Kemampuan kendaraan-kendaraan lapis baja ringan buatan Soviet akan ditingkatkan supaya tak kalah garang dengan saudara-saudara mudanya yang lebih modern.
Modifikasi ini termasuk mengganti senjata 30 mm Soviet yang usang dengan senjata artileri 57 mm yang baru dirancang.
Menurut Pemred Majalah Arsenal Otechestva Viktor Murahosky, upgrade ini merupakan keharusan yang telah ditunda terlalu lama.
“Ini akan meningkatkan kemampuan tank karena senjata 30 mm Soviet tidak cocok dengan pelindung tank dinamis modern, sehingga membuat kendaraan-kendaraan lapis baja ringan tak berguna di medan perang,” katanya.
Variasi Senjata
Ada dua modifikasi senjata baru. Yang pertama dijuluki ‘Kinzhal’ (Pisau) dan diresmikan pada Juni lalu selama pameran militer Army 2019 di Moskovskaya Oblast pada kendaraan lapis baja ringan BMP T-15.
Ini adalah senjata artileri 57 mm otomatis dengan laju tembakan 80 tembakan per menit. Setiap proyektil meluncur dengan kecepatan 1,5 km per detik (kira-kira 5.400 km/jam) dan dapat menembus pelat baja modern setebal 12 cm.
Sistem artileri tersebut diperkuat oleh senapan mesin 7,62 mm yang dapat membantu mengeliminasi pasukan infanteri dan teroris. Selain itu, sistem tersebut juga memiliki beberapa peluncur granat yang menembakkan granat asap.
Sistem artileri ini dapat menemukan musuh dan secara otomatis menandai mereka sebagai target di medan perang. Setelah target terkunci, operator di dalam kapsul lapis baja tinggal menekan tombol tembak untuk melenyapkan sasaran.
‘Kinzhal’ dirancang untuk digunakan melawan target darat. Sementara itu, ada satu lagi modifikasi yang disebut ‘Bailkal’ yang dirancang untuk melawan musuh di udara.
‘Baikal’
Sistem artileri kedua dijuluki ‘Baikal’. Sistem artileri ini berfungsi untuk mendukung target darat dan melindungi mereka terhadap serangan dari atas.
‘Baikal’ juga menembakkan peluru 57 mm dengan laju tembakan 120 tembakan per menit. Setiap proyektil terbang dengan kecepatan 1 km per detik (kira-kira 3.600 km/jam). Jangkauan tembakan sistem ini mencapai 12 km dan dapat menjatuhkan target udara yang terbang rendah.
Target-target yang mungkin disasar sistem ini termasuk armada drone yang mengangkut banyak bom. Drone semacam ini tak hanya mengancam pasukan infanteri, tetapi juga sistem pertahanan udara yang besar, seperti S-400, yang dibangun untuk mempertahankan langit dari serangan jet dan bomber yang jauh lebih besar.
“Jenis sistem pertahanan udara artileri semacam ini banyak digunakan selama Perang Dunia II, ketika tidak ada rudal yang bisa menghancurkan jet dan (pesawat) pengebom musuh. Saat ini, tentara di seluruh dunia justru menghadapi (ancaman) senjata yang murah, tetapi efektif, seperti drone bom yang terlalu mahal untuk ditembakkan dengan rudal S-400 yang besar. Jadi, komando militer memutuskan sudah saatnya untuk menggunakan sesuatu yang kuno, tetapi sangat efektif di era modern,” kata Murahovsky.
Menurut sang ahli, kedua sistem artileri ini akan dikirim ke tentara dalam 2 – 3 tahun.
Meningkatnya penggunaan drone oleh militan membuat para perancang senjata Rusia mengembangkan senjata canggih. Bacalah selengkapnya!