Mengapa Rusia Banyak Dipimpin oleh Orang Asing?

Kaisar Rusia Nikolai II dan Permaisuri Aleksandra Fyodorovna mengenakan pakaian penguasa Rusia abad ke-17 selama perayaan 300 tahun Dinasti Romanov, 1913.

Kaisar Rusia Nikolai II dan Permaisuri Aleksandra Fyodorovna mengenakan pakaian penguasa Rusia abad ke-17 selama perayaan 300 tahun Dinasti Romanov, 1913.

Domain Publik; Klimbim
Sejarah Kekaisaran Rusia diawali dengan kedatangan pangeran Varyag, Rurik, ke tanah Rus (Rusia Kuno) dan diakhiri dengan kaisar yang memiliki darah Jerman. Bagaimana orang-orang asing bisa menduduki takhta Rusia?

Meski masih belum jelas apa alasan pemanggilan orang Varyag (sebutan bangsa Viking pada abad pertengahan) ke tanah Rus, para sejarawan sepakat bahwa siapa pun Rurik, sang Pangeran Varyag, dia tidak terlahir sebagai orang Rusia.

Asimilasi Dinasti Rurik 

Rurik, dari manuskrip abad ke-17 Rusia.

Bisa dikatakan, para pangeran dan putri pertama tanah Rusia adalah orang Nordik. Mereka bahkan memakai nama Skandinavia, seperti Igor, Oleg, Olga. Namun, pada abad ke-10, mereka berasimilasi dan menjadi satu dengan penduduk Rusia.

Vladimir yang Agung, pangeran Kiev yang membaptis Rusia, terlahir sebagai keturunan Dinasti Rurik. Cicit Rurik itu berusaha membangun hubungan dinasti dengan negara-negara lain. Dalam mengejar misi itu, dia mengatur pernikahan beberapa putrinya dengan pangeran dan raja asing.

Putri Vladimir yang Agung, Premislava (wafat pada 1015), misalnya, menjadi pasangan Pangeran Hongaria Ladislas yang Botak (997—1030), sedangkan Maria Dobroniega (10121087) adalah istri Kazimir I sang Pemulih, Adipati Polandia (10161058). Namun, tidak satu pun putri Vladimir atau keturunan mereka yang pulang ke tanah Rusia.

Ketururan Dinasti Rurik terus memerintah Rusia sampai awal abad ke-17 dan ketika Masa Kekacauan usai, dinasti Romanov mengambil takhta Rusia.

Pyotr yang Agung Mengikat Garis Keturunan Romanov dengan Bangsa Asing

Adipati Friedrich Wilhelm dari Courland, dan Anna Ioannovna.

Tsar Aleksei Mikhailovich (16291676), ayah Pyotr yang Agung, sangat kolot tentang masalah tradisi yang menyangkut pernikahan dinasti. Dia tidak menyetujui putrinya menikahi pangeran asing, kemungkinan besar karena dia tidak ingin dinasti asing memiliki hak atas takhta Rusia.

Tidak seperti sang ayah, Pyotr memanfaatkan putri dan keponakannya untuk memperluas pengaruh dengan melakukan pernikahan lintas dinasti dengan para penguasa  Eropa. Dia berhasil mengatur pernikahan keponakannya, Anna Ioannovna (16931740), dengan Frederick William, Adipati Courland (16921711). Sayangnya, William meninggal tak lama setelah pernikahan, yang mungkin disebabkan terlalu banyak menenggak minuman keras di istana Kekaisaran Rusia. Anna dan William tidak memiliki keturunan.

Sementara itu Anna (17081728), putri Pyotr dari istri keduanya Ekaterina (16841727), yang lahir bahkan sebelum pasangan itu menikah, menjadi istri Charles Frederick, Adipati Holstein-Gottorp (17001739). Anna pindah ke Kiel, ibu kota tanah Jerman Schleswig-Holstein. Meskipun meninggal muda, tiga bulan sebelum kematiannya, dia melahirkan Charles Peter Ulrich dari Schleswig-Holstein-Gottorp (17281762), yang akan menjadi Kaisar Rusia dengan nama Pyotr III.

Romanov Jerman

Kaisar Rusia Pyotr III.

Elizaveta Petrovna (17091762), putri Pyotr dan Ekaterina yang lainnya, adalah penguasa terakhir Rusia yang memiliki setidaknya setengah darah Rusia (Ekaterina terlahir sebagai orang Livonia). Pyotr III, yang menjadi penerusnya, digulingkan oleh istrinya, Ekaterina II (17291796), yang sebelumnya bernama Sophie dari Anhalt-Zerbst.

Putra tunggal Pyotr III dan Ekaterina II, Pavel I (17541801), menikah dua kali, keduanya dengan putri Jerman. Istri pertamanya, Putri Wilhelmina Louisa dari Hesse-Darmstadt (17551776), meninggal saat melahirkan, bersama dengan putranya yang mati saat lahir. Sementara, istrinya yang kedua, Sophie Dorothea dari Württemberg (17591828), yang kemudian dikenal sebagai Maria Fyodorovna setelah memeluk agama Ortodoks Rusia.

Maria Fyodorovna dan Pavel I dari Rusia.

Semua anak Pavel dan Maria, termasuk Aleksandr (17771825) dan Nikolai (17961855), yang akan mewarisi takhta Rusia, terlahir sebagai orang Jerman tulen. Semua keturunan mereka juga demikian, karena pada abad ke-19, kaisar Rusia tidak menikahi putri Rusia manapun dengan alasan tidak ada yang berasal dari dinasti sederajat dan Romanov abad ke-19 sangat mematuhi aturan suksesi takhta yang berlaku di Rusia. Aturan-aturan ini menyatakan bahwa pewaris takhta Rusia hanya boleh menikahi wanita yang dekat atau sederajat dengan mereka dalam status kerajaan dan di Rusia tidak ada dinasti lain yang dapat menandingi Romanov. Mereka tidak punya pilihan selain menikahi putri-putri Eropa. Putri Jerman lebih disukai, karena ikatan jangka panjang yang telah dimulai Pyotr yang Agung melalui penikahan putrinya Anna dengan Adipati Holstein-Gottorp. Alhasil, hal itu menciptakan hubungan erat antara Dinasti Romanov Rusia dan Dinasti Windsor Inggris (sebelumnya, Dinasti Saxe-Coburg dan Gotha Jerman).

Nikolai II mengenakan kostum tradisional Pangeran Agung Rusia abad ke-17, 1913.

Pada akhir abad ke-19, para kaisar Rusia tidak menguasai bahasa Rusia dengan baik: Aleksandr III (18451894) berbicara bahasa Rusia dengan aksen Jerman yang kental, sementara putranya, Kaisar terakhir Rusia Nikolai II (18681918), lebih suka berkomunikasi dalam bahasa Inggris, bahkan dengan istrinya Aleksandra Fyodorovna (18721918), yang terlahir sebagai Putri Alix dari Hesse dan Rhine.

Meskipun, Nikolai dan Aleksandra mendandani diri dan seluruh istana kerajaan Rusia dengan pakaian tradisional Rusia yang meniru pakaian abad ke-17 untuk merayakan ulang tahun ke-300 Dinasti Romanov pada 1913, mereka hanya berlagak bak orang Rusia.

Kekaisaran Rusia adalah kekaisaran terbesar ketiga di dunia. Namun, bagaimana awalnya kekaisaran itu didirikan? Bacalah selengkapnya!

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki