Kisah Hidup Seorang Pengembara: Sosok "Internet Berjalan" di Rusia Kuno

"Pengembara" oleh Vasiliy Perov. Galeri Tretyakov.

"Pengembara" oleh Vasiliy Perov. Galeri Tretyakov.

Pavel Balabanov/Sputnik
Pengembara adalah sosok yang unik di Rusia. Mereka bukan lah gembel atau gelandangan — menjadi pengembara adalah cara hidup yang mereka pilih secara sadar. Para pengembara ini ada di mana-mana — dari hutan terpencil hingga istana. Bahkan terkadang, mereka membawa korespondensi rahasia, serta berita terbaru dari bagian lainnya di Rusia.

Yesus pernah bersabda, "Jikalau kamu ingin menjadi sosok yang sempurna, pergilah, jual segala sesuatu yang kamu miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang yang miskin, maka kamu akan memperoleh harta di surga. Kemudian datanglah, ikutlah Aku." Sejak abad ke-11, banyak orang Rusia mulai mengikuti seruan ini secara harfiah. Ada yang menjadi musafir ke Tanah Suci, ada pula pengembara yang sengaja meninggalkan rumah dan keluarganya untuk mengembara tanpa henti di Rusia yang luasnya tak terbatas.

Mereka mengembara bukan hanya karena alasan agama. Di Rusia, mobilitas penduduknya sudah sangat tinggi sejak dahulu kala. Ketika tsar memperkenalkan sistem perbudakan dan wajib militer, banyak orang yang menanggapi "pengetatan sistem" ini dengan meninggalkan segalanya dan mengembara ke mana pun yang mereka kehendaki.

Sejarawan Sergei Pushkarev menulis, "Di negara bagian Moskow, masih ada banyak orang bebas yang tak bergantung dan tak terdaftar dalam layanan tsar, komunitas kota atau desa." Seperti yang dijelaskan Pushkarev, mereka adalah anak-anak pendeta yang tak menjadi pendeta, anak-anak pegawai negeri yang tak masuk dinas, anak-anak budak, pekerja serabutan, musisi pengembara yang disebut skomorokh, pengemis, dan gelandangan yang tak memiliki tanah.

Mengapa pengemis dan pengembara ini dihormati?

Di Rusia, para pengembara ini dihormati oleh masyarakat sebagai orang suci. Mengembara adalah sesuatu yang mirip dengan 'orang bodoh bagi Kristus'.

Kamus Brockhaus dan Efron edisi Rusia mencatat pengembara sebagai "jenis pengemis khusus — yang sangat berbeda dari pengemis Eropa Barat. Seorang pengemis Barat biasanya miskin secara mental, moral, dan material; sementara di Rusia pada masa lalu, seorang pengemis sering kali merupakan orang yang penuh dengan kebijaksanaan, orang yang disambut kedatangannya di setiap rumah yang ia singgahi, seorang pendakwah dengan kisah-kisahnya yang menarik dan tiada habisnya.

Banyak orang — mulai dari pemimpin gereja hingga petani biasa, berkomunikasi melalui para pengembara, bahkan sering kali menggunakan enkripsi! Banyak yang meyakini bahwa sistem surat-menyurat semacam itu tak akan bisa disadap — di tengah-tengah kerumunan umum, para pengembara ini identik dengan pakaian lusuh mereka sehingga sangat kecil kemungkinan mereka diduga sebagai pembawa pesan penting.

Surat-surat semacam itu sering kali ditulis dalam aksara rahasia — yaitu "aksara Tarabar" yang sangat populer di kalangan pendeta Rusia. Sesepuh Siberia yang misterius — Fyodor Kuzmich, juga berkorespondensi secara diam-diam dengan para sahabatnya melalui para pengembara dan tak satu pun dari surat-surat pribadinya pernah disadap polisi.

Beberapa jenis pengemis dan pengembara Rusia

  • Kalika

"Kalika" pada awalnya adalah sebutan untuk seorang pengembara di Rusia. Vladimir Dahl menjelaskan: "Kalika dalam lagu-lagu dan kisah-kisah merujuk kepada musafir dan pengembara, mereka dianggap sebagai pahlawan dalam kerendahan hati, kemiskinan, dan perbuatan-perbuatan mulia." Pada abad ke-19, para pengemis yang menyanyikan syair-syair rohani, lagu-lagu dan mazmur-mazmur dianggap sebagai kalika.

Para kalika mengembara dalam kelompok-kelompok yang disebut "artel". Mereka memiliki organisasi mereka sendiri. Untuk mendapatkan hak untuk disebut sebagai pengemis sungguhan, seorang ataman yang menjabat sebagai kepala brigade harus magang selama enam tahun lamanya, dengan membayar 60 kopek setiap tahunnya. Ia juga harus lulus ujian pengetahuan tentang doa-doa, syair dan lagu-lagu kalika, serta bahasa kalika yang khas.

Dalam sebuah susunan artel, biasanya terdiri dari bendahara, serta "sersan" dan "mayor".

  • Pendongeng dan musisi pengembara

Para pendongeng tunanetra biasanya ditemani oleh seorang pemandu dan sering kali terlihat menonjol di antara para penyandang disabilitas lainnya. Mereka mengumpulkan sedekah dengan menyanyikan lagu-lagu rohani, melantunkan mazmur, dan terkadang mengiringi diri mereka sendiri dengan kecapi beroda, gusli, dan domra. Di antara para pendongeng tua ini diketahui pernah mengunjungi kamar tsar. Di Alexandrovskaya Sloboda, mereka membacakan dongeng untuk Ivan yang Mengerikan sebelum ia tidur. Para pengembara yang biasanya mengetahui banyak cerita dan desas-desus terbaru selalu menjadi tamu yang disambut baik di kamar-kamar khusus perempuan di istana-istana kerajaan abad ke-17 — di mana ruang makan dan ruang tidur terpisah disediakan khusus untuk mereka di lantai pertama istana.

  • Penggalang dana amal

"Beramalah, wahai orang-orang Ortodoks yang baik; untuk gereja Tuhan, dan untuk bangunan dari batu!" demikian seruan itu telah digaungkan selama ratusan tahun lamanya di sepanjang jalan dan alun-alun Rusia. Hal ini disebut "proshak" (kata yang berasal dari bahasa Rusia — 'просить' yang berarti "meminta"), yaitu penggalangan dana untuk kebutuhan gereja. Catatan: dana yang berhasil dikumpulkan akan disalurkan untuk gereja, bukan untuk keperluan pribadi.

Berikut ini adalah cara sejarawan Sergei Maximov menggambarkan proshak: "Mereka mengenakan jubah biru atau hitam, yang dililit erat dan diikat dengan cara yang meriah, untuk menggambarkan kekokohan dan kesungguhan. Seorang proshak biasanya sudah berusia lanjut, ia selalu membawa sebuah buku yang dibungkus dengan kain hitam, dan di halaman terakhir tertulis sertifikasi dari otoritas gereja."

"Di tempat-tempat yang kehidupannya cukup makmur; seperti di kota-kota pedagang dan gereja-gereja katedral, ada lusinan orang-orang seperti itu," tulis Maximov. Di antara para pengumpul itu ada banyak biarawati, yang pergi bersama dua gadis magang lainnya untuk mengumpulkan uang; serta para biarawan yang selalu pergi sendirian.

  • Pengembara yang kesepian

"Aku mengakui segala kesalahanku, aku bertobat dan mengaku dosa, serta memberikan kebebasan kepada semua orang yang pernah mengabdi kepadaku, dan bersumpah bahwa aku akan menyiksa diriku sendiri seumur hidup dengan segala jenis pekerjaan dan menyembunyikan diriku dalam citra orang miskin... Saat ini, sudah terhitung 15 tahun lamanya sejak saya mengembara di seluruh Siberia. Kadang-kadang saya dipekerjakan oleh para petani untuk melakukan pekerjaan serabutan, dan kadang-kadang saya memberi makan diri saya sendiri dalam nama Kristus. Dengan segala kekurangan ini — betapa nikmatnya, betapa bahagianya dan betapa damainya hati nurani saya!"

Demikian yang disampaikan seorang pangeran berdarah biru yang memutuskan untuk menjadi pengembara. Kata-kata ini dikutip oleh penulis buku yang tak disebutkan namanya berjudul "Kisah-kisah Pengembara yang Jujur Kepada Bapak Spiritualnya", yang sangat populer di Rusia pada abad ke-19. 

Para pengembara ini adalah orang-orang yang paling dihormati di Rusia — mereka yang secara sadar meninggalkan kehidupannya yang nyaman untuk mengembara. Seniman Vasily Perov menggambarkan Khristophor Barsky — yang menjadi salah satu pengembara tersebut. "Perawakannya tinggi, meski tubuhnya sudah membungkuk, bak cabang teratas dari pohon cemara yang tinggi, ketika di tengah musim dingin tertutup salju yang lembut. Jenggotnya tidak seputih pangeran, melainkan abu-abu, menyerupai warna perak bekas, tetapi dipangkas rapi; matanya sendu, seolah-olah diselimuti kerudung hitam atau penderitaan yang panjang. Dibandingkan dengan jubah, ia memilih untuk mengenakan kaftan lusuh yang lebar berwarna seperti roti gandum, dengan ikat pinggang sempit dengan kepala gesper yang terbuat dari kuningan. Terlepas dari penampilan yang tidak menarik itu, tersirat ada sesuatu yang tidak sesuai antara kostum dan posisinya."

Anton Chekhov juga pernah menulis tentang orang-orang ini: "Jika Anda membayangkan seluruh negeri Rusia, banyak orang yang mencari tempat yang lebih baik — mondar-mandir di jalan-jalan besar dan pedesaan, atau tertidur di pub, kedai minuman, penginapan, di atas rumput di bawah langit, menunggu fajar menyingsing."

Orang-orang pada era itu menyambut para pengembara dengan senang hati karena kebebasan yang mereka rasakan dan pengetahuan mereka yang luas tentang dunia dan orang-orangnya.  Para pengembara ini dipandang sebagai perwujudan citra dasar Pengembara, yang mewakili kepribadian dan gaya hidup yang unik. Pengembaraan di Rusia memiliki makna budaya dan agama yang signifikan, hampir seperti agama rakyat. Para pengembara dianggap sebagai orang suci rakyat, yang dihormati karena kemandirian mereka dari otoritas agama atau negara. Mereka kerap menjaga hubungan dekat dengan masyarakat, terus-menerus berinteraksi dan terlibat dengan mereka," tulis Dorofeev.

  • Pengemis pengembara

"Segera setelah ia meninggalkan gereja, kerumunan orang bergegas menghampirinya untuk meminta berkat, nasihat, dan pertolongannya. Ada musafir yang terus-menerus mengembara dari satu tempat suci ke tempat suci lainnya dan dari satu sesepuh ke sesepuh lainnya, dan selalu terpesona oleh setiap tempat suci dan setiap sesepuh. Beberapa pengembara ini tidak terlalu religius atau saleh, melainkan orang-orang biasa yang mengandalkan sedekah untuk kelangsungan hidup mereka."

Beginilah cara Leo Tolstoy menggambarkan para pengemis pengembara dalam kisah Pastor Sergius. Tolstoy menggambarkan mereka sebagai tentara yang dikeluarkan secara tidak hormat, orang-orang miskin, dan kadang-kadang bahkan orang tua pemabuk, yang mengembara dari biara ke biara demi mendapatkan makanan. 

Pada awal abad ke-20, ketika Rusia telah membangun rel kereta api dan karena peningkatan mobilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya — pengembaraan dengan berjalan kaki menjadi kenangan dari masa lalu. Meski begitu, Kaisar Nikolay II dan keluarganya diketahui tetap menyambut para pengembara seperti Santo Basil Tanpa Alas Kaki atau Paraskeva dari Sarov — tetapi mereka memang sudah terkenal dan memiliki banyak pengagum. Hingga kemudian minat pasangan kekaisaran terhadap pengembara memudar segera setelah kelahiran pewaris yang mereka dambakan.

Selanjutnya, Kapan dan Bagaimana Islam Masuk ke Rusia?

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki