Pengangkut personel lapis baja M3A1 'Scout'.
Arkady ShaikhetPada tahun-tahun sebelum perang, Uni Soviet tidak memproduksi pengangkut personel lapis baja dalam jumlah besar. Sementara itu, Uni Soviet telah memasuki perang melawan Reich Ketiga, tanpa adanya bantuan. Saat itulah sekutu Barat datang untuk menyelamatkan.
Amerika Sekirikat (AS) dan Inggris Raya memasok Uni Soviet dengan lebih dari 6.000 pengangkut personel lapis baja. Sekitar seribu di antaranya adalah M2, M5, dan M9 setengah lacak.
Hanya sebagian kecil dari pengangkut personel lapis baja setengah jadi yang dikirim ke unit lapis baja dan mekanis Tentara Merah. Sisanya menjadi kendaraan untuk senjata artileri.
Namun, kendaraan lapis baja 'Universal' buatan Inggris dan ‘Scout’ M3 buatan Amerika memiliki nasib yang berbeda. Kendaraan-kendaraan itu harus aktif bertarung di medan perang.
Pengangkut personel lapis baja 'Universal'.
Foto arsipPengangkut personel lapis baja utama angkatan bersenjata Inggris Raya dan negara-negara Persemakmuran dapat membawa pasukan hingga lima orang, dilengkapi dengan senapan mesin 7,7 mm atau 13,9 mm serta memiliki kecepatan jalan raya hingga 48 km/jam. Uni Soviet menerima lebih dari 2.000 kendaraan tempur ini selama perang.
Selama paruh pertama perang, 'Universal' yang dilengkapi dengan pelacak, digunakan untuk intelijen dan pengintaian. Menjelang akhir konflik, mereka mulai berperan aktif dalam operasi tempur.
Penembak senapan mesin Soviet di kendaraan pengangkut personel lapis baja mengejar barisan Jerman yang mundur, menembak dan melempari mereka dengan granat. “Saya ingat saat mengejar tentara Jerman dari atas mereka, menghancurkan mereka dengan kendaraan pengangkut personel lapis baja di sana…” ungkap Anatoly Kozlov, seorang petugas komunikasi.
Namun, menurut tentara Soviet, kendaraan tempur Inggris memiliki banyak kelemahan: mobilitas lintas negara yang buruk (terutama di musim dingin), bagian bawah yang cepat aus, persenjataan yang buruk, dan perlindungan bagi awak dan pasukan. Meski membungkuk, para prajurit tetap rentan terhadap peluru dan pecahan peluru.
Kompartemen pasukannya sendiri cukup sempit, dan selain itu, di tengahnya ada kap mesin, tempat para prajurit bertumpu lutut. Pada musim panas, sangat sulit untuk tinggal di sana. Di sisi lain, saat musim dingin, desain seperti itu berguna dan komandan serta pengemudi, yang berada di bagian depan 'Universal', akan naik ke kompartemen pasukan untuk melakukan pemanasan saat berhenti.
Pengangkut personel lapis baja M3A1 'Scout'.
Foto ArsipPengangkut personel lapis baja beroda M3A1 'Scout' Amerika lebih unggul dari rekan Inggris-nya dalam hal kinerja tempur. Kendaraan itu dipersenjatai dengan senapan mesin 12,7 mm dan 7,62 mm, dapat membawa hingga tujuh pasukan dan dapat mencapai kecepatan hingga 81 km/jam di jalan beraspal (lebih buruk di medan yang kasar).
Tentara Merah memiliki total lebih dari 3.000 'Scout'. Sama seperti 'Universal', mereka terutama berfungsi sebagai kendaraan pengintai pada awal perang. Selain itu, mereka sering digunakan untuk mengangkut pasukan yang terluka atau memindahkan petugas staf.
Belakangan, berkat persenjataan mereka yang kuat dan jarak pandang yang baik, pengangkut personel lapis baja Amerika terbukti hebat dalam pertempuran jalanan. 'Scout' dapat dengan cepat menerobos ke rumah yang ditempati, mereka secara efektif menekan setiap perlawanan dengan senjata mereka.
Marsekal Georgy Zhukov dijaga oleh 'Scout' di Berlin.
Victor TeminKomandan pasukan sering menggunakan 'Scouts' berkecepatan tinggi untuk mengganggu rute pelarian musuh, menangkap penyeberangan penting dan menahannya sampai pasukan utama tiba. Selain itu, pengangkut personel lapis baja Amerika sering kali dipercaya untuk menjaga kendaraan komandan militer besar Soviet.
Berbeda dengan 'Universal', Tentara Merah hampir tidak memiliki keluhan tentang kendaraan ‘M3A1’ yang andal dan nyaman. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ‘BTR-40’, pengangkut personel lapis baja produksi massal pertama Soviet, yang dikembangkan pada akhir 1940-an, secara khusus terinspirasi oleh ‘Scout’.
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda