1. Putri Olga
Putri Olga dari abad ke-10 paling terkenal karena pembalasan dendam legendaris yang dia lakukan setelah kematian suaminya, Igor, dibunuh. Menurut Kronik Utama (atau Povest Vremennykh Let ‘Kisah Masa Lampau’) Rusia, Pangeran Igor dari Kiev adalah putra Rurik, orang Varangia yang dipanggil oleh suku Slavia untuk memerintah mereka dan menciptakan ketertiban. Igor, seperti kakeknya, bertugas mengumpulkan upeti dari suku-suku. Namun salah satu dari mereka, keluarga Drevlian, yang tergila-gila dengan pajak besar-besaran, akhirnya membunuh Pangeran Igor.
Sebagai seorang Varangia, Olga menjadi wali penguasa dari putra kecilnya. Ia sebetulnya bukan gadis pemalu. Pertama, dia mampu membunuh mak comblang Drevlians yang berani memintanya untuk menikahi pangeran mereka. Kemudian membakar desa-desa Drevlian.
Pada saat yang sama, Putri Olga adalah penguasa Rusia pertama yang dibaptis ke dalam agama Kristen, bahkan sebelum masa Rusia Kuno mengadopsi Kristen (pembaptisan secara besar-besaran dilakukan oleh cucunya, Pangeran Vladimir). Pada abad ke-13, ia dikanonisasi, dan sejak itu sang putri menjadi orang suci sebelum agama Kristen terbagi menjadi gereja Barat (Katolik) dan Timur (Ortodoks). Karena itu, Gereja Katolik Roma juga menghormatinya sebagai Santa Olga dari Kiev dan kemudian menjadi Santa Ortodoks.
2. Elena Glinskaya
Wali penguasa perempuan kuat lainnya di Rusia adalah Elena Glinskaya, ibu dari calon tsar saat itu, Ivan yang Mengerikan. Dia adalah keturunan dari keluarga bangsawan Lituania.Kerabat laki-lakinya adalah orang-orang kuat di samping suaminya, Pangeran Agung Vasili III. Namun setelah kematian suaminya, Elena hampir melakukan kudeta, mendorong kerabatnya sendiri kembali dari kekuasaan (dan sebenarnya memenjarakan mereka).
Elena diduga diracun setelah hanya lima tahun memerintah. Akan tetapi, ia berhasil melakukan beberapa hal penting. Salah satunya adalah reformasi moneter tahun 1535 yang menyatukan mata uang di negara Rusia (baru saja bersatu setelah berabad-abad terpecah karena fragmentasi feodal). Dia juga mengakhiri perang jangka panjang antara Rusia dan Sigismund I dari Lithuania. Terakhir, ia membangun tembok Kitai Gorod, benteng penting kota Moskow.
3. Sofia Alekseyevna
Terlepas dari kenyataan bahwa ayahnya, Tsar Alexey Mikhailovich, memiliki banyak anak, termasuk gadis-gadis lain, Sofia adalah satu-satunya gadis yang memiliki pendidikan yang baik, belajar beberapa bahasa, dan membaca banyak buku klerikal. Dia sangat cerdas dan juga orang yang sangat kuat yang berhasil menangani permainan takhta di Rusia abad ke-17. Setelah kematian ayahnya dan kematian kakak laki-lakinya Feodor Alekseevich, suksesi takhta menjadi masalah bentrokan klan. Kedua adik laki-lakinya, Ivan V dan Pyotr I merupakan adik dan saudara tiri. Ivan sakit dan tidak dapat memerintah sendiri, sedangkan putra berikutnya Pyotr masih terlalu muda dan belum menikah. Akhirnya, Putri Sofia menjadi wali penguasa atau pemangku takhta untuk mewakili kedua adiknya tersebut.
Selama masa pemerintahannya, Rusia menyelesaikan perang dengan Polandia, melakukan negosiasi resmi pertama dengan Tiongkok di mana ia mendirikan perbatasan, dan bergabung dengan Liga Suci melawan Turki.
Pada 1689, Pyotr berusia 17 tahun, menikah, mengumpulkan 'tentara mainannya' dan akhirnya berhasil melakukan kudeta, mendapatkan kekuasaan di tangannya. Secara resmi Ivan masih menjadi tsar lain, tetapi dia sebenarnya terlalu lemah dan meninggal beberapa tahun kemudian.
Sofia berakhir di sebuah biara di mana dia tinggal sampai kematiannya.
4. Elizaveta Petrovna
Elizaveta Petrovna merupakan Putri Pyotr yang Agung. Dia sangat cantik, dan ayahnya berencana untuk menikahinya dengan Louis XV dari Prancis. Menjadi muda, dia tidak memiliki ambisi agung dan memiliki gaya hidup yang cukup sembrono. Namun, permainan takhta masih bergema: cicit dari saudara laki-laki Pyotr yang Agung, bayi Ivan VI naik ke takhta Rusia dengan seorang bupati asing. Istana dan keluarga bangsawan tidak senang, dan pada saat yang sama, Elizaveta sangat populer. Dengan dukungan abdi dan pengawal kerajaan, dia melakukan kudeta seperti yang pernah dilakukan ayahnya. Dia mengambil alih kekuasaan dan memenjarakan bayi Ivan VI dan bupatinya.
Dia adalah orang yang sangat Barat dan cenderung menganut prinsip absolutisme yang tercerahkan (gagasan populer di kalangan filsuf Eropa Barat pada masa itu). Dia bahkan tidak memberlakukan hukuman mati. Namun, selama masa pemerintahannya, perbudakan Rusia dibentuk, dan hukuman fisik biasa digunakan.
Dalam dua puluh tahun masa pemerintahannya, Elizaveta telah mengubah Rusia menjadi negara yang sangat berbudaya. Dia memulai Zaman Pencerahan di Rusia, dia menciptakan teater Kekaisaran, mendirikan Universitas Moskow dan Akademi Seni di Sankt Peterburg. Dia adalah penggemar barocco, dan membawa gaya itu ke Russa, di mana ia diberi nama Elizabethan Baroque. Dengan bantuan arsitek Italia Bartolomeo Rastrelli, Elizaveta membangun beberapa istana yang indah, termasuk Istana Musim Dingin dan Istana Ekaterina di Tsarskoe Selo.
5. Ekaterina yang Agung
Ekaterina yang Agung adalah seorang Putri Jerman yang lahir dengan nama Sophie Auguste Friederike von Anhalt-Zerbst-Dornburg, tetapi berakhir sebagai Permaisuri Rusia dan salah satu kepala negara yang paling penting, yakni memerintah selama lebih dari 30 tahun.
Dia menikahi putra mahkota Rusia, calon Kaisar Pyotr III, tetapi hubungan mereka sangat rumit, dan Pyotr adalah orang yang lemah. Akibatnya, Ekaterina melakukan kudeta terhadap suaminya dan kemudian sang suami meninggal secara misterius. Ekaterina naik takhta setelah kematiannya.
Dia melanjutkan prinsip absolutisme yang tercerahkan — sebelumnya diperkenalkan oleh Elizaveta — dan membuat banyak reformasi penting dalam kebijakan domestik. Dia membentuk komisi untuk mensistematisasikan undang-undang, mengatur ulang divisi administrasi Rusia, mendukung perdagangan, dan membebaskan bangsawan dari hukuman fisik, pada saat yang sama memberi mereka hak peringkat yang sangat besar. Namun, beberapa sejarawan percaya bahwa Ekaterina dan banyak orang favoritnyalah yang memulai korupsi besar-besaran di Rusia.
Ekaterina adalah orang yang sangat cerdas dan dia mendukung pendidikan, mendirikan sekolah perempuan pertama di negara itu. Sang permaisuri juga merupakan pelindung seni dan kolektor lukisan. Ia membangun museum Hermitage yang ia dirikan di samping perpustakaan umum pertama. Dia banyak membaca dan berkorespondensi dengan orang-orang Barat yang paling tercerahkan, termasuk filsuf Prancis Voltaire.
Pada saat yang sama, dia tentu saja seorang pemimpin yang sangat absolut, yang tidak menyisihkan orang atau uang untuk tujuannya. Salah satunya adalah menyebarkan dan memperkuat Kekaisaran.