Siapa Saja Warga Soviet yang Dirampas Kewarganegaraannya dan Apa Alasannya?

Sejarah
GEORGY MANAEV
Undang-undang pertama tentang pencabutan kewarganegaraan Soviet disahkan pada 1920-an, dan hingga runtuhnya Uni Soviet, langkah ini tetap menjadi salah satu metode utama untuk menekan para pembangkang politik.

Saat ini, warga negara Federasi Rusia tidak lagi dapat dirampas kewarganegaraannya. Prinsip ini tercantum dalam undang-undang kewarganegaraan dan Pasal 6 Konstitusi Rusia. Namun, dahulu kala di Uni Soviet, pencabutan kewarganegaraan secara paksa merupakan bentuk tekanan politik terhadap para pembangkang. Berikut adalah sejumlah kasus yang paling terkenal.

Leon Trotsky

Salah satu pendiri Bolshevik Uni Soviet — Leon Trotsky pernah bertempur dalam perjuangan politik dengan Stalin pada pertengahan 1920-an hingga akhirnya mengalami kekalahan. Pada tahun 1927, ia dikeluarkan dari Partai Komunis, dan pada tahun 1928 ia diasingkan ke Alma-Ata (kini bernama Almaty — yang merupakan ibu kota Kazakhstan). Trotsky diberi ultimatum tidak resmi dari Stalin untuk menyingkir dan menghentikan semua aktivitas politiknya. Ketika Trotsky menolak, pemerintah pun memutuskan untuk mengusirnya dari negara.
Pada Februari 1929, Trotsky beserta istri dan putra mereka — ditemani oleh petugas keamanan negara — dibawa ke Istanbul. Pada 20 Februari 1932, surat kabar Pravda menerbitkan keputusan Presidium Komite Eksekutif Tertinggi Uni Soviet yang ditandatangani oleh ketuanya, Mikhail Kalinin, yang mengumumkan pencabutan kewarganegaraan Soviet kepada Trotsky dan keluarganya "karena aktivitas kontra-revolusioner".

Alexander Solzhenitsyn

Pada mulanya, Alexander Solzhenitsyn merupakan seorang komunis yang setia dan berdedikasi, di masa mudanya ia memutuskan untuk menjadi seorang penulis — tak lama sebelum Perang Dunia II — saat ia mendaftar di departemen sastra di sebuah institut di Moskow. Ketika perang dimulai, Solzhenitsyn sangat ingin mendaftar dan pergi ke garis depan. Di kemiliteran, lambat-laun ia mulai bersikap kritis terhadap kebijakan Stalin sebagai kepala negara — yang ia curahkan dalam surat-suratnya kepada seorang teman. Surat-surat ini kemudian menjadi alasan penangkapan dan pemenjaraannya selama 8 tahun di gulag dan tiga tahun di pengasingan. Pada 1957, ia direhabilitasi.

Pengalaman Solzhenitsyn di gulag menjadi dasar dari "prosa kamp", yang di bawah pemerintahan Khrushchev diizinkan untuk terbit di Uni Soviet. Namun, ketika Brezhnev berkuasa pada 1964, tulisan-tulisan Solzhenitsyn kembali dilarang. Kendati demikian, ia memulai kehidupan sosial yang aktif di kalangan pembangkang, dengan mempromosikan dirinya dan tulisan-tulisannya. Meskipun karya-karyanya tidak diterima oleh pemerintah Soviet, namun karya-karya tersebut berhasil beredar secara diam-diam di kalangan kaum intelektual sebagai samizdat. Pada 1970, Solzhenitsyn dianugerahi Hadiah Nobel. Meskipun terus diawasi KGB dan pernah terancam diracuni, Solzhenitsyn menolak tawaran negara untuk meninggalkan Uni Soviet.

Pada awal 1974, penguasa tertinggi Soviet membahas nasib Solzhenitsyn dan memutuskan untuk merampas kewarganegaraannya dan mendeportasinya dari negara pada 12 Februari 1974. Segera setelah itu, sang penulis dan keluarganya meninggalkan Uni Soviet, dan salinan karya-karya Solzhenitsyn yang telah diterbitkan pun dimusnahkan. Baru pada 1990, kewarganegaraan Soviet-nya dipulihkan, dan pada 1994 ia kembali ke Rusia. Ia meninggal pada 2008 di Moskow.

Viktor Korchnoi

Atlet catur terkemuka Viktor Korchnoi pernah mengalami konflik dengan sistem Soviet – sebagian besar karena karakter masa mudanya yang impulsif, yang ia tulis secara rinci dalam bukunya yang bertajuk "Anti-Catur". Korchnoi memenangkan berbagai kejuaraan nasional Soviet dan ia diakui sebagai salah satu pecatur terbaik yang pernah ada dalam sejarah. Pada 1966, Korchnoi pernah mengungkapkan bahwa pemerintah Soviet mengusulkan agar ia melepaskan kewarganegaraannya, tetapi ia menolak. "Saya kehilangan 11 tahun kehidupan saya yang baik," sesal Korchnoi.

Pada 1974, Korchnoi kalah dari Anatoly Karpov dalam sebuah pertandingan kandidat melawan juara dunia — Bobby Fischer. Pertandingan itu berlangsung di Moskow, dan Karpov menikmati dukungan nyata dari para "penguasa". Mereka meminta penonton bayaran untuk duduk di aula, dan bertepuk tangan meriah untuk Karpov, sementara menyambut Korchnoi dengan keheningan yang dingin. Hal ini tak mengherankan, mengingat hirarki olahraga Soviet yang ketat dan kesetiaan Karpov pada penguasa.

Setelah pertandingan, Korchnoi dengan tajam mengkritik Karpov dan Komite Olahraga Soviet, dan ia melakukannya secara publik di hadapan media Yugoslavia! Pecatur itu kemudian menerima teguran disipliner dan sebagai buntut dari tindakannya tersebut, ia dilarang bepergian ke luar Uni Soviet selama setahun.

Segera ketika larangan tersebut dicabut, Korchnoi berangkat ke sebuah turnamen di Belanda, dan di sana ia meminta suaka politik. Dia akhirnya mendapatkan suaka di Swiss dan menghabiskan sisa hidupnya di sana.

Pada 1978, kewarganegaraan Sovietnya dicabut dengan alasan "mempertimbangkan bahwa V. L. Korchnoi secara sistematis melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kewarganegaraannya di Uni Soviet, dan dengan perilakunya merusak prestise Uni Soviet." Meskipun Korchnoi dan sejumlah pembangkang lainnya diberikan hak untuk kembali mendapatkan kewarganegaraannya pada 1990, ia menolak untuk kembali ke Rusia secara resmi sebagai warga negara. Meski begitu, ia tercatat berpartisipasi dalam beberapa turnamen catur di Rusia.

Joseph Brodsky

Joseph Brodsky adalah penerima Hadiah Nobel kedua yang kewarganegaraan Soviet-nya dilucuti pada tahun 1972. Kami memiliki artikel terperinci yang membahas tentang beliau.

Bagaimana orang-orang ini diusir dari Uni Soviet?

Pada 1921, Dewan Komisaris Rakyat mengeluarkan dekrit — "Tentang pencabutan hak kewarganegaraan dari kategori orang tertentu yang tinggal di luar negeri." Menurut dekrit tersebut, kewarganegaraan Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia (RSFSR) dicabut dari semua orang yang sebelumnya memiliki kewarganegaraan Kekaisaran Rusia, tinggal di luar negeri selama lebih dari lima tahun, dan tidak mengajukan permohonan dokumen ke misi Soviet; serta semua orang yang bertugas di tentara atau polisi asing. Pada 1928, atas saran dari sejumlah kedutaan Soviet, 16 orang di berbagai negara dicabut kewarganegaraannya "karena aktivitas anti-Soviet".

Sejak 1938, menurut "Hukum Kewarganegaraan Uni Soviet", pencabutan kewarganegaraan dapat dilakukan melalui keputusan pengadilan atau bahkan keputusan Presidium Soviet Tertinggi Uni Soviet. Pada 1958, masalah ini dihapus dari yurisdiksi yudisial dan dengan demikian menjadi hukuman politik murni.

Pasal 18 Undang-Undang Kewarganegaraan Uni Soviet yang baru (1978) menetapkan bahwa seorang warga negara dapat dicabut kewarganegaraannya karena "tindakan yang merendahkan martabat warga negara Uni Soviet dan merusak kehormatan atau keamanan nasional negara". Seperti yang ditulis oleh peneliti Elena Ponizova, "rumusan itu justru membuka pintu bagi kesewenang-wenangan lembaga dan pejabat negara dalam menilai perilaku warga negara".

Selama bertahun-tahun pemerintahan Soviet, terdapat puluhan pembangkang dan mereka yang tak setuju dengan kebijakan negara dicabut kewarganegaraannya, begitu pula dengan sejumlah penulis, filsuf, sutradara, dan orang-orang yang berprofesi kreatif. Alasannya sering kali sama — ketidakkonsistenan karya mereka dengan garis ideologi umum Partai Komunis Uni Soviet (PKUS). Sering kali, mereka yang tengah pergi ke luar negeri dicabut kewarganegaraannya, termasuk dengan menghalangi kesempatan untuk kembali dan bahkan menghancurkan keluarga mereka.

Selama Perestroika, banyak dari tindakan kewarganegaraan yang represif ini akhirnya dicabut. Pada 15 Agustus 1990, Presiden Mikhail Gorbachev menandatangani dekrit — "Tentang Pembatalan Keputusan Presidium Soviet Tertinggi Uni Soviet tentang Pencabutan Kewarganegaraan Uni Soviet dari Beberapa Orang yang Bertempat Tinggal di Luar Negeri". Dekrit ini mengembalikan hak kewarganegaraan kepada hampir semua orang yang menghadapi penganiayaan bermotif politik selama periode 1966-1988.

Lalu, apa saja bentuk kejahatan yang membawa hukuman mati di Rusia kuno? Simak selengkapnya!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut: