Potret Pyotr III, 1762. / Alexei Petrovich Antropov / Arsip Sejarah Universal
Getty ImagesKarl Pyotr Ulrich von Schleswig-Holstein-Gottorf belum berusia 15 tahun dan dia sudah ditakuti oleh Permaisuri Rusia Anna Ioannovna. "sang anak nakal masih tinggal di Holstein", ucap Anna berkali-kali. Karl-Pyotr muda adalah cucu Pyotr yang Agung — dan Anna, putri saudara tiri Pyotr (dan wakil penguasa, hingga 1696) Ivan Alexeevich, tentu ingin keturunan keluarganya tetap berada di takhta Rusia. Oleh karena itu, tanpa sadar ia takut dan membenci Karl-Peter. Sebaliknya, sepupunya Elizaveta Petrovna, yang menjadi Permaisuri Rusia pada tahun 1741, mencoba mengelilingi keponakannya sendiri dengan hati-hati dan penuh perhatian. Pada bulan Desember 1741, mayor Rusia Nikolai Korf tiba di Kiel, tempat tinggal Karl-Pyotr, untuk membawa pemuda itu ke Rusia.
Elizaveta Petrovna tidak memiliki anak, dan setelah kematiannya, cucu Pyotr Agung akan menjadi tsar Rusia. Namun, setibanya di Sankt Peterburg, pangeran muda itu setidaknya membuat kesan aneh pada semua orang.
Pangeran Agung Pyotr Fyodorovich pada tahun 1743, oleh Georg Christoph Grooth
Domain PublikPangeran Karl-Pyotr dari Holstein dibaptis ke dalam Ortodoksi dengan nama Pyotr Fyodorovich pada November 1742, hanya setahun setelah ia datang ke Rusia. “Dia pucat dan tampaknya memiliki konstitusi yang lemah”, tulis Jakob Stelin, tutor anak itu, yang ditugaskan kepadanya di St. Petersburg. Ketika sang pangeran mulai diajari ilmu pengetahuan, Permaisuri dikejutkan oleh ketidaktahuan bocah lelaki berusia 14 tahun itu, yang hanya tertarik pada urusan militer (dan sedikit dalam teori). Dia memiliki kebiasaan yang paling mengerikan dalam parade, arak-arakan, dan pawai — melempar apapun yang ia pegang untuk memanggil para prajurit. Namun, ada juga keanehan lainnya. Pangeran seakan-akan tidak terlihat bertambah tua seiring bertambahnya usia.
“Dia saat itu berusia enam belas tahun, cukup tampan sebelum terkena cacar, tetapi sangat kecil dan bertingkah seperti anak kecil. Dia berbicara kepada saya tentang mainan”, Ekaterina II, istri Pyotr, kemudian menulis dalam memoarnya. Dia juga ingat bahwa tak lama setelah pertemuan pertama, tunangannya mengakui kepadanya bahwa dia jatuh cinta dengan salah satu dayang, tetapi dia mengundurkan diri untuk menikahi Ekaterina, karena bibinya (Permaisuri Elizaveta Petrovna) menginginkannya. Pada tahun 1745, mereka menikah, tetapi Pyotr tidak terlalu memperhatikan istrinya: “Pangeran Agung terkadang datang ke kamar saya di malam hari, tetapi dia tidak ingin datang; dia lebih suka bermain boneka di kamarnya; sedangkan dia waktu itu 17 tahun, aku 16 tahun”, keluh Ekaterina.
Pangeran Agung Pyotr Fyodorovich dan istrinya, Putri Agung Ekaterina Alexeevna, 1756
Domain PublikUntuk mengalihkan perhatian keponakannya dari mainan dan latihan militer, pada tahun 1747, Elizaveta Petrovna menugaskan dia, saudara perempuannya, dan suaminya — Nikolai Choglokov — untuk mencarikan pasangan yang ramah dan akan "mengajarkan" pangeran tentang kehidupan keluarga. Namun, Pyotr Fyodorovich telah menghasut seorang pelayan kamar bernama Kruse, yang menurut Ekaterina, “mengirimkan mainan, boneka, dan hiburan anak-anak lainnya kepada Pangeran Agung, yang dia sukai hingga ke titik gairah: pada siang hari, mainan itu disembunyikan di kamarku, di bawah tempat tidur. Pangeran Agung akan tidur lebih dulu setelah makan malam dan, segera setelah kami di tempat tidur, Kruse akan mengunci pintu dan kemudian Pangeran Agung akan bermain sampai pukul satu atau dua pagi”. Kemudian, Pyotr memiliki anjing untuk dirinya sendiri. Permaisuri Elizaveta merasa takut dan menuntut agar mereka diusir dari istana. Ahli waris itu tidak menurut dan menyembunyikan anjing-anjing itu di lemari dekat kamar tidur istrinya: “Melalui partisi ceruk yang dipagari”. Ekaterina kemudian mengenang, “ada bau anjing dan kami berdua tidur dengan bau busuk ini”.
Suatu ketika, Ekaterina melihat seekor tikus tergantung di kamar suaminya. Pangeran Besar Pyotr Fyodorovich menjelaskan bahwa tikus itu dieksekusi karena kejahatan — tikus itu menyelinap ke dalam benteng kertasnya dan memakan dua tentara bertepung, tetapi salah satu anjingnya yang setia menangkapnya dan pengadilan militer (diwakili oleh Pangeran Agung sendiri) menghukum tikus itu eksekusi dengan cara digantung. Pyotr berusia 25 tahun saat itu.
Pyotr III, potret resmi, 1761, oleh Lucas Conrad Pfandzelt
Domain PublikTsar Pyotr III mengalami nasib sial karena terlahir sebagai keturunan dari dua musuh bebuyutan — di pihak ibunya, dia adalah cucu Pyotr yang Agung dan, di pihak ayahnya — cucu dari Raja Swedia Charles XII, dan dengan demikian, memiliki hak atas takhta Rusia dan Swedia. Sebagai seorang anak, ayah anak laki-laki itu memupuk harapan bahwa pada akhirnya putranya akan menjadi raja Swedia dan harus membesarkannya menjadi seorang militer. “Pangeran sendiri ditunjuk sebagai perwira yang tidak ditugaskan, dilatih dalam senapan dan berbaris, bertugas dengan pria muda yang sopan lainnya dan hanya berbicara kepada mereka tentang bentuk luar militer itu. Dia terbiasa dengan masa mudanya, sehingga ia tidak ingin mendengar tentang hal lain”, tulis Jacob Shtelin. Seperti Charles XII di masa mudanya, Pangeran Agung fasih dalam teologi dan bahasa Latin, pandai matematika dan senang menggambar rancangan benteng. Namun pada 1739, setelah kematian ayahnya (ibunya meninggal tak lama setelah Pyotr Feodorovich lahir), Pyotr ditempatkan di tangan tutornya, orang-orang militer yang sombong, yang mulai menyiksa anak itu.
Kepala “penyiksa” adalah Count Otto von Brummer, pelayan istana di Kiel. Sebagai seorang pemuda, ia telah bertugas di tentara Swedia dan pernah menjabat sebagai ajudan Charles XII sendiri. Tapi, untuk beberapa alasan, Brummer membenci muridnya. “Aku akan mencambukmu hingga anjing akan menjilat darahmu; betapa senangnya aku jika kamu mati sekarang”. Hal itu adalah beberapa kata yang dia ucapkan kepada pangeran kecil. Setidaknya, begitu kata penulis catatan anonim tentang pendidikan Pangeran Agung, yang dibawa Nikolai Korf dari Kiel ke Permaisuri Elizaveta. Juga dari catatan ini, permaisuri mengetahui bahwa “anak itu sering harus menunggu makanan sampai jam dua siang dan, dengan lapar, rela makan roti kering. Ketika Brummer datang, ia mulai mengancam Pangeran dengan hukuman berat setelah makan malam, sehingga anak itu duduk di meja dengan keadaan yang mengerikan. Karena hal itu, setelah makan malam pangeran mengalami sakit kepala dan muntah”. Setiap hari, anak itu belajar sampai pukul enam sore dan kemudian selama dua jam dia diwajibkan menari tarian persegi (‘quadrille’). “Saya yakin mereka ingin menjadikan saya profesor quadrille dan saya tidak perlu tahu apa-apa lagi”, kata Pangeran Agung.
Count Otto von Brummer, oleh Georg Christoph Grooth
State Museum of Art and Architecture, OranienbaumBrummer sangat membenci orang Rusia. Sebagai cucu Tsar Pyotr I, pangeran kecil diajari bahasa Rusia, tetapi segera setelah kematian ayahnya, Brummer menghentikan pelajaran ini: "Bahasa keji ini hanya cocok untuk anjing dan budak". Hukuman Brummer benar-benar militer. Pangeran Agung diharuskan untuk berdiri di atas kacang polong untuk waktu yang lama, sampai lututnya membengkak. Dia ditelanjangi, dicambuk dan dipukuli di hadapan para pelayannya. Dia diikat ke kaki meja. Dia juga sengaja dibuat kelaparan. Brummer bahkan pernah menggantungkan tanda di dadanya yang bertuliskan: "pantat".
Perlakuan seperti itu tentu mempengaruhi karakter ahli waris. Dia tumbuh dengan keras kepala, mudah marah dan cemas. Selain itu, dari tutornya dia belajar minum alkohol. Menurut pandangan militer Eropa, seorang prajurit yang gagah harus terus-menerus minum bir atau anggur. Sudah pada tahun 1745, Ekaterina menulis: "Pangeran Agung sangat mabuk sehingga dia kehilangan kesadaran dan tidak bisa menyatukan dua kata". Setelah itu, keadaan menjadi lebih buruk: "Dia mulai minum anggur dan menghisap tembakau sepanjang waktu, sehingga benar-benar membuat seseorang tidak mungkin untuk berdiri di dekatnya", catat Ekaterina pada 1753. "Kehidupan yang dipimpin tsar paling memalukan: dia menghabiskan hidupnya di malam hari untuk merokok serta minum bir, dan menghentikan kedua kegiatan ini saat pada pukul lima atau enam pagi dengan keadaan yang selalu mabuk berat”, tulis Andrei Bolotov, yang bertemu Pyotr Fyodorovich setelah ia menjadi tsar.
Anna Petrovna dan Charles Frederick, Adipati Holstein-Gottorp – orang tua dari Pyotr III
Domain PublikTentu saja, baik temperamen maupun kecanduan permainan aneh atau alkohol tidak cukup untuk dikatakan seseorang menjadi gila. Harus diingat bahwa citra Pyotr di mata anak cucu dipengaruhi oleh sikap bermusuhan Ekaterina, yang tetap dihina seumur hidup sebagai pasangan yang tidak dicintai — dan, pada saat yang sama, meninggalkan sebagian besar memoar tentang hidupnya. Namun, meski begitu, sifat-sifat positif tetap diabaikan.
“Dia tahu teologi dan bahasa Latin dengan baik”, tulis Yakov Shtelin tentang Pyotr Fyodorovich. “Di Sankt Peterburg, dia rela berbicara bahasa Latin dengan pendeta Rusia yang paling mulia”. Selain itu, sejak kecil, Pyotr menyukai musik — dia suka bermain biola. Secara umum diyakini bahwa permainan ahli waris itu jelek — tetapi, ternyata tidak demikian. Di "pengadilan kecilnya" di Oranienbaum dekat Sankt Peterburg, Pyotr memiliki teaternya sendiri, di mana ia mengundang komposer muda Italia Vincenzo Manfredini. Selain itu, Pangeran Agung membuka sekolah biola di Oranienbaum untuk anak-anak, tanpa membedakan asal usul atau kekayaan, di mana ia sendiri yang mengajar. Dia juga mengumpulkan koleksi biola mahal.
Saat menjadi Tsar, Pyotr Fyodorovich mengejutkan para pencelanya dengan rajin menangani urusan negara. “Sudah pagi, dia berada di ruang kerjanya, di mana dia mendengarkan laporan, lalu bergegas ke Senat atau Collegium. Di Senat, kasus-kasus terpenting yang dia tangani sendiri dengan penuh semangat dan tegas,” tulis Shtelin. Reformasi utamanya adalah penghapusan layanan wajib kaum bangsawan, 'Manifesto tentang Kebebasan Bangsawan' pada tahun 1762. Selain itu, ia menutup Secret Chancellery (sebuah organ investigasi politik yang didirikan oleh Pyotr yang Agung), meluncurkan penerbitan uang kertas dan perdagangan yang didukung dengan membuka Bank Negara. Selama 186 hari pertama masa pemerintahannya, 192 dokumen resmi ditandatangani. Namun, perdamaian terpisah dengan Prusia, yang diperintah oleh idola Pyotr, Frederick II Agung, mencoret semua pencapaian Tsar baru dan menjadi alasan untuk menggulingkan Pyotr dari takhta.
Ketidaksukaan timbal balik antara Pyotr dan Rusia dijelaskan oleh fakta bahwa pewaris ingin menduduki takhta Swedia, daripada tahta Rusia. Tetapi, kemungkinan ini selamanya tertutup baginya setelah pembaptisannya ke dalam Ortodoksi pada tahun 1743 atas desakan Elizaveta Petrovna. Pada tahun 1751, ketika paman dan wali Pyotr, Adolf Friedrich, menjadi Raja Swedia, Pyotr berkata: “Mereka telah menyeret saya ke Rusia yang terkutuk ini, di mana saya harus menganggap diri saya sebagai tahanan negara, sedangkan, jika mereka membebaskan saya, saya akan sekarang duduk di atas takhta bangsa yang beradab”.
Tidak heran jika Pyotr Fyodorovich menentang dan berperilaku aneh saat berada di pemakaman Elizaveta Petrovna. Dimana ia berjalan di belakang kereta pemakaman, dia tiba-tiba berhenti dan kemudian berlari mengejar kereta, seakan rasa dukanya hilang tertiup angin. Dia merasakan bahwa itu suatu hal yang menyenangkan.
Pembaca yang budiman,
Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda