Pada tahun 1895, ilmuwan hebat Rusia Konstantin Tsiolkovsky pertama kali menggagaskan ide mengenai elevator luar angkasa. Ia mengerti bahwa mengirim orang ke luar angkasa itu mahal, dan menurutnya lift bertenaga listrik dapat mengandalkan inersia dan gravitasi untuk menghemat daya.
Menurut konsepnya, kabel sepanjang 36 km akan dilabuhkan di khatulistiwa Bumi, dengan penyeimbang di ujungnya guna mengerek lift raksasa di sepanjang kabel itu. Namun, sang ilmuwan tahu bahwa saat itu tak ada materi yang bisa menahan ketegangan antara Bumi dan luar angkasa.
Hingga baru-baru, tidak ada yang percaya bahwa ide Tsiolkovsky dapat direalisasikan. Bahkan, pelopor eksplorasi luar angkasa swasta seperti Elon Musk tidak semangat dengan konsep ini.
“Ini sangat rumit. Saya pikir menggunakan lift luar angkasa itu tak realistis," kata Musk selama konferensi di MIT pada Februari 2015, seraya menambahkan bahwa akan lebih mudah untuk "memiliki jembatan dari Los Angeles ke Tokyo" daripada lift yang dapat membawa benda ke luar angkasa.
Namun, pada akhir September, Badan Penjelajah Antariksa Jepang dan NASA membuktikan bahwa fiksi ilmiah ini bisa menjadi kenyataan. Mereka mengadakanpercobaan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang menunjukkan bahwa lift luar angkasa mungkin benar-benar bisa terjadi.
Dalam percobaan, dua satelit kubik kecil dilepaskan ke luar angkasa dari stasiun. Mereka dihubungkan oleh kabel baja, di mana wadah kecil bergerak di sepanjang kabel menggunakan mesin sendiri. CubeSat dihubungkan oleh kabel baja sepanjang 33 kaki (10 meter).
Eksperimen itu hanyalah secuplik dari bagaimana lift luar angkasa berukuran penuh berjalan dari bumi ke stasiun luar angkasa di orbit, dan beberapa perusahaan teknologi global sudah berlomba-lomba tentang siapa yang akan menjadi yang pertama memelopori hal ini.
Sebuah perusahaan konstruksi yang bermarkas di Tokyo, Obayashi Corp, mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk membangun lift luar angkasa pada 2050, dan menurut kantor berita Xinhua, Akademi Teknologi Kendaraan Peluncuran Tiongkok bahkan berharap untuk bisa membuatnya pada 2045.
Lift luar angkasa bisa menjadi proyek teknologi tunggal terbesar yang pernah dilakukan dan bisa memakan biaya hampir 10 miliar dolar AS (152,3 triliun rupiah) untuk membangunnya. Tapi teknologi itu bisa mengurangi biaya mengirim barang ke orbit. Badan-badan antariksa saat ini menggunakan roket yang sangat berisiko dan merusak lingkungan.
Setelah dibangun, lift luar angkasa dapat membawa muatan ke ruang angkasa seharga 500 dolar AS per kgnya dibandingkan dengan harga saat ini sekitar 20 ribu dolar AS per kg, demikian menurut laporan Akademi Astronautika Internasional (IAA).
"Saya pikir pertamanya ia baru bisa mengangkut robot, dan 10 hingga 15 tahun setelah itu kita akan memiliki enam hingga delapan lift yang cukup aman untuk membawa orang," kata Peter Swan, Presiden Konsorsium Luar Angkasa Internasional, dan penulis utama dari laporan IAA.
Jika kita melakukan perjalanan ke planet di luar angkasa, akankah kita menjadi mutan yang tahan terhadap radiasi dan kelangkaan oksigen? Baca selengkapnya di sini!