Poster itu menunjukkan sebuah pesawat serbu Soviet Ilyushin Il-2 yang tetap terbang setelah dihujani peluru dan mendapatkan puluhan lubang di sayap serta badannya.
“Tanpa bekas luka, tidak ada kulit yang kesat dan otot yang kuat. Pahlawan akan selalu menghadapi tantangan sepeti itu,” bunyi tulisan di poster itu.
Last night in response to the new export controls, Huawei's domestic PR posted this photo with the caption:
— Jordan Schneider 司马乔丹 (@jordanschnyc) May 16, 2020
"without scars, you can't get rough skin and strong muscles, heroes have always faced these challenges"
As crappy as Huawei's intl PR is, domestic PR often on point. pic.twitter.com/aazDh3NDOD
Huawei menjadi target utama dalam perang dagang Amerika Serikat (AS) melawan Tiongkok. Pihak berwenang AS menuduh perusahaan tersebut melakukan penipuan keuangan, pencucian uang, dan melanggar sanksi AS terhadap Iran.
Pada Agustus 2018, Donald Trump melarang struktur pemerintah menggunakan peralatan yang diproduksi Huawei dan anak perusahaannya ZTE. AS sekarang bersiap untuk mengecualikan kekhawatiran dari daftar produsen chip.
Daya tahan pesawat pengebom Il-2 selama Perang Dunia II sangat melegenda. Pilot-pilot Soviet menjuluki Il-2 “Tank Terbang”, sementara Jerman menyebutnya “Bomber Beton” dan “Si Maut Hitam”. Pesawat-pesawat Il-2 dengan puluhan lubang di sayap dan badan pesawat kembali ke markas, diperbaiki pada malam hari, dan kembali bertempur pada pagi harinya.
Rahasia keperkasaan Il-2 terletak pada pelat lapis baja yang melindungi bagian vital, seperti kabin, mesin, dan tangki bahan bakarnya. Sedangkan sayap dan ekornya yang terbuat dari bahan duralumin dapat dibuat sebanyak yang diinginkan. Ditambah lagi, pesawat berbadan lapis baja itu bisa mendarat dengan perutnya.
Dari ‘Tank Terbang’ hingga ‘Balalaika’, inilah lima pesawat militer Soviet yang menandai tonggak sejarah dalam dunia penerbangan. Pesawat-pesawat ini mendorong menembus batas hal-hal yang sebelumnya dianggap mustahil dan memecahkan banyak rekor.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda