi di dua lokasi, yaitu di Gamaleya Center dan perusahaan Binnopharm. Pada saat yang sama, dengan bantuan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan dan kantor proyek Sberbank, regulasi teknis sedang disusun untuk meningkatkan produksi di sejumlah pabrikan dalam negeri. Ia juga menambahkan, penerapan bertahap vaksin bagi masyarakat sipil akan dimulai dengan para tenaga kesehatan yang yang bersinggungan langsung dengan orang-orang yang terinfeksi, serta para guru dan anak sekolah yang rencananya akan dilaksanakan pada September mendatang, setelah pengujian massal selesai dilakukan. Sang menteri juga menambahkan, Rusia siap untuk kerja sama internasional dalam pengembangan dan pengenalan vaksin. 

Setelah menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pengembangan vaksin, Presiden Putin bertanya kepada sang menteri: "Anda mengatakan bahwa ini adalah salah satu yang pertama didaftarkan. Apakah vaksin jenis ini sudah terdaftar di suatu tempat di dunia?"

Murashko pun menjawab: "Ada perkembangan dari kolega Tiongkok kita yang sedang dalam tahap pendaftaran dengan syarat dan ada juga dari negara lain. Namun, masih ada uji klinis. Faktanya, sertifikat pendaftaran dalam format penuh adalah yang pertama kali diterbitkan di Rusia." 

Menurut Putin, salah satu putrinya telah divaksinasi sebagai salah seorang sukarelawan yang ikut ambil bagian dalam pengujian vaksin.

“Salah satu putri saya juga telah divaksinasi. Dalam hal ini, dia ikut terlibat dalam uji coba vaksin. Setelah vaksinasi pertama, suhu tubuhnya 38 derajat Celcius, sedangkan keesokan harinya sedikit di atas 37 derajat Celcius, hanya itu saja. Setelah suntikan kedua, vaksinasi kedua, suhunya juga naik sedikit, lalu setelah itu tidak ada lagi yang terjadi. Dia merasa baik dan titer antibodinya tinggi ”, ujar sang presiden.

Menurut situs resmi Sputnik V, saat ini terdapat sekitar 165 vaksin berbeda untuk COVID-19 yang sedang dikembangkan di seluruh dunia. Jenis utama dari vaksin meliputi vaksin berbasis vektor virus, vaksin berbasis virus, vaksin berbasis asam nukleat dan berbasis protein. Vaksin berbasis vektor adenovirus Rusia menjadi vaksin COVID-19 terdaftar pertama di pasaran. 

Pada 1957, keberhasilan peluncuran satelit luar angkasa pertama oleh Uni Soviet menghidupkan kembali penelitian luar angkasa di seluruh dunia. Karena itu, vaksin COVID-19 Rusia yang baru diberi nama dagang Sputnik V. 

Sputnik V yang memiliki nama resmi Gam-KOVID-Vak direncanakan akan memasuki peredaran mulai 1 Januari 2021, sebagaimana yang tercantum pada sertifikat pendaftaran Daftar Obat Negara. 

Hingga saat ini, 897.599 kasus virus korona telah dikonfirmasi di Rusia, dengan 703.175 pasien telah pulih dan 15.131 kematian secara nasional.

Dari ratu lebah, tinja hingga tanah kuburan, inilah obat-obatan paling aneh yang dulu digunakan para petani Rusia untuk mengusir penyakit pada masa lalu.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki