Rusia dianggap sebagai salah satu kekuatan militer terbesar di dunia dengan lebih dari sejuta pasukan yang mempertahankan perbatasan negaranya.
Di bawah, kami akan mengungkapkan setiap aspek dari kekuatan militer Rusia yang diizinkan untuk kami sampaikan.
Seorang penerjun payung memegang senapan mesin saat pada pertunjukan militer dalam rangka memperingati Hari Pasukan Penerjun Paying di wilayah Krasnodar, Rusia.
Vitaly Timkin/SputnikMiliter Rusia diperkirakan menjadi yang kedua (setelah AS) dalam daftar militer terkuat di dunia.
Penilaian ini dilakukan setiap tahun oleh badan Global-Firepower dan didasarkan pada analisis dan perbandingan kapasitas daya tembak semua pasukan militer - jumlah personel militer yang aktif dan cadangan; jumlah 'mesin perang' yang dimiliki oleh pasukan darat, angkatan laut dan udara, dan anggaran yang dapat dihabiskan militer untuk latihan, operasi, dan pembelian mereka.
Pada tahun 2019, pasukan darat Rusia masih dianggap sebagai yang terkuat dan terbesar di dunia, namun dikalahkan oleh negara-negara lain di semua bidang lainnya.
Para kadet dari Universitas Militer Kementerian Pertahanan Rusia berbaris saat latihan untuk parade Hari Kemenangan di Lapangan Merah, Moskow.
Ramil Sitdikov/SputnikMenurut keputusan Presiden Vladimir Putin mulai 17 November 2017, jumlah orang yang saat ini bertugas di militer Rusia adalah 1.902.758, termasuk prajurit sipil.
Sebanyak 1.013.628 di antaranya adalah personel aktif. Jumlah ini termasuk 753 ribu prajurit kontrak, serta 260 ribu wajib militer (pria berusia antara 18 dan 27 yang diwajibkan untuk menyelesaikan dinas militer selama setahun).
Alasan utama mengapa Rusia masih belum menghentikan wajib militer adalah karena wilayahnya yang luas tak diimbangi dengan jumlah penduduk yang memadai. Luas wilayah Rusia adalah 17.125.191 kilometer persegi, sementara jumlah penduduknya hanya 146.780.720 jiwa. Namun, saat ini, Kementerian Pertahanan menahan diri untuk tidak mengirim orang-orang dari satu wilayah ke wilayah lain (misalnya, dari Moskow ke Kamchatka), melainkan mencoba merekrut tentara di daerah asal mereka.
Tentara kontrak hendak menarik uang gaji dari mesin ATM.
Lev Fedoseyev/TASSGaji bulanan minimal seorang prajurit adalah sekitar 30.000 rubel (Rp6,6 juta — dengan kurs Rp220). Namun, itu tergantung pada jenis unit militer dan wilayah dinas.
Misalnya, tentara yang berdinas di wilayah Utara menerima gaji lebih banyak daripada yang bertugas di wilayah Moskow.
Sementara seorang perwira, mulai dari letnan hingga jenderal, umumnya berpenghasilan dari 40.000 rubel (Rp8,8 juta) hingga 300.000 rubel (Rp66 juta) per bulan.
Siswa asing selama upacara kelulusan untuk perwira Angkatan Laut Rusia dan michman (petugas perwira) di Sekolah Tinggi Angkatan Laut Admiral Pavel Nakhimov di Sevastopol.
Vasiliy Batanov/SputnikYa, bisa!
Menurut keputusan presiden tahun 2015, setiap orang asing dari usia 18 hingga 30 dapat menandatangani kontrak dan bergabung dengan militer Rusia.
Kontrak pertama dengan militer ditandatangani selama lima tahun.
Orang-orang ini akan melayani pada posisi prajurit, kopral, sersan, dan sersan mayor.
Persyaratan utama bagi kandidat adalah memiliki pengetahuan tentang Rusia dan kurangnya masalah hukum dengan pemerintah Rusia dan/atau pemerintah asing. Jadi, Anda tidak akan dapat menghindari penuntutan seperti yang dilakukan beberapa orang dengan bergabung dengan Legiun Asing Prancis.
Jika perang pecah, tentara asing di militer Rusia wajib membela Rusia, tanpa pengecualian.
Pada 2019, 295 tentara dengan kewarganegaraan asing termasuk di antara 1.902.758 prajurit Rusia. Mereka semua berasal dari Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) — Kazakhstan, Armenia, Azerbaijan dan sebagainya. Namun, hingga saat ini, belum ada warga Amerika atau Uni Eropa yang datang ke pusat wajib militer yang bersedia meninggalkan kewarganegaraan mereka demi menjadi tentara dan warga negara Rusia.
Ikuti tautan ini untuk mendapatkan informasi tentang segala hal yang dibutuhkan bagi orang asing untuk menjadi tentara Rusia!
Para petugas mengikuti upacara pembukaan di pangkalan Khairmaidon dari latihan bersama antiteror dari pasukan respons cepat kolektif negara-negara anggota Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, Tajikistan.
Alexey Kudenko/SputnikRusia dan enam bekas republik Soviet (Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Azerbaijan dan Belarus) menandatangani perjanjian keamanan kolektif pada 1992. Perjanjian itu kemudian berubah menjadi aliansi yang disebut Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).
Piagam CSTO menegaskan kembali keinginan semua negara yang berpartisipasi untuk menjauhkan diri dari penggunaan atau ancaman kekerasan. Penanda tangan tidak akan dapat bergabung dengan aliansi militer lain atau kelompok negara lain, sementara agresi terhadap satu penanda tangan akan dianggap sebagai agresi terhadap semua (mirip dengan NATO).
Untuk tujuan ini, CSTO mengadakan latihan komando militer tahunan bagi negara-negara CSTO untuk meningkatkan kerja sama antar organisasi.
Yang terakhir disebut 'Center-2019', dengan lebih dari 128.000 personel militer terlibat dalam latihan-latihan di wilayah Rusia Tengah.
Ikuti tautan ini untuk menemukan informasi lebih lanjut tentang latihan itu dan tujuannya!
Peringkat Rusia terus merosot dalam daftar pembelanja militer terbesar dunia. Tahun ini, Rusia bahkan keluar dari posisi lima besar. Apa yang terjadi?
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda