Kisah Korespondensi Rahasia Kennedy dan Khrushchev yang Selamatkan Dunia dari Bencana

John F. Kennedy bersalaman dengan Nikita Khrushchev.

John F. Kennedy bersalaman dengan Nikita Khrushchev.

Public domain
Dunia pernah berada di ambang kiamat nuklir ketika konflik Uni Soviet dan AS mencapai titik didihnya selama Krisis Rudal Kuba. Hanya berkat rasa kemanusiaan yang dimiliki Nikita Khrushchev dan John F. Kennedy serta kesediaan mereka untuk berkompromi sehingga memungkinkan tercapainya solusi damai.

Perkenalan pertama Nikita Khrushchev dan John F. Kennedy dimulai pada 'Konferensi Tingkat Tinggi Wina' — salah satu pertemuan paling menegangkan dalam sejarah hubungan Soviet-Amerika, yang berlangsung pada 4 Juni 1961. Sebelum pertemuan itu, para penasihat Khrushchev menggambarkan Kennedy sebagai sebagai pria yang lemah dan mudah diserang secara verbal. Demikian pula, penasihat Kennedy yang merupakan penentang komunis tidak bisa memberikan taktik positif kepada presiden mereka untuk perundingan tersebut.

Pertemuan ini menjadi debat panjang yang cukup agresif tentang ideologi dan nasib dunia, tanpa menyentuh isu tertentu secara spesifik. Sebagai hasil dari 'KTT Wina', tidak ada satu pun dokumen resmi yang ditandatangani. Pertemuan yang seharusnya dapat membantu mengakhiri Perang Dingin ini justru memperburuk hubungan antara Uni Soviet dan AS dan mengakibatkan Krisis Berlin pada 1961.

Nikita Khrushchev sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Soviet dan presiden ke-35 Amerika John F. Kennedy, berjabat tangan di Kedutaan Besar Amerika di Wina dalam sebuah pertemuan untuk melakukan pembicaraan.

Korespondensi rahasia

Meskipun 'KTT Wina' gagal, tak satu pun dari kedua belah pihak yang menginginkan perang besar yang baru. Pada September 1961, Khrushchev mengirimi Kennedy surat sepanjang 26 halaman yang berisi upaya untuk menghidupkan kembali hubungan mereka.

"Pikiran saya kembali melayang ke pertemuan terakhir di Wina. Saya ingat Anda menekankan bahwa Anda tidak ingin melanjutkan ke arah perang dan lebih memilih untuk hidup damai dengan negara kami dan berkompetisi dengan sehat," ungkap Khrushchev. Dalam surat tersebut, ia juga menyatakan bahwa korespondensi ini merupakan alat yang efektif untuk berkomunikasi secara pribadi dan informal, di mana keduanya dapat menyampaikan pendapat mereka tanpa perlu khawatir tentang reaksi publik atau pers. "Jika Anda tidak setuju dengan saya, Anda dapat menganggap bahwa surat ini tidak pernah ada. Tentu saja, saya, tidak akan menggunakan korespondensi ini dalam pernyataan publik saya," tulis Khrushchev.

Khrushchev menulis surat pertamanya kepada Kennedy di dacha miliknya di dekat Laut Hitam.

Dalam suratnya tersebut, Khrushchev yang komunis secara tak terduga membuat analogi antara planet ini dan Bahtera Nuh, di mana hewan-hewan yang "bersih" dan "najis" sekalipun mendapatkan tempat berlindung: "Terlepas dari siapa yang menyebut dirinya sebagai pihak yang 'bersih' dan siapa yang dianggap 'najis', mereka sama-sama menginginkan satu hal; yaitu agar Bahtera itu berhasil meneruskan perjalanannya. Kita tidak punya pilihan lain: kita harus hidup dalam damai dan mau bekerja sama, agar Bahtera ini bisa mempertahankan daya apungnya, karena jika tidak — Bahtera ini akan tenggelam."

Gagasan Khrushchev untuk mengadakan korespondensi informal sesuai dengan keinginan John Kennedy. Dia setuju untuk merahasiakannya.

"Saya sangat menyukai analogi Anda tentang Bahtera Nuh, agar semua pihak — baik 'bersih' dan 'najis' yang sama-sama bertekad agar bahtera itu tetap bertahan. Apa pun perbedaan kita, kolaborasi kita untuk menjaga perdamaian sama mendesaknya — jika tidak lebih mendesak daripada memenangkan perang dunia," tulis Kennedy dalam surat balasannya.

Khrushev dan Kennedy lebih suka berkomunikasi langsung dengan satu sama lain — menghindari jalur komunikasi resmi, sehingga hanya segelintir orang di Kremlin dan Gedung Putih yang mengetahui korespondensi mereka. Sekretaris Pertama Uni Soviet itu memiliki orang kepercayaan di Washington, yang bisa menjadi penghubung antara kedua pemimpin.

Georgy Bolshakov adalah wakil pemimpin redaksi majalah Uni Soviet di Washington. Sampul yang sempurna untuk seorang kolonel GRU.

Pada memoar Robert F. Kennedy Jr., dia mengungkapkan bahwa keluarganya memiliki satu orang mata-mata Rusia yang sering datang ke rumah mereka. Orang tersebut adalah Georgi Bolshakov, dan dia adalah agen GRU dan KGB yang pernah ditemui orang tua Kennedy di kedutaan Rusia. Meskipun mereka mengetahui bahwa Georgi adalah seorang mata-mata, keluarga Kennedy menyukainya dan menganggapnya menarik. Mereka bahkan sering melakukan kegiatan bersama seperti lomba panjat tebing dan push-up. Georgi juga mengajarkan tarian Rusia kepada mereka. Pada saat itu, film James Bond sedang populer, sehingga kehadiran mata-mata Rusia yang sesungguhnya di rumah mereka memberikan pengalaman yang menarik bagi keluarga Kennedy. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sempat khawatir dengan hal ini. Georgi juga membantu menyampaikan surat dari Khrushchev kepada paman Kennedy melalui Pierre Salinger, surat tersebut diselipkan ke halaman surat kabar New York Times sebelum diserahkan kepada John F. Kennedy.

Di Wina, 04 Juni 1961.

Selain itu, Bolshakov juga bertemu dengan Robert Kennedy dan Salinger beberapa kali untuk menyampaikan pesan-pesan lisan dan tulisan dari Khrushchev. Bahkan, para pemimpin kedua negara adidaya itu sepakat untuk membuat saluran telepon langsung. Sebuah telepon merah pun muncul di kediaman presiden AS, di mana ia dapat langsung menghubungi Sekretaris Pertama Uni Soviet secara langsung.

Dunia di ambang bencana

Kiri: Sekretaris Pertama Komite Sentral Partai Komunis Ukraina Nikita Khrushchev di tribun, 1944.  Kanan: Letnan Jenderal John F. Kennedy dalam pakaian upacara, 1942.

Namun, rasa saling menghormati antara Kennedy dan Khrushchev saja tidak cukup untuk mencegah Krisis Rudal Kuba. Pada 1961, hulu ledak nuklir PGM-19 'Jupiter' milik Amerika ditempatkan di Turki. Dengan hulu ledak tersebut, pusat-pusat industri utama di bagian Eropa Uni Soviet dapat dihancurkan hanya dalam waktu 15 menit. Kepemimpinan Soviet, dan Khrushchev secara pribadi menganggap langkah ini sebagai penghinaan. 

Tanggapan Uni Soviet muncul tak lama kemudian. Pada Agustus 1962, kapal-kapal Soviet yang membawa rudal balistik tiba di Kuba. Pada pertengahan Oktober, negara yang dikenal sebagai 'pulau kebebasan' itu telah memiliki 40 hulu ledak nuklir dan 40.000 tentara dan perwira Angkatan Darat Soviet. Kennedy sangat marah karena tindakan Khrushchev, sementara Khrushchev sendiri tak bisa memaafkan Kennedy atas rudal-rudal di Turki dan atas rencana invasi kedua ke Kuba. Situasi memanas hingga mencapai batasnya; bencana nuklir benar-benar mengancam dunia.

Sebuah Lockheed SP-2H Neptunus (BuNo 140986) milik Angkatan Laut AS dari skuadron patroli VP-18 Flying Phantoms terbang di atas sebuah kapal kargo Soviet. Kapal kargo itu kemungkinan besar adalah Okhotsk, yang meninggalkan pelabuhan di Nuevita dengan membawa 12 pesawat IL-28, 5 Desember 1962.

Menemukan jalan keluar dari krisis

Pada malam yang sama, Jaksa Agung AS Robert Kennedy secara diam-diam bertemu dengan duta besar Uni Soviet Anatoly Dobrynin untuk menawarkan kesepakatan damai dengan beberapa syarat: Khrushchev bersedia untuk memindahkan senjata nuklir dari Kuba, sementara Presiden Kennedy berjanji untuk mencabut blokade dari Kuba dan membongkar rudal-rudal di Turki dalam jangka waktu enam bulan.

Itu adalah perjanjian lisan, tanpa tanda tangan atau jaminan apa pun. Namun, kedua belah pihak menepatinya. Pada 20 November, sudah tidak ada satu pun hulu ledak nuklir Soviet di Kuba, sementara Kennedy telah memerintahkan untuk mencabut blokade dari pulau itu. Dalam beberapa bulan berikutnya, rudal-rudal 'Jupiter' Amerika dipindahkan dari Turki.

Khrushchev dan Kennedy menyadari pentingnya menjaga komunikasi mereka. Hanya dengan cara ini mereka dapat menghindari kebencian antara satu sama lain dan keputusan sembrono yang dapat membawa malapetaka yang fatal. Sangatlah penting untuk melihat seseorang dengan rasa kemanusiaan, bahkan di dalam diri seorang musuh sekalipun; rasa kemanusiaan dari kedua pemimpin negara adidaya inilah yang menyelamatkan dunia pada Oktober 1962.

Selanjutnya, Benarkah Robert Oppenheimer adalah mata-mata Soviet?

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki