Siapa Saja Warga Asing yang Membantu Kaum Bolshevik Menangkan Perang Saudara di Rusia?

Sejarah
BORIS EGOROV
Warga negara Latvia dan China mempunyai jasa yang sangat besar bagi pemerintah Uni Soviet. Mereka bertempur secara efektif di medan perang, melindungi orang-orang nomor satu Uni Soviet, dan memiliki peran penting dalam berbagai operasi penghukuman atau eksekusi. Bagaimana kisahnya?


Lebih dari 250 ribu warga asing bertempur demi ‘revolusi dunia’ selama Perang Saudara pecah di Rusia (1918-1920). Mereka bergabung dengan Tentara Merah untuk menghadapi musuh-musuh Soviet di Ural, Siberia, dan di berbagai wilayah Rusia lainnya. 

Banyak relawan asal Polandia, Jerman, Austria, Rumania, Finlandia, Ceko, Kroasia, dan Serbia telah berkontribusi dalam kemenangan kaum Bolshevik. Namun, kelompok yang paling banyak dan paling menonjol di antara relawan asing dalam Tentara Merah adalah orang-orang China, Latvia, dan Hungaria. 

Tak hanya dikenal atas keberanian dan kegigihannya di medan perang, mereka juga dikenal karena profesionalitas dan kekejamannya yang luar biasa dalam menjadi eksekutor. 

Hungaria

Saat Perang Saudara pecah dan Uni Soviet baru terbentuk, ada sekitar 500 ribu tentara Hungaria yang ditawan oleh Rusia. Pemerintah Soviet kemudian menawarkan mereka supaya bergabung dalam angkatan bersenjata republik muda ini ‘untuk menyelamatkan Revolusi Rusia serta memulai perjuangan bersenjata demi pembebasan rakyat, pekerja, dan petani Hungaria’. 

Sebagian besar para tawanan memilih untuk tetap tinggal di kamp penahanan dan menunggu datangnya peluang untuk kembali ke negara asalnya. Namun demikian, terdapat sekitar 60 ribu orang Hungaria merespons tawaran Uni Soviet untuk ikut bertempur melawan ‘penindas kelas pekerja’. 

Orang-orang Hungaria yang tergabung dalam Tentara Merah dianggap sebagai tentara yang paling siap tempur. Mereka punya pengalaman perang yang luas, solidaritas tinggi, dan ketangguhan.

‘Orang-orang Magyar [suku bangsa di Hungaria] bertempur hingga titik darah penghabisan,” kenang seorang anggota Tentara Merah, Gennady Militsin. 

Dengan kekuatan setara, pasukan mantan prajurit berkuda Hungaria mampu menghadapi pasukan berkuda (kavaleri) terkenal, Cossack (orang Rusia dan Ukraina) Putih.

Sebagai warga yang mencintai kebudayaannya sendiri, mereka tidak mau bertempur mengenakan tunik dan jas hujan khas Tentara Merah.

Sebaliknya, mereka lebih memilih memakai celana merah tradisional Hungaria, pelisse (jaket pendek terbuat dari bulu) prajurit berkuda biru, dan kepi (topi yang bagian atasnya bundar dan datar) berwarna merah. 

Orang-orang Hungaria memainkan peran penting dalam membangun kekuatan Soviet di wilayah Ural, Siberia, dan Volga. Ketika Republik Soviet Hungaria baru diproklamasikan pada Maret 1919, sebagian besar relawan Hungaria dalam Tentara Merah memilih pulang untuk mempertahankan republik baru mereka.

Namun, pada akhirnya, mereka gagal menyatukan kekuatan buruh dan petani di Hungaria — pemerintahan baru itu digulingkan pada Agustus 1919. 

Latvia

Pada Perang Dunia I (1914-1918), satuan infanteri Latvia merupakan salah satu unit yang paling tangguh dalam tentara Kekaisaran Rusia.

Selama Revolusi 1917 berlangsung, sebagian besar dari mereka bergabung dengan kaum Bolshevik. 

“Kami akan segera bertindak dengan kekuatan penuh senjata kami terhadap semua manifestasi kontra-revolusi dari mana pun mereka mengancam," demikian bunyi resolusi Resimen Infanteri ke-6 Latvia.

Mereka dikerahkan ke posisi tempur, seolah-olah, ke garis depan yang sangat penting dalam Perang Saudara. 

Pada 1919, Pasukan Penembak Latvia Merah berhasil mempertahankan Petrograd (sekarang Sankt Peterburg) saat melawan Angkatan Darat Barat Laut pimpinan Nikolai Yudenich — begitu pula di Moskow, saat melawan pasukan Jenderal Anton Denikin.

Pada 1920, mereka berpartisipasi dalam mengerahkan serangan terakhir ke pasukan Putih pimpinan Pyotr Wrangel yang tersisa di Krimea. 

Pasukan penembak Latvia juga memperjuangkan pendirian kekuasaan Soviet di negara asalnya — tetapi gagal. Hampir setengah tahun setelah upaya mereka gagal pada Januari 1920, pemerintahan Vladimir Lenin terpaksa mengakui kemerdekaan Republik Latvia. 

Orang-orang Latvia mendapatkan kepercayaan yang hampir tak terbatas dari kaum Bolshevik dan secara efisien mampu menjalankan peran sebagai ‘pengawal Kremlin’. Mereka dipercaya untuk menjaga lokasi-lokasi sentral dan strategis di Moskow, hingga melindungi pejabat tinggi Uni Soviet. 

Selain itu, Pasukan Penembak Latvia Merah yang profesional dan disiplin acap kali dikerahkan dalam operasi penghukuman dan penumpasan pemberontak anti-Bolshevik.

Karena kekejaman mereka, ada pepatah populer yang mengatakan: ‘Jangan mencari eksekutor, tapi panggillah orang Latvia!’. 

Ketika Perang Saudara berakhir, banyak mantan anggota Pasukan Penembak Latvia menduduki jabatan penting di Angkatan Bersenjata Uni Soviet dan badan-badan keamanan negara lainnya. Namun, sebagian besar dari mereka tewas dalam insiden ‘Teror Besar’ pada akhir 1930-an.

China 

Pada 1917, terdapat lebih dari 200 ribu orang China sudah tinggal di Rusia — mereka bekerja di bidang industri, pertanian, dan konstruksi. Adapun puluhan ribu di antaranya bergabung dengan Tentara Merah. 

Beberapa di antara mereka berharap mendapatkan upah, tetapi ada pula mereka yang tak segan-segan memanfaatkan kekebalan hukumnya dan kekacauan di Rusia untuk ikut terlibat dalam pencurian serta penjarahan.

Di sisi lain, bagi sebagian besar orang China yang bergabung dalam Tentara Merah — ideologi Revolusi Sosialis adalah sesuatu yang dekat dengan hati mereka. 

Tak membutuhkan waktu lama bagi orang China untuk dikenal sebagai salah satu pasukan yang paling disiplin dan memiliki kemampuan tempur dalam Tentara Merah.

“Orang China tidak goyah dan tidak takut pada apa pun. Saudaranya sendiri bisa mati dalam pertempuran dan dia tidak akan mengedipkan mata... Begitu dia menyadari ada musuh yang menentangnya, celakalah musuh itu. Orang China akan bertempur sampai akhir,” tulis komandan militer Soviet, Iona Yakir, dalam ‘Memoar Seorang Tentara Merah’. 

Namun, 40 ribu orang China dalam Tentara Merah tidak pernah bertempur sebagai satu kesatuan. Unit-unit kecil yang berjumlah tak lebih dari 2.000-3.000 tentara ditempatkan di penjuru negeri dan bertempur sebagai bagian dari formasi Tentara Merah yang lebih besar.

Misalnya, tentara China pernah ada yang ditugaskan di Divisi Penembak ke-25 pimpinan komandan legendaris Tentara Merah Vasily Chapayev, Tentara Kavaleri ke-1 pimpinan Semyon Budyonny yang terkenal, dan bahkan ada yang ikut bertugas dalam pasukan pengawal Lenin. 

Resimen Internasional China ke-225 yang dikomandoi Ren Fuchen adalah salah satu unit Tentara Merah yang paling berpengaruh di Ural dan Siberia. Saat Ren terbunuh pada 29 November 1918, ia dianugerahi penghargaan anumerta ‘Orde Bendera Merah’ dan bahkan, Lenin secara pribadi menemui istri serta anak-anak Ren. 

Perilaku disiplin para tentara China yang tinggi tak hanya ditunjukkan saat bertempur. Kesiapan mereka untuk tunduk dan patuh pada perintah sangat bermanfaat dalam operasi penghukuman dan eksekusi. Ketika orang Rusia bisa saja gentar — tentara China mampu bersikap profesional dan tanpa terbawa emosi. 

Pasca-perang Saudara, sebagian besar orang China kembali ke negara asalnya. Sesampainya di sana, mereka yang mengantongi bekal pengalaman militer, pelatihan tempur, dan landasan ideologis dari Tentara Merah sangat cepat bergabung menjadi inti Partai Komunis China.

Beberapa prajurit Tentara Merah mengenakan simbol swastika dan unta ternyata berperan penting dalam Perang Dunia II. Ada sepuluh fakta tentang Tentara Merah yang perlu Anda ketahui, simak selengkapnya!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut: