Terlepas dari sejumlah stereotip ketinggalan zaman yang dilekatkan kepada Rusia atau Soviet (yang kini kami sudah terbiasa dengannya), film mini seri 'The Queen's Gambit' di Netflix yang menceritakan kisah seorang jenius catur wanita dan persaingannya dengan seorang master catur Soviet, menggambarkan sebuah fakta yang sangat tepat, yaitu obsesi Soviet terhadap catur.
Adegan ini menunjukkan Beth Harmon, seorang juara catur Amerika Serikat (AS), berjalan-jalan di sekitar sebuah taman di Moskow dan bertemu dengan lusinan pria tua yang berkerumun di sekitar papan catur, merencanakan gerakan selanjutnya. Adegan itu mungkin membuatnya tampak seperti sesuatu yang benar-benar tidak proporsional, atau seperti biasa, sekadar keputusan kreatif yang bertujuan untuk menjelaskan mengapa master catur Soviet begitu terampil. Namun, lihatlah foto-foto berikut ini!
Semuanya nyata!
Catur adalah permainan favorit di hampir setiap rumah tangga Soviet. Kelas catur sering diajarkan di sekolah-sekolah dan 'Istana-istana Pionir' sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Meja-meja dipasang di taman-taman dan puluhan pemain berkumpul pada malam hari.
Catur dimainkan di luar ruangan, seperti di taman bermain, di tangga blok perumahan, dan bahkan di pantai.
Selama musim dingin tidak ada yang berubah selain meja-meja dipindahkan ke paviliun dalam ruangan yang dibangun khusus. Catur mendominasi cabang-cabang olahraga lain di negara ini. Jadi, tidak mengherankan jika grandmaster top dunia berasal dari Uni Soviet.
Akan tetapi, dari semua hal, mengapa catur?
Kegemaran akan catur telah melanda Soviet pascarevolusi Rusia 1917. Sebelumnya, permainan ini hanya diperuntukkan bagi para elit. Ketika menjalani ekspedisi, Kaisar Rusia Pyotr I tidak hanya membawa papan catur bersamanya, tetapi juga lawan main tetapnya.
Ekaterina II juga sangat antusias dengan catur, begitu pula keluarga kerajaan Romanov lainnya. Namun, komunis berusaha untuk menghapus elitisme sehingga catur pun akhirnya dibumikan, bahkan oleh Vladimir Lenin sendiri.
“Catur untuk rakyat!” adalah slogan nyata dan bukan karena catur adalah hiburan yang “cocok untuk komunis sejati”. Komisaris Angkatan Darat Soviet Nikolay Krylenkio menyatakan bahwa: “seni catur sebagai senjata politik”, yang ia sampaikan dalam Kongres Catur Seluruh Soviet pada 1924.
Hal itu dijelaskan oleh fakta bahwa catur adalah satu-satunya olahraga yang mengajari seseorang berpikir secara strategis — kualitas yang sangat penting bagi seorang pejuang. Itulah yang menjadi alasan mengapa pemerintah Soviet royal menggelontorkan anggaran untuk pengembangan catur, termasuk untuk propaganda. Selain itu, Tirai Besi juga tidak berlaku bagi para master catur. Faktanya, mereka menjadi 'atlet' pertama yang diizinkan bepergian ke luar negeri oleh Stalin untuk mengikuti turnamen internasional pada 1930-an. Hak istimewa itu bahkan tak dapat dinikmati oleh pesepakbola.
Catur mencapai puncak kejayaannya selama Perang Dingin. Saat itu, penting bagi Soviet untuk berkuasa pada setiap bidang yang diperebutkan, terutama bidang intelektual. Negara itu bahkan disebut sebagai "inkubator catur sosialis" dan Grandmaster Amerika Bobby Fischer memutuskan untuk mempelajari bahasa Rusia agar bisa membaca literatur catur Soviet.
Bagi warga Soviet, pertandingan perebutan gelar catur dunia sama menariknya dengan pertunjukkan pada layanan streaming bagi kita hari ini. Akan tetapi, minat terhadap catur mulai surut ketika dimulainya 'Perestroika', bersamaan dengan meredanya suhu perpolitikan antara Soviet dan AS.
Keadaan semakin memburuk ketika Tirai Besi runtuh. Meskipun saat ini hampir setiap keluarga Rusia memiliki papan catur dan banyak yang masih mengajari anak-anak mereka bermain, tingkat kecintaan itu benar-benar tidak dapat dibandingkan dengan obsesi yang ditunjukkan Soviet pada permainan tersebut.