Seperti Apa Persalinan Seorang Permaisuri Rusia?

Potret Permasiuri Agung Alexandra Fedorovna bersama anak-anaknya — Adipati Agung Alexander Nikolaevich dan Putri Maria Nikolaevna. 1821-1824, George Dawe

Potret Permasiuri Agung Alexandra Fedorovna bersama anak-anaknya — Adipati Agung Alexander Nikolaevich dan Putri Maria Nikolaevna. 1821-1824, George Dawe

Museum Rusia
Tradisi, takhayul, dan kasus-kasus tak biasa saat melahirkan di keluarga kekaisaran Rusia.

Pada tahun 1669, Maria Miloslavskaya, yang berusia 45 tahun, meninggal lima hari setelah anaknya lahir; kemudian putrinya yang masih bayi, Yevdokia, juga meninggal. Itu adalah persalinan ketiga belas bagi Maria. Sebelum era Pyotr yang Agung, para istri penguasa Rusia sering kali melahirkan hampir setiap tahun, namun tak semua anak mereka selamat. Tentu saja, kesehatan para perempuan ini terganggu karena melahirkan terlalu sering.

Selama berabad-abad, baik tsar Moskow maupun permaisuri Sankt Peterburg menghadapi masalah yang serupa terkait persalinan. Bahkan setelah Rusia memasuki era modern di bawah kepemimpinan Pyotr yang Agung, permaisuri-permaisuri negara itu masih diharapkan untuk melahirkan banyak anak. Pada tahun 1832, dokter mulai melarang pasangan Kaisar Nikolay I dan Permaisuri Alexandra untuk melakukan hubungan seksual. Putra mereka, Mikhail, yang lahir pada tahun 1832, merupakan anak ketujuh mereka, dan kesehatan permaisuri yang berusia 34 tahun itu tidak cukup kuat untuk menjalani kehamilan lagi.

Apakah persalinan keluarga kerajaan Rusia berbeda?

Adipati Agung Konstantin Nikolaevich (putra Nikolay I) saat masih kecil, 1820-an, Petr Sokolov

Berbeda dengan di Eropa, di mana persalinan kerajaan sering kali menjadi acara semi-publik yang dihadiri oleh bangsawan tinggi sejak Abad Pertengahan, Rusia memiliki tradisi yang lebih menjaga privasi dalam hal ini. Meskipun begitu, selama periode kekaisaran di Sankt Peterburg, persalinan para wanita kerajaan tidak hanya dihadiri oleh suami mereka, tetapi juga oleh ayah mertua mereka. Sebagai contoh, pada tahun 1714, Pyotr yang Agung turut hadir dalam persalinan Charlotte Christine Sophie, istri Tsarevich Aleksey.

Ketika Pavel Petrovich lahir, hadir dalam persalinannya adalah pasangan ibunya, Adipati yang Agung Putri Ekaterina Alexeevna (calon Ekaterina yang Agung), Adipati Agung Peter Fyodorovich, dan Permaisuri Elizaveta Petrovna. Berbeda dengan kelahiran anak-anak tsarina Moskow biasanya, di mana seorang ibu yang hamil dikelilingi oleh kehangatan dan perhatian sebelum dan sesudah kelahiran anak-anaknya, terkadang terjadi insiden yang tidak menyenangkan selama era kekaisaran.

Adipati yang Agung Putri Ekaterina Alexeevna — ketika melahirkan Pavel, benar-benar ditinggalkan selama beberapa jam. "Tepat setelah dibedong, sang Permaisuri membawa pendetanya, yang memberi anak itu nama Pavel. Segera setelah itu, Permaisuri memerintahkan bidan untuk membawa anak itu," tulis Ekaterina yang Agung dalam memoarnya.

Alexey Bobrinsky saat masih kecil, 1760-an, Fedor Rokotov. Alexey Bobrinsky adalah anak luar nikah Ekaterina yang Agung, ayahnya adalah Pangeran Grigory Orlov.

"Segera setelah Permaisuri pergi," lanjut Ekaterina, " Adipati Agung juga pergi ke kamarnya, dan hingga pukul tiga sore tidak ada satupun yang menemani saya (persalinan dilakukan pada siang hari). Tubuh saya berkeringat sangat banyak; saya meminta nona Vladislavova untuk mengganti pakaian dan seprai saya, tetapi dia mengatakan bahwa dia tidak berani melakukannya. Beberapa kali saya menanyakan keberadaan sang bidan, tetapi dia tidak kunjung datang. Saya pun meminta air minum, tetapi menerima respons yang sama."

Ekaterina yang Agung baru berjumpa dengan putranya, Pavel, untuk pertama kalinya yaitu 40 hari setelah kelahirannya — itu pun hanya untuk beberapa menit. Bertahun-tahun setelahnya, Ekaterina yang Agung juga memperlakukan menantunya — Maria Feodorvna dengan cara yang sama; ia mengambil cucunya yang pada saat itu baru lahir, Aleksandr dan Konstantin.

Sebaliknya, Nikolay I dapat dibilang sebagai sosok suami dan ayah yang lembut yang menghadiri semua persalinan istrinya; bahkan mencoba menguatkan istrinya — calon Permaisuri Ekaterina — meski ia sendiri sangat khawatir.

"Rasanya kepala saya sakit, hati saya bagai teriris," tulis Kaisar Nikolay I setelah putrinya — Ekaterina — dilahirkan dengan selamat pada tahun 1822. Dokter memberi Nikolay obat muntah karena ia sempat muntah sebanyak empat kali. Meski begitu, ia tetap bersikeras untuk menghadiri semua persalinan istrinya, dan turut mendampinginya pasca persalinan.

Kaisar Nikolay I dan Permaisuri Alexandra Fedorovna, 1830-an, Franz Krueger

Pada tahun-tahun berikutnya, sejumlah kaisar juga tercatat menghadiri persalinan istri dan menantu perempuan mereka. Pada 1868, Kaisar Aleksandr II yang berkuasa dan istrinya menghadiri persalinan Maria Feodorovna, istri dari putra mereka, sang pewaris, Aleksandr III di masa depan. Sang Kaisar dan putranya menggandeng tangan Maria dari kedua sisi pada saat calon Kaisar Nikolay II lahir ke dunia. "Tuhan telah mengirimkan seorang putra kepada kami, dan kami menamainya Nikolay. Tak bisa dibayangkan betapa membahagiakannya peristiwa ini; saya memeluk istri saya yang cantik, ia terlihat sangat bahagia. Saya menangis seperti anak kecil," tulis sang Kaisar Aleksandr III dalam buku hariannya.

Namun, penting untuk dicatat bahwa Maria Feodorovna sebenarnya sama sekali tak senang saat ayah mertuanya turut menghadiri kelahiran putranya, Nikolay. Kehadiran ayah mertuanya, seperti yang ditulis Zimin mengutip buku harian Permaisuri yang Agung, "membuatnya sangat malu."

Selanjutnya, ia berusaha untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang persalinan yang berikutnya. Pada 22 November 1878, menjelang persalinan, ia berhasil duduk dengan tenang saat makan siang bersama Kaisar Aleksandr II: "rasa sakit akibat kontraksi yang saya rasakan terus berlanjut dan frekuensinya menjadi lebih sering," tulisnya kepada ibunya hari itu, "Saya hanya berharap saya bisa bertahan selagi dia masih di sini!" Satu setengah jam setelah makan siang berakhir dan Kaisar pergi, Maria melahirkan putra ketiganya — Adipati Agung Mikhail.

Tradisi apa yang dilakukan pada persalinan era kekaisaran?

Kamar tidur Permaisuri Alexandra Fedorovna di Istana Musim Dingin, Eduard Hau

Selain kehadiran wajib suami dan raja yang berkuasa, keluarga Romanov juga menjalankan beberapa tradisi rumah tangga lainnya.

Ada sebuah kebiasaan penting yang dilakukan sejak zaman Tsar Muscovy: setelah kelahiran putra kerajaan, sang suami biasanya akan memberikan hadiah kepada istrinya. Pada persalinan istrinya di tahun 1822, Nikolay menghadiahi sang istri sebuah mahkota pirus yang dihiasi mutiara berbentuk buah pir. Selain itu, ia juga menanam "pohon ek untuk Olga" di taman Istana Anichkov, seperti yang ditulis oleh sejarawan Igor Zimin.

Tradisi lain dijelaskan oleh Adipati Agung Alexander "Sandro" Mikhailovich: "Setiap kali, saat proses persalinan, saya pikir sudah menjadi tugas saya untuk mengikuti tradisi Rusia kuno. Tradisi itu menyatakan bahwa, setelah tangisan pertama seorang anak, sang ayah harus menyalakan dua lilin, yang ia dan istrinya pegang selama upacara pernikahan mereka dahulu di gereja; kemudian ia harus membedong bayi yang baru lahir dengan pakaian yang ia kenakan pada malam sebelumnya."

Selain itu, seperti yang ditulis Zimin, ada tradisi untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan bayi baru lahir jauh sebelum kelahirannya. Namun, seprai, pakaian tidur, dan topi harus disimpan di peti tertutup khusus, yang kemudian disimpan jauh dari kediaman tempat kelahiran tsarevich atau tsarevna di masa depan. Hal ini dilakukan agar tidak membawa kesialan.

Bagaimana persalinan ini terjadi dalam kenyataannya?

Adipati Agung Nicholas (calon Nikolay II) bersama ibunya Maria Fedorovna, lahir sebagai Dagmar dari Denmark, 1870, Sergey Levitsky

Setiap kehamilan permaisuri yang menjabat dilaporkan dalam Pravitelstvenniy Vestnik (Berita Negara) resmi; dan perjalanan kehamilan dipantau secara ketat oleh para dokter kandungan keluarga kerajaan. Ketika waktu persalinan semakin dekat, para dokter dan bidan biasanya sudah siap di kediaman permaisuri untuk membantu jalannya persalinan.

Dokter kandungan dan bidan kerajaan yang biasanya berasal dari luar negeri, membantu melahirkan sang bayi, seperti tradisi sejak zaman Pyotr yang Agung. Mulai tahun 1798, Akademi Bedah-Medis Sankt Peterburg memiliki "Departemen Kebidanan". Pada 1843, staf Unit Medis Istana memiliki empat bidan dan seorang dokter kandungan kerajaan.

Aleksandr III bersama istri dan anak-anaknya, 1870, Sergey Levitsky

Hampir semua bidan yang melayani keluarga kekaisaran pada abad ke-19 adalah orang Jerman. Bidan paling populer dikenal dengan nama Lady Hesse — yang membantu proses persalinan semua anak Nikolay I. Para dokter kandungan dan bidan kerajaan tak hanya menerima gaji, tapi juga hadiah dan pembayaran untuk setiap persalinan yang berhasil. Bayaran yang diterima pun berlimpah hingga ribuan rubel (sebagai perbandingan, saat itu, seorang menteri negara dapat menerima sekitar 5.000 rubel per tahun).

Semua permaisuri dan bangsawan wanita melahirkan di rumah — biasanya di salah satu kediaman kerajaan. Hampir semua anggota keluarga kekaisaran — setelah pemerintahan Pyotr yang Agung — lahir di Sankt Peterburg atau sekitarnya. Hanya orangtua Aleksandr II saja yang pergi ke Moskow untuk melihat kelahiran putra mereka atas permintaan Kaisar Aleksandr I. Nikolay dan Ekaterina menyanggupi keinginannya, dan sang kaisar di masa depan itu pun dilahirkan di Biara Chudov, Kremlin.

Tak ada kursi atau tempat duduk khusus yang digunakan untuk membantu proses persalinan — semua permaisuri melahirkan di tempat tidur mereka. Namun, mulai pertengahan abad ke-19, para perempuan kerajaan yang melahirkan diberi obat untuk mengurangi rasa sakit. "Untuk meringankan penderitaan saat melahirkan, dokter istana biasanya memberikan sedikit kloroform," tulis Sandro.

Sejak abad ke-19, sudah tidak ada lagi orang yang tega meninggalkan seorang bangsawan wanita sendirian setelah melahirkan, apalagi seorang permaisuri. Selama masa nifas, petugas medis dan bidan terus mendampingi dan memantau sang ibu yang baru saja melahirkan, hingga ia benar-benar pulih.

Selanjutnya, mungkinkah seorang perempuan Soviet menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya? 

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki