Kedua kapal nyaris bertabrakan pada jarak 30 meter di Pasifik barat, Jumat(7/7).
Insiden yang melibatkan kapal penjelajah rudal USS Chancellorville dan kapal perusak Rusia Laksamana Vinogradov tersebut bisa saja mencederai atau bahkan menewaskan 600 awak yang bertugas di atas kedua kapal. Jika terjadi, peristiwa itu tentu akan memicu ketegangan internasional.
Moskow dan Washington menyalahkan satu sama lain. Masing-masing menyatakan bahwa kapalnya beroperasi di perairan teritorialnya sendiri.
Menurut awak Rusia, “insiden itu terjadi di bagian tenggara Laut Tiongkok Timur ketika kapal perang Armada Pasifik Rusia menyadari bahwa mereka berada sejajar dengan kapal penjelajah Angkatan Laut AS.”
Para pelaut Rusia sama sekali tak menduga bahwa USS Chancellorsville tiba-tiba mengubah haluan dan hendak memotong jalur Laksamana Vinogradov yang tengah melaju. Padahal, jarak antara kedua kapal hanya terpaut 50 meter. Akhirnya, kapal Rusia terpaksa melakukan manuver darurat.
Keterangan tersebut ditolak mentah-mentah oleh para pelaut AS. Mereka justru menyebut pernyataan Rusia sebagai “propaganda” dan menuduh Angkatan Laut Rusia atas ketidakprofesionalan dan “aktivitas membahayakan di laut”. Angkatan Laut AS bersikeras bahwa Laksamana Vinogradovlah yang telah menyimpang dari jalurnya.
Clayton Doss, Juru Bicara Resmi Armada Ketujuh AS, mengatakan bahwa kapal Rusia mendekati Chancellorsville pada jarak 15 – 30 meter dan nyaris menabraknya.
“Ini murni bentuk agresi, seperti pada masa Perang Dingin, ketika situasi konflik sengaja dibuat-buat. Kapal yang melaju sejajar saja sudah merupakan bentuk provokasi terang-terangan,” kata Kapten Dmitry Litovkin kepada Russia Beyond.
Meski begitu, ia menganggap tidak ada pihak yang bisa disalahkan sepenuhnya. Apalagi, rekaman kejadian tersebut berasal dari geladak kapal ketika kedua kapal sudah mendekat.
“Kalau Rusia yang merekam video dan memublikasikannya, orang-orang akan mengatakan itu salah Amerika. Namun, karena CNN yang memberitakannya, Rusialah yang jahat. Insiden itu terjadi laut, bukan di jalan raya yang memiliki markah atau pembatas yang jelas. Jadi, kita tidak bisa mengatakan dengan pasti siapa yang benar dan siapa yang salah,” katanya meyakini.
Kedua kapal yang terlibat dalam insiden tersebut adalah benteng terapung yang dipersenjatai dengan senjata rudal paling canggih.
Chancellorsville (CG-62) dilengkapi dengan dua peluncur rudal vertikal berpandu MK 41 dengan delapan rudal antikapal Harpoon. Di sisi dek kapal terdapat dua meriam artileri laut Mark 45 127 mm dan dua senapan mesin MK 38 25 mm yang dapat menembus pelindung semua kapal modern dengan mudah.
Kapal AS juga memiliki beberapa tabung peluncur torpedo dan sebuah helipad untuk dua helikopter serang.
Meski tak setangguh kapal Amerika, Laksamana Vinogradov juga memiliki persenjataan yang tak kalah mengesankan. Di balik lapis bajanya, kapal ini memiliki empat sistem rudal antikapal selam Ratrub, ditambah dua senapan laut laras tunggal AK-100 100 mm.
Di dek kapal terdapat dua meriam semiotomatis serbaguna 21-K 45 mm, serta empat senapan laut AK-630 30 mm. Kapal Rusia itu juga memiliki beberapa tabung peluncur torpedo dan sebuah helipad untuk dua helikopter serang.
Masing-masing mengangkut sekitar 300 awak di atasnya ketika insiden itu terjadi.
Sejumlah politisi dan pakar gemar menyematkan “gelar” negara adikuasa pada Rusia, tetapi banyak yang tidak setuju, misalnya, Vladimir Putin. Kenapa begitu?
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda