Lebih dari empat dasawarsa lalu, pada 20 Mei 1977, prototipe pesawat tempur generasi keempat Su-27 untuk pertama kalinya lepas landas. Sebagai simbol kemajuan teknologi aviasi domestik dan dunia kala itu, para perancang Su-27 berhasil menciptakan mesin tercanggih yang belum pernah ada sebelumnya. Tak heran, pengembangan pesawat tempur ini cukup lama. Bertahun-tahun kemudian, Su-27 menjadi dasar bagi pengembangan dan modifikasi puluhan pesawat tempur lainnya.
Su-27 mulai dibangun pada akhir 1960-an. Para desainer diminta untuk membangun sebuah pesawat yang melampaui pesawat tempur F-15 Eagle Amerika. Tiga biro desain terkemuka menjawab tantangan tersebut: Sukhoi, Yakovlev, dan Mikoyan. Pada 1972, pemerintah memilih dua proyek dari Biro Desain MiG dan Biro Desain Sukhoi. Kedua biro inilah yang kemudian menciptakan dua pesawat tempur generasi keempat buatan dalam negeri yang pertama: MiG-29 dan Su-27.
Diterbangkan oleh pilot penguji Vladimir Ilyushin, prototipe pertama su-27 mengudara pada 20 Mei 1977. Ada lima pesawat yang dibangun untuk tes penerbangan. Namun, pesawat-pesawat tersebut ternyata tak mampu melampaui karakteristik F-15 dan terus disempurnakan. Pada 1981, model T-10S Su-27 yang sudah ditingkatkan diluncurkan untuk pertama kalinya. Setahun kemudian, pesawat tersebut mulai beroperasi di unit-unit aviasi militer Soviet.
Empat tahun kemudian, pesawat dengan pilot penguji Viktor Pugachev melesat ke ketinggian 3.000 meter hanya dalam tempo 25,4 detik dan mencetak rekor dunia. Pada Maret 1987, Nikolai Sadovnikov, pilot penguji lainnya, mendaki ke ketinggian 15 kilometer hanya dalam tempo 76 detik.
Su-27 akhirnya menyita perhatian dunia selama Pertunjukan Udara Paris Le Bourget pada 1989. Selama pertunjukkan tersebut, Su-27 menampilkan gaya aerobatik baru, yang nantinya dikenal dengan nama Kobra Pugachev (sesuai nama sang pilot). Saat melesat di angkasa, pesawat tersebut tiba-tiba mengangkat moncongnya dengan tajam tanpa mengubah kecepatan. Posisi tersebut otomatis meningkatkan sudut serangan hingga 120 derajat. Dalam posisi yang tampak seperti ular kobra yang siap mematuk tersebut, pesawat melayang-layang di udara dan kemudian kembali ke posisi normal. Selain ampuh dalam pertempuran, trik semacam itu dipercaya bisa menyelamatkan dari serangan rudal dengan sistem penjejak radar independen (active radar homing) lantaran kecepatan pesawat menurun drastis secara tiba-tiba. Selain itu, manuver ini juga digunakan saat meninggalkan musuh selama pengejaran.
Untuk lebih meningkatkan sudut serangan, Su-27 didukung dengan thrust vector control (TVC) untuk memanipulasi arah daya dorong (thrust) yang dihasilkan mesin pesawat. Dengan demikian, pesawat tersebut bisa melakukan trik-trik seperti Cakra Frolov ketika mencapai ketinggian tertentu sambil mengurangi kecepatan. Dari posisi ini, pesawat akan bermanuver membuat “lingkaran maut” dan membuat sudut serangan hingga 360 derajat.
Sistem kontrol elektronik baru, yang tak ada pada pesawat tempur generasi ketiga, membantu Su-27 melakukan trik-trik rumit semacam itu. Alih-alih menggunakan kabel, sinyal listrik membuat Su-27 menjadi pesawat yang stabil dan supermanuver. Dijuluki Flanker-B (Flanker) oleh NATO, Su-27 dilengkapi dengan radar baru berupa sistem pengarah elektronik optik dan mesin AL-31F yang kuat.
Su-27 secara resmi mengawali layanan militernya pada 23 Agustus 1990. Pada saat itu, Su-27 telah mengatasi segala kekurangan yang teridentifikasi selama pengujian. Sejak dimulainya produksi massal pada 1984, sekitar 1.500 unit Su-27 dan modifikasinya, serta Su-30, Su-33, Su-34, dan Su-35 telah diproduksi. Su-27 juga menjadi dasar percobaan untuk membuat pesawat tempur Su-47 Berkut yang menjanjikan dengan sayap terbalik dan penggunaan lebih lanjut bahan komposit dalam perancangan pesawat.
Sebagian teknologi salah satu pesawat tempur Soviet yang paling banyak diproduksi, Su-27, dibuat berdasarkan teknologi Amerika. Bacalah selengkapnya!