Pada awal bulan ini, sebuah pusat pelatihan di Chechnya menggelar latihan untuk unit-unit pasukan khusus dari Rusia dan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS). Mereka semua berkumpul di sana untuk berbagi pengalaman dan mengetahui keunggulan mereka.
Sebagai bagian dari latihan, para instruktur dari Universitas Pasukan Khusus Rusia sengaja mengatur sejumlah situasi berbahaya. Sementara, pasukan komando harus menghancurkan “musuh” dan menyelamatkan warga sipil.
Blokade. Sekelompok pasukan mengambil posisi tempur dan memblokade semua pintu masuk dan keluar sebuah rumah pedesaan. “Teroris” yang menjadi target muncul di jendela dan pintu. Tugas mereka adalah menghancurkan “militan” tanpa menyerbu bangunan.
Sang Diplomat. Ini adalah simulasi operasi ‘cari dan hancurkan’ yang sering dilakukan jauh dari area perkotaan dan daerah perumahan. “Para militan” menangkap seorang diplomat senior dan menahannya di markas mereka. Tim pengintai ditugaskan untuk menemukan markas militan dan meneruskan informasi ke markas besar, yang kemudian mengirim helikopter yang mengangkut unit pasukan khusus. Pertama-tama, seorang penembak jitu melumpuhkan para penjaga di garis pertahanan, lalu tim penyerang diturunkan di daerah itu, mengeliminasi semua “teroris” di dalam bangunan, dan membebaskan si diplomat.
Pencarian. Operasi ini dilakukan di kawasan hutan di pegunungan. Tim komando harus menyeberangi sungai menggunakan jalur Tyrolean. Setelah itu, mereka harus menemukan kamp “militan” dan menghancurkan semua “teroris” di daerah sekitarnya.
Serangan Gurun. Ini adalah simulasi pertempuran yang terjadi di Gurun Sahara pada awal 1990-an. Pasukan komando harus menerobos pertahanan musuh dengan menggunakan mobil penyerang (dalam hal ini, mobil buggy gurun) dan menghancurkan semua “militan” yang bersembunyi.
Dari Senja hingga Fajar. Misi ini menyimulasikan operasi penyelamatan orang-orang dari klub malam yang diserbu kelompok “militan”. Pasukan komando harus membebaskan para sandera sambil dikelilingi musik yang keras, kekacauan, dan banyak maneken di ruang-ruang yang berbeda. Mereka harus memisahkan maneken-maneken itu ke dalam kelompok “baik dan jahat” sementara lampu ruangan padam dan penglihatan dibutakan oleh cahaya lampu sorot yang tajam.
Rumah Meriah. Ini adalah simulasi pertempuran ketika pasukan komando menderita kekalahan. Salah satu prajurit terluka dan rekan-rekan prajuritnya harus membawanya ke daerah yang aman dan memberinya pertolongan pertama di bawah tembakan musuh.
Penyergapan Gunung. Seorang penembak jitu harus menyerang konvoi “militan” di pegunungan dan ‘mengeliminasi’ pemimpin mereka dengan headshot (tembakan ke kepala). Setelah selesai, pasukan menyergap, menyerang, dan menghancurkan “teroris” yang tersisa.
Konvoi dalam Kepungan. Ini adalah situasi terbalik — kelompok “militan” menyerang pasukan komando ketika mereka tengah bergerak dengan mobil-mobil buggy gurun di sepanjang rute yang telah diatur. Pasukan komando tentu tidak betul-betul ditembaki selama latihan, tetapi mereka harus menembak target yang bergerak sambil berusaha melarikan diri.
Pertempuran Malam. Simulasi ini berlangsung di daerah pegunungan dan hutan pada malam hari. Saat bergerak atau bertempur dengan “militan”, pasukan komando hanya dapat menggunakan kacamata penglihatan malam; tidak ada senter atau sumber pencahayaan lainnya. Selain itu, pasukan komando harus melewati area berbahaya yang telah ditanami bom tripwire dan ranjau oleh “para teroris”.
Selama parade Hari Kemenangan di Moskow pada 9 Mei lalu, tentara Rusia memamerkan mobil buggy serbaguna Chaborz-M3, kendaraan kelas baru untuk Angkatan Bersenjata Rusia.