Pada tanggal 8 Februari 1918, pemerintah Soviet yang baru menolak semua hutang yang ditumpuk oleh pemerintah tsar. Jutaan obligasi pemerintah berubah menjadi kertas tak berharga. Terselip di lemari dan loteng di seluruh Eropa, obligasi dari era kekaisaran menjadi terbengkalai dan tidak berguna selama beberapa generasi — hingga akhirnya, sang pemilik berhasil menagihnya.
Kertas-kertas itu tidak begitu berguna. Pada tahun 1996, Rusia membuat perjanjian dengan Prancis dan Inggris Raya, pemegang utang utama pada tahun 1918. Rusia akan membayar Prancis 400 juta dolar (sekitar 5,9 triliun rupiah) untuk menebus obligasi tsar dan pemerintah Inggris akan menggunakan emas milik mendiang Nikolay II untuk melunasi hutang tsar kepada dinastinya. .
Semua ini dilakukan untuk membuka jalan bagi Rusia modern untuk meminjam uang dari negara-negara Barat setelah runtuhnya Uni Soviet. Belakangan, beberapa pemegang obligasi mengeluh bahwa ini terlalu sedikit, karena mereka berharap mendapat lebih banyak, tetapi masalah tersebut dianggap selesai secara hukum oleh semua pihak.
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda