Fulcrum, Platipus, dan Angsa Putih: Tiga Jagoan Rusia di Angkasa

Militer Rusia telah mengembangkan pesawat baru dan mesin terbang yang telah diperbarui; mereka telah digunakan untuk meningkatkan efektivitas serangan terhadap teroris. Ini artinya: lebih banyak bom, lebih presisi, dan mesin yang lebih cepat.

Perang modern tidak hanya dimainkan di medan dengan tank dan artileri, tapi juga di udara dengan mesin terbang yang meluncurkan serangan bom dan misil terhadap teroris.

Pesawat militer Rusia terkenal di dunia karena kemampuan bermanuver, senjata, dan kesuksesannya dalam beroperasi. Saat ini, pembuat senjata negara sedang mengembangkan predator baru yang akan mengubah cara militer dalam bertempur dengan militan di zona perang.

MiG-35 atau Fulcrum-F

Jet tempur multifungsi MiG-35 menunjukkan kebolehannya pada pembukaan  Pameran Aviasi dan Luar Angkasa Internasional (MAKS-2017).

Tahun ini, jet tempur generasi keempat terbaru dari perusahaan MiG telah diumumkan: MiG-35. Ia adalah pesawat multiguna yang dirancang untuk menggantikan semua seri MiG-29 tidak hanya di Rusia, tapi di seluruh dunia.

Mesin penggeraknya yang sudah dimodifikasi telah dipasang di jet sehingga ia mampu melakukan manuver berkemampuan tinggi di udara dalam kecepatan hingga 2,700 kilometer per jam.

Pilot uji coba dari perusahaan MiG Mikhail Belyayev mengatakan kepada Russia Beyond, bahwa perusahaannya juga berencana untuk menggunakan pilot-pilot dari Swifts (tim aerobatik Rusia) di pesawat-pesawat baru ini.

Lebih lagi, fitur terbaru ini juga membuatnya tak mampu dideteksi radar dan membuatnya bisa menggunakan misil-misil modern Rusia, dari udara-ke-darat dan udara-ke-udara.

Menurut Belyayev, MiG saat ini sedang dalam tahap uji coba terakhir oleh militer Rusia, dan dalam beberapa tahun ia akan bergabung ke jajaran pesawat Angkatan Udara Rusia.

Su-34, Platipus Rusia

Bomber Su-34 saat perayaan 75 tahun dibentuknya Pasukan Pertahanan Udara Rusia Keempat.

Pesawat multifungsi baru ini bergabung ke AU Rusia pada 2014 dan telah ‘dibaptis’ dalam pertempuran dengan teroris di Suriah.

Fungsi utamanya adalah mengebom pasukan musuh dengan pertahanan baik dan bahkan tersembunyi di bawah tanah dengan bom yang presisi. Jet itu punya moncong yang rata (sehingga dijuluki “Platipus”), dan dapat membawa hingga delapan ton senjata mematikan seperti misil jelajah.

Selain itu, bomber kelas berat ini dapat melaju hingga tujuh ribu kilometer per jam. Fitur-fitur ini menjadikannya substitusi yang baik untuk bomber Su-24 dari era Soviet, dan bahkan untuk Tu-22M3.

“Su-34 adalah kemajuan dalam pembuatan bomber. Ia mengadopsi kerangka pesawat jet tempur Su-27, sehingga kemampuan bermanuvernya setara jet. Ia lebih lamban, tapi dua ribu kilometer per jam masih bagus,” kata analis militer harian Izvestia Dmitry Litovkin kepada Russia Beyond.

Kelebihan lainnya adalah bahwa Su-34 punya banyak ruang di kokpit jika krunya ingin berdiri atau rileks.

Tu-160M2, Si Angsa Putih

Bomber supersonik strategis kelas berat Tupolev Tu-160 di Pameran Aviasi dan Luar Angkasa Internasional (MAKS-2017) di Zhukovsky.

Ia adalah bomber strategis supersonik transisional yang akan menggantikan pesawat era Soviet yang bertugas di AU Rusia dalam dekade ke depan, sementara produsen senjata Rusia membuat pesawat pembawa misil PAK DA.

Tu-160M2, yang dijuluki “Angsa Putih” karena kerangka dan sayapnya yang panjang dan elegan, adalah bagian dari tiga serangkai nuklir: kekuatan yang hanya akan digunakan dalam situasi militer mendesak dan bertugas sebagai pencegah serangan nuklir.

Satu hal yang paling menarik dari pesawat ini adalah kemampuannya menyerang target musuh yang tak dapat dijangkau sistem misil pertahanan udara.

Ia juga mampu membawa bom nuklir dan konvensional serta misil jelajah, seperti misil Kh-101 dan Kh-555 yang telah diuji coba selama kampanye Rusia melawan ISIS di Suriah.

Setiap bomber strategis Tu-160M2 dapat membawa hingga 40 ton ranjau dan tipe-tipe senjata berpandu dan luncur lainnya.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki