Mungkinkah Seorang Biksu yang Sudah Dinyatakan Wafat Selama Hampir Satu Abad Hidup Kembali?

Sejarah
YEKATERINA SINELSCHIKOVA
Biksu Buddha — Dashi-Dorzho Itigilov, diketahui telah meninggal 90 tahun yang lalu di Buryatia, sebuah wilayah di Siberia. Menurut wasiat terakhirnya, biksu ini memasuki Nirwana namun meminta agar jasadnya digali kembali 30 tahun kemudian. Hal-hal aneh telah terjadi akhir-akhir ini dengan jasad orang suci Buddha tersebut — tidak jelas apakah dia benar-benar sudah meninggal atau hanya dalam keadaan tertidur pulas.

Lama Dashi-Dorzho Itigilov melakukan pose teratai 90 tahun yang lalu, ia mengumpulkan murid-muridnya dan meminta mereka untuk mendoakannya sebelum akhirnya tenggelam dalam kondisi meditasi yang dalam. Dia akhirnya memasuki Nirwana.

"Kunjungi saya dan tengoklah tubuh saya setelah 30 tahun, dan setelah 75 tahun, bawa saya keluar dari Bumi," ucap Itigilov sebelum meninggal.

Duduk dalam posisi ini, orang suci itu ditempatkan ke dalam peti kayu dan ditutupi dengan garam — seperti yang diamanatkan dalam surat wasiatnya. Terakhir kali tubuh Itigilov diperiksa yaitu pada tahun 2005. Sejak saat itu, para biksu lainnya tidak mengizinkan pemeriksaan dan pengambilan foto.

Anehnya, selama hampir satu abad, berat badannya dapat bertambah dan berkurang, tetap lembap dan tidak membusuk.

Biksu Buddha paling terkenal di Rusia

Lahir pada 1852 di Ulza Dobo di wilayah Buryatia modern (wilayah Federasi Rusia yang terletak 4.400 km di timur Moskow), Itigilov kehilangan orangtuanya di usia muda dan hampir tak ada yang diketahui tentang mereka.

Seiring berjalannya waktu, fakta ini memunculkan legenda di antara para biksu tentang asal-usulnya, misalnya, bahwa ia turun ke Bumi dalam wujud seorang anak laki-laki berusia lima tahun, sebagai dewa — Bodhisattva, atau Buddha.

Sebagai anak yatim piatu, Itigilov bekerja sebagai penggembala dan, menurut para biksu, sejak kecil ia sudah terpesona oleh batu nisan dan benda-benda yang berkaitan dengan pemakaman. Bocah itu kerap membawa kawanan ternaknya ke pemakaman di mana ia kemudian bermain dengan orang-orang yang telah meninggal, menyisir rambut mereka dan berkata: "Kalau saja kalian mendengarkan saya, kalian tidak akan terbaring mati di sini."

Pada saat itu, orang-orang Buryat memang tidak menggunakan peti mati dan biasanya tidak menguburkan orang yang telah mati — melainkan meletakkannya di atas pelataran di antara pepohonan atau bukit. Suatu hari, Itigilov yang masih muda mendekati beberapa lama, salah satunya membawa tongkat dan tengkorak dan berkata bahwa "anak ini kelak akan menjadi Guru besar dan akan menipu kematian".

Legenda wihara menceritakan banyak sekali hal tentang Itigilov yang tampaknya sulit dipercaya. Misalnya, air yang dapat terbelah di depannya. Satu hal yang kita tahu pasti adalah ketika Itigilov berusia 15 tahun, ia datang ke sebuah wihara Buddha, yang berada 300 km dari desa asalnya — di mana selama 23 tahun ia mempelajari teks-teks keagamaan. Di sana, ia mengajar murid-muridnya, menjadi kepala kuil, bertemu langsung dengan Tsar Nikolay II, dan tak lama sebelum Perang Dunia I, ia menjadi pemimpin umat Buddha di Siberia Timur.

Dengan bangkitnya negara Soviet yang menganut paham komunis, Itigilov merekomendasikan kepada rekan-rekannya sesama lama untuk meninggalkan negara itu, karena khawatir akan terjadi penindasan. Namun, ia sendiri tidak meninggalkan negara itu, dan menegaskan bahwa pemerintah yang berkuasa tidak akan sempat menangkapnya. Menurut dokumen, ia meninggal pada 1927 di usia 75 tahun.

Lelucon Buddha Buryat?

Jasadnya baru digali 28 tahun kemudian — bukan 30 tahun seperti yang ditetapkan olehnya. Pada saat itu, badai besar melanda Buryatia dan penduduk setempat yang ketakutan ingin berdoa kepadanya untuk meminta pertolongan, sehingga mereka membuka petinya. Sendi-sendi sang lama tampak lentur, kulitnya tetap elastis dan area di sekitar jantungnya terasa hangat. Orang-orang itu kemudian mengganti pakaiannya dan dia dikuburkan kembali. Prosedur ini diulangi pada tahun 1973.

Pada 2002, seperti yang ditunjukkan dalam surat wasiat terakhir, peti yang berisi jasad Itigilov kembali digali dan dipindahkan ke datsan (vihara) Ivolginsky dekat Ulan-Ude. Tutup petinya tidak dibuka malam itu — para biksu hanya berdoa dan menyalakan lilin.

Di pagi hari, seorang pemeriksa medis forensik membuka petinya dan menyaksikan adanya garam hingga ke bahunya, sementara kepala Itigilov berada dalam kondisi yang sangat baik sehingga orang-orang banyak yang menduga bahwa biksu itu mungkin masih hidup.

"Awalnya, semua orang mengira ini adalah lelucon Buddha Buryat, tapi sekarang tidak. Organ dalam tubuhnya baik-baik saja, begitu juga dengan matanya. Seorang ahli yang memeriksa baru-baru ini mengatakan bahwa jasadnya seperti jasad orang yang baru saja meninggal beberapa jam yang lalu," ungkap Yanzhima Vasilieva, direktur Institut Pandito Hambo Lama Itigilov.

Meskipun para peneliti secara langsung tidak pernah mendekatkan stetoskop ke dada Itigilov, namun para biksu setuju untuk mengirimkan dua gram sampel dari tubuhnya untuk diperiksa — termasuk rambut, partikel kulit, dan bagian dari dua kuku.

"Spektrofotometri inframerah menunjukkan bahwa sampel protein memiliki karakteristik hidup, dan ketika kami menggali jasadnya, tidak ada bau menyengat seperti layaknya mayat yang membusuk," pungkas Victor Zvyagin, mantan direktur identifikasi di Pusat Pemeriksaan Medis Forensik Rusia.

Namun, ini tidak langsung berarti bahwa sang lama masih hidup. Analisis dari kulitnya menunjukkan bahwa kadar bromin dalam tubuhnya 40 kali lebih tinggi dari biasanya dan suhu tubuhnya 20 derajat lebih rendah, yang merupakan tanda-tanda kematian. 

Tak heran, para biksu (kecuali Dalai Lama — yang memilih untuk tidak berkomentar) membuat klaim yang sebaliknya, seperti halnya ribuan peziarah yang datang untuk melihat jasad Itigilov. Selain itu, sejak sarkofagusnya digali, berat badannya bertambah sekitar dua kilogram setiap tahunnya. Dalam enam tahun terakhir, berat badannya secara keseluruhan telah bertambah sekitar 10 kilogram, dan kelembapan berlebih terkadang muncul di tubuhnya yang menyerupai keringat.

Para ilmuwan percaya bahwa mereka telah menemukan penjelasan non-supranatural. Kacang-kacangan memiliki kadar bromin yang tinggi yang dapat menekan sensitivitas tubuh, dan membatasi dampak stimulasi impuls eksternal hampir tanpa mempengaruhi bagian otak yang mengontrol pernapasan dan sirkulasi darah.

Ada teori yang mengatakan bahwa ketika Itigilov masih hidup, dia dengan sengaja rutin mengonsumsi kacang-kacangan, dan kemudian dengan bantuan self-hypnosis mematikan fungsi metabolisme vital tubuhnya. Dengan kata lain, dia membenamkan dirinya ke dalam meditasi yang mendalam dan memasuki kondisi anabiosis, sebelum akhirnya dia meninggal. Sementara itu, garam atau jaringan kering dapat menyerap uap air dan mempengaruhi berat tubuh ketika terkena udara.

Selanjutnya, bagaimana 'Pozy' bisa menjadi warisan kuliner di Buryatia? Simak selengkapnya!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut: