“Jika saya bertahan hidup, saya akan dapat mengetahui apa itu kaum Bolshevik. Mungkin komunisme memang jalan keluar yang ideal bagi rakyat. Lagi pula, kami juga melakukan banyak kesalahan,” pikir Helmut Bon ketika dia ditangkap oleh tentara Soviet di suatu tempat di Pskov Oblast pada Februari 1944. Selama 1944-1947, Bohn berada di Uni Soviet sebagai tahanan militer dan kisahnya tertuang dalam buku berjudul ‘At the Gates of Life’ (“Di Gerbang Kehidupan”). Namun, tidak semua orang Jerman yang diasingkan di Uni Soviet hidup untuk menulis buku.
'Elemen pengganti'
“Tahanan perang dianggap oleh Uni Soviet tidak hanya sebagai sumber tenaga kerja, tetapi juga sebagai sumber daya yang dimaksudkan untuk digunakan dalam perekonomian negara tidak hanya selama perang, tetapi, yang terpenting, pada periode pascaperang,” tulis sejarawan Vladimir Vsevolodov . Cukup tidak manusiawi, otoritas Soviet melihat tahanan perang Jerman sebagai sarana untuk mengkompensasi hilangnya populasi Soviet.
Stalin menentukan jumlah tahanan yang “diperlukan” Uni Soviet pada tahun 1943 di Konferensi Teheran. Stalin berpendapat bahwa Uni Soviet membutuhkan “elemen pengganti” — sekitar empat juta warga Jerman, yang akan memulihkan kota-kota Soviet yang hancur dan membangkitkan industri. Menurut catat sejarawan Elena Shmaraeva, angka ini berasal dari perkiraan jumlah tentara Soviet yang tewas dan hilang tanpa jejak pada saat Konferensi Teheran diadakan — juga sekitar empat juta orang.
Pada tahun 1944, Soviet telah menyusun program tenaga kerja untuk tawanan perang Jerman. “Penarikan beberapa ribu unit kerja dari ekonomi nasional Jerman setiap tahun pasti memiliki efek yang melemahkan ekonomi dan potensi militernya,” tulis menteri luar negeri Vyacheslav Molotov kepada Stalin. Namun, memang pada akhirnya selama perang, lebih dari tiga juta warga Soviet dibawa ke Jerman untuk menjalani kerja paksa, jadi Uni Soviet ingin memberikan kompensasi untuk itu — dan juga untuk puluhan juta orang yang tewas selama perang.
Direktorat Utama Tahanan Perang dan Interniran diorganisir di Uni Soviet bahkan sebelum perang dimulai. Pada tahun 1941, ada delapan kamp kerja paksa untuk tahanan perang di Uni Soviet, tetapi jumlah tahanan bertambah lambat: tercatat pada tahun 1941 dan 1942 terdapat sekitar sepuluh ribu tahanan. Namun, setelah pertempuran Stalingrad dan serangan gencar Soviet di wilayah Don, jumlah tahanan tumbuh dengan cepat: lebih dari 200 ribu pada tahun 1943, dan lebih dari 800 ribu orang hingga akhir perang.
Secara formal, rute tahanan Jerman adalah sebagai berikut: Dari tempat mereka ditangkap, mereka dibawa ke garis depan untuk diserahkan kepada kamp, dan dari sana diangkut ke kamp daratan. Namun kenyataannya, selama perang, sebagian besar tahanan tinggal di kamp garis depan yang seringkali hanya berupa gubuk dan galian. “Sampai kami tiba di camp, ransum harian sekitar satu liter sup cair dan tiga ratus gram roti basi. Hari-hari ketika kami diperintahkan untuk memotong kayu untuk dapur lapangan Rusia, kami diberi teh panas untuk makan malam. Kami, sekitar puluhan tahanan, dikurung dan dikunci di kandang kambing, diawasi oleh seorang letnan perempuan junior Tentara Merah,” tulis Helmut Bon.
Setelah perang
Pada tahun 1946, ada 240 kamp kerja paksa untuk tawanan perang dari berbagai negara di Uni Soviet yang menampung lebih dari satu juta tawanan. Namun, ini tidak cukup untuk memenuhi target empat juta yang diinginkan, sehingga Uni Soviet mulai menginternir tahanan dari luar negeri.
Pada tahun 1944, setelah masuknya Tentara Merah ke wilayah Rumania, Yugoslavia, Hongaria, Bulgaria, dan Cekoslowakia, sebuah perintah dikeluarkan oleh Kementerian Perang Soviet “untuk memobilisasi dan menginternir semua orang Jerman yang tinggal di wilayah negara-negara ini, laki-laki dari 17 sampai 45 tahun, perempuan dari 18 sampai 30 tahun, terlepas dari kewarganegaraan mereka.” Sejarawan Pavel Polyan menulis bahwa lebih dari 112 ribu orang diasingkan dari negara-negara tersebut untuk bekerja di Uni Soviet. Orang-orang yang dimobilisasi diizinkan untuk membawa hingga 200 kilogram barang-barang pribadi.
Dalam catatan Elena Shmaraeva, setelah perang sebanyak 3,8 juta tawanan perang Jerman diasingkan di Uni Soviet. Sekitar 2,4 juta adalah tentara dan perwira, yang ditahan di kamp tawanan perang, sementara sisanya — kebanyakan etnis Jerman yang diasingkan dari negara-negara Eropa — ditugaskan ke “batalyon pekerja”. Apa yang mereka lakukan?
Tahanan perang membangun kembali pabrik, membangun bendungan, rel kereta api, pelabuhan, dan sebagainya. Mereka juga membangun dan merestorasi rumah, termasuk rumah apartemen untuk pekerja Kementerian Dalam Negeri. Misalnya, tahanan Jerman membangun stadion 'Dinamo' di Moskow. Mereka juga bekerja di pabrik kaca di Lytkarino, pinggiran kota Moskow. Sebuah gedung arsip di Krasnogorsk, Moskow Oblast, dibangun mengikuti proyek Paul Spiegel, seorang arsitek Jerman.
Spesialis berkualifikasi seperti Spiegel dipilih oleh Soviet untuk melakukan tugas yang rumit. Sejarawan Stefan Karner menulis bahwa pada tahun 1946, lebih dari 1.600 spesialis terkenal ditugaskan ke berbagai industri Soviet: “Lima ratus tujuh puluh insinyur, 260 insinyur sipil dan arsitek, sekitar 220 insinyur kelistrikan, lebih dari 110 doktor ilmu fisika dan matematika dan ilmu teknik”. Orang-orang ini menikmati kondisi yang lebih baik daripada di kamp kerja paksa atau "batalyon pekerja". Mereka tinggal di kota-kota, dekat industri atau institusi tempat mereka bekerja, dan digaji, setengahnya berasal dari mark Jerman. Namun, spesialis mana pun dapat dibawa kembali ke kamp jika pekerjaannya tidak memuaskan pihak berwenang.
Pekerja Jerman biasa dan mantan tentara, yang bekerja di lokasi konstruksi dan di tempat lain, juga menerima gaji, sehingga mereka dapat menghidupi diri sendiri di Uni Soviet. Misalnya, mantan prajurit dibayar tujuh rubel Soviet sebulan (sekitar 1.200 ribu rupiah), mantan perwira senior — dari 10 hingga 30 rubel (sekitar 1.800 sampai 5.500 ribu rupiah). Angka-angka ini sangat kecil — satu botol susu berharga dua rubel (sekitar 367 rupiah) dan sepasang sepatu bagus lebih dari 150 rubel (sekitar 27 ribu rupiah), jadi tawanan perang biasa, yang tidak memiliki keterampilan khusus, benar-benar harus menemukan cara untuk bertahan hidup.
Kondisi kerja di kamp tentu saja sangat memprihatinkan. “Awalnya kami harus memuat dua gerbong kereta dengan kayu dalam satu shift kerja, kemudian normanya ditingkatkan menjadi tiga gerbong. Kami dipaksa bekerja enam belas jam sehari, juga pada hari Minggu dan hari libur. Kami kembali ke kamp pada pukul sembilan atau sepuluh malam, tetapi seringkali pada tengah malam. Kami menerima sup encer dan tertidur, sehingga keesokan harinya pada pukul lima pagi kami akan bekerja lagi,” Elena Shmaraeva mengutip Reinchold Braun, seorang tawanan Jerman.
“Masalah perut di atas segalanya,” tulis petugas Heinrich Eichenberg. “Jiwa dan tubuh dijual seharga sepiring sup atau sepotong roti. Kelaparan memanjakan orang, merusak mereka dan mengubah mereka menjadi binatang. Pencurian barang dari rekan mereka sendiri sudah menjadi hal biasa”.
Orang Jerman yang ditangkap dimanfaatkan untuk penebangan, pembangunan jalan dan rel kereta api di daerah terpencil dan sulit dijangkau, serta dalam ekstraksi mineral — misalnya, uranium, batu bara, bijih besi, terutama di tambang di lembah sungai Don. .
Tingkat kematian tinggi di antara orang Jerman di kamp kerja paksa. Menurut statistik Soviet, dari tahun 1945 hingga 1956, lebih dari 580.000 orang tewas di kamp penjara, lebih dari 356.000 di antaranya adalah orang Jerman. Hampir 70% kematian terjadi pada musim dingin tahun 1945-1946. Sebagai perbandingan, seperti yang ditulis sejarawan Viktor Zemskov, sekitar 1,8 juta warga Soviet tewas dalam penawanan Jerman selama tahun-tahun perang.
Jalan pulang
Statistik resmi Soviet dari tahun 1956 mengatakan dua juta tahanan Jerman dipulangkan setelah Perang Dunia II berakhir. Namun, dengan jumlah yang begitu besar, data tersebut tidak dapat dipastikan. Sumber lain mengatakan hingga 680.000 tahanan dibebaskan selama perang, tetapi jumlah itu termasuk tahanan dari Rumania, Slovakia, Hongaria, dan negara lain. Statistik Soviet mengatakan 356.678 tahanan tewas di kamp-kamp Soviet dan sekitar 37.000 dari mereka dihukum karena kejahatan perang.
Faktanya, repatriasi dimulai sejak Juni 1945, ketika 225.000 tahanan pertama yang “sakit dan lemah” dipulangkan, termasuk 195.000 orang Jerman. Pada Agustus 1945, belih dari 700.000 tawanan (412.000 di antaranya orang Jerman), "dibebaskan" dari penahanan Soviet. Mereka tidak diizinkan membawa uang, tulis Elena Shmaraeva, jadi orang-orang yang dipulangkan mencoba membeli permen, tembakau dengan gaji simpanan mereka — apa saja yang bisa mereka tukarkan dalam perjalanan pulang. Wilhelm Lotse, yang dipulangkan pada tahun 1949, membawa serta hampir 6 kg kue dan permen, 2.355 batang rokok, dan 600 gram tembakau.
Kondisi transportasi seperti kamp kerja paksa — perpisahan terakhir dari sistem represif Soviet. Terkadang, orang yang dipulangkan tidak menerima makanan dan air selama berhari-hari saat pindah kereta dari daratan Rusia. Tempat pertama yang dicapai tahanan Jerman di Eropa adalah kamp relokasi Soviet di Frankfurt (Oder), tempat mereka akan menghabiskan 2-3 hari, sebelum dikirim ke tempat tinggal masing-masing. Pada tahun 1947, 70% tahanan di kamp ini sakit.
Pemulangan tawanan perang Jerman dari Uni Soviet secara resmi berakhir pada 5 Mei 1950. TASS menyatakan bahwa 1.939.063 tawanan perang Jerman telah dipulangkan sejak 1945. Namun, kenyataannya, masih ada lebih banyak tawanan Jerman yang tertinggal di Uni Soviet — antara 10 dan 20 ribu, yang berangkat tahun 1950-1956. “Rumah ini dibangun oleh tawanan perang Jerman” — orang Rusia masih menghormati bangunan tahun 1950-an, beberapa di antaranya benar-benar dibangun oleh orang Jerman. Bahkan di penangkaran, pekerja Jerman tetap melakukan yang terbaik.
Selanjutnya, bagaimana tawanan-tawanan perang Jerman berakting dalam film ‘Pertempuran Stalingrad’ Soviet? Simak selengkapnya!
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
- ikutilah saluran Telegram kami;
- berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
- aktifkan push notifications pada situs web kami.