Lima Kelompok Etnis yang Telah Punah dan Pernah Tinggal di Rusia

Keluarga etnis Kamasi, 1925. Krasnoyarsk Krai.

Keluarga etnis Kamasi, 1925. Krasnoyarsk Krai.

Domain Publik
Ada orang-orang dari lebih 190 kelompok etnis yang berbeda yang tinggal di Rusia saat ini. Namun, seabad lalu masyarakat adat di Rusia ada lebih banyak.

Sepanjang sejarah, ada banyak contoh kelompok etnis yang seiring waktu kehilangan tradisi, budaya, dan bahasa mereka, dan akhirnya bergabung dengan orang lain dan kehilangan identitas etnis mereka yang berbeda. Misalnya, pada abad ke-17, orang Curonian telah bercampur dengan orang-orang Baltik, dan pada abad ke-14 orang Meryan berasimilasi dengan Mari dan Mordva. Sementara itu, Bulgar akhirnya menjadi bagian dari etnogenesis (proses kelahiran dan pembentukan masyarakat) Tatar, Kumyks, dan Nogai yang memberikan nama mereka ke seluruh negara Bulgaria. Akan tetapi, itu semua terjadi sudah lama sekali, sedangkan masyarakat adat Rusia berikut menghilang relatif baru-baru ini, baru kemarin menurut standar sejarah.

1. Evrimeiset

Secara historis, Tanah Genting Karelia (utara Sankt Peterburg) telah menjadi rumah bagi banyak masyarakat adat. Pada waktu yang berbeda, wilayahnya melewati antara Rusia dan Swedia. Adapun berbagai orang Rusia, Swedia, Finlandia, Vepsia, Vods, dan Karelia tinggal di sini. Salah satu masyarakat adat setempat adalah Evrimeiset (Äyrämöiset). Mereka awalnya tinggal di sepanjang Sungai Vuoksi (utara Sankt Peterburg) dan berhubungan dengan orang Finlandia, Karelia, dan Izhoria. Suku mereka berasal dari gereja Lutheran dan sebagian Ortodoks Rusia tetapi memiliki adat dan bahasa mereka sendiri (mirip dengan orang Karelia dan Finlandia).

Pada awal abad ke-17, provinsi Ingria didirikan di sini, etnis Evrimeiset merupakan mayoritas penduduknya. Tetangga baru mereka adalah Savakot, pemukim dari Savonia, salah satu wilayah Finlandia. Mulanya, kedua kelompok etnis tersebut tidak banyak bercampur, namun, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, perbedaan antara kedua kelompok tersebut sebagian besar telah hilang dan penduduk kedua negeri itu hanya disebut "orang Ingria". Lalu, orang Ingris juga dianggap sebagai penduduk asli di sana dengan sedikit perwakilan yang masih hidup: hanya 4.000 penduduk atau lebih yang tinggal di Leningrad Oblast saat ini. Daftar desa tradisional kelompok etnis Evrimeiset meliputi: Luppolovo, Vartemyagi, Rappolovo, Toksovo, Baryshevo dan Kavgolovo.

2. Orang-orang Mator

Sekarang mari kita ke Siberia. Di lereng utara Pegunungan Sayan (selatan Krasnoyarsk krai dan Khakassia) Siberia, belum lama ini tinggal para etnis Mators, yang termasuk dalam suku Samoy(juga termasuk Nenets, Enets, Nganasan). Layaknya masyarakat utara lainnya, pekerjaan utama mereka adalah berburu dan menggembala rusa. Bahasa Mator adalah salah satu dari dua bahasa utama Samoyed (bahasa Kamasi adalah yang lainnya), tetapi sekarang mereka dianggap telah punah. Selama abad ke-19, Mator berasimilasi dengan tetangga mereka, Tuvinia dan Khakas. Banyak perwakilan dari etnis Mator meninggal karena epidemi cacar.

3. Kamasi

Keluarga suku Kamasi, 1925.

Kamasi tinggal di wilayah Khakassia saat ini dan di selatan Krasnoyarsk krai. Kelompok etnis mereka dibagi menjadi Kamasi Stepa dan Kamasi Taiga (kadang juga disebut Taiga Tatar), sedangkan bahasa Kamasia memiliki dialek yang berbeda. Kelompok etnis ini sudah punah pada abad ke-17, ketika penjelajah Rusia saat itu menghitung hanya sekitar 500 Kamasi yang masih hidup.

Pada akhir abad ke-19, orang-orang Samoyed hampir sepenuhnya bercampur dengan orang-orang Rusia dan Khakas yang tinggal di wilayah tersebut. Menariknya, selama ekspedisi penelitian, para etnografer Soviet bertemu dengan perwakilan langka Kamasi di Pegunungan Sayan. Seperti kerabat utara mereka, mereka tinggal di tipi (sebuah tenda, yang secara tradisional terbuat dari kulit binatang yang di pasang pada tiang-tiang kayu). Penutur bahasa Kamasia terakhir dari dialek Kamas, meninggal pada tahun 1989, sedangkan dua Kamasi terakhir tercatat dalam sensus 2010.

4. Kott

Ini adalah kota Kansk di Krasnoyarsk krai, 1899. Daerah ini adalah pusat kelompok etnis Kotts.

Kelompok etnis Kott (Kan Tatar) adalah orang-orang nomaden yang tinggal di Siberia selatan di sepanjang Sungai Yenisei. Mereka berbicara bahasa Kott, bagian dari kelompok bahasa Yeniseian. Bahasa ini sekarang dianggap mati, kecuali Ket, yang masih digunakan oleh sekitar 200 orang. Apa yang tersisa dari etnis Kott di peta adalah nama tempat yang diakhiri dengan "shet" dan "chet" (misalnya, kota Tayshet).

Pada akhir abad ke-19, etnis Kott telah berasimilasi sepenuhnya dengan Samoyed (termasuk Kamasi), serta Buryat dan Rusia. Pada saat itu, ekspedisi oleh filolog Matthias Castren hanya menemukan lima penutur bahasa Kott yang tersisa. Pada tahun 1960-an, ahli bahasa Soviet Aleksandr Matveyev melakukan ekspedisi etnografi ke daerah-daerah di mana kelompok etnis ini dulu tinggal dan menemukan bahwa tidak ada yang tersisa dari Kott pada saat itu.

5. Goaye

Kaukasus, mungkin adalah bagian wilayah Rusia yang paling multietnis, dengan lusinan kelompok etnis yang tinggal di sini. Di sepanjang Sungai Ashe (sekarang Krasnodar krai) sejak dahulu kala hiduplah suku Goaye, sebuah kelompok subetnis Adyghe. Mereka menikmati status istimewa dan tingkat kemandirian khusus di antara kelompok etnis lainnya. Sedikitnya, 17 marga yang tergabung dalam subetnis ini meninggalkan jejak dalam nama tempat lokal. Orang Goaye berbicara dengan dialek bahasa Adyghe. Mereka diyakini punah setelah Perang Kaukasia pada pertengahan abad ke-19. Namun pada tahun 1930, etnografer Soviet bertemu dengan beberapa keluarga Goaye yang masih memakai nama keluarga kuno nenek moyang mereka. Para peneliti juga berhasil menemukan beberapa tetua setempat yang mengingat keluarga pangeran Goaye lainnya yang tinggal di dekat Sochi. Peninggalan yang tersisa dari mereka saat ini adalah sebuah desa bernama Alekseyevka yang nama lamanya adalah Gvai, dan sebuah daerah bernama Guarek.

Selanjutnya, ada berapa kelompok etnis di Rusia? Baca selengkapnya. 

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki